6. 可爱的老两口-Pasangan Tua Yang Lucu

2.1K 193 3
                                    

"Apa...?! Ingin pindah?".

Gu Hai menganggukkan kepalanya. "Sekolah yang sekarang berdekatan dengan rumahku, saya telah pindah dan ini sangat merepotkan".

Fang Fei bingung. "Kenapa kamu pindah?".

Setengah bersandar pada lemari sembari menyalakan sebatang rokok. "Saya bertengkar dengan orang tua itu".

Fang Fei menyambar rokok dari tangan Gu Hai. "Kau masih terlalu muda untuk merokok, tahukah merokok dapat mengganggu masa pubertasmu".

"Saya sudah melewati masa puber".

Spontan Fang Fei melirik area selangkangan Gu Hai, tapi dia cepat-cepat tersadar dan pura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Sekolah yang bagaimana yang kamu cari?".

"Saya datang kesini justru memerlukan bantuanmu".

"Sudah kuduga kau mencariku kalau ada sesuatu".

Gu Hai tersenyum tipis. "Ayolah, hanya kamu satu-satunya keluarga yang bisa kuandalkan".

Fang Fei merasa tersentuh dengan ucapan itu.

Mereka memang tumbuh bersama. Kini sudah besar, tapi masih saja sama seperti masa kecil.

"Kebetulan teman suamiku ada yang menjadi Kepala Sekolah".

"Kalau begitu cepat beri tahu dia".

"Tunggu dulu". Fang Fei memegang tangan Gu Hai. "Saya harus memberi tahumu dulu, sebelumnya kalau sekolah itu bukan sekolah yang bagus, lingkungan sekolahnya jauh lebih buruk dari sekolahmu saat ini".

"Selama masih ada sekolah disana, aturlah semua, saya serahkan padamu".

---------

Bai Luoyin menyalakan laptop dan membuka kotak surel, ternyata kolom kotak masuknya sudah dipenuhi lebih dari dua puluhan pesan yang belum dibaca. Semua dari luar negeri, dan dari orang yang sama, Shi Hui.

Hapus semua, hapus, hapus...

Jika ingin mengakhiri harus melakukannya sampai tidak ada bekas yang tersisa.

"Xiaoyin, kemarilah".

Terdengar suara nenek dari ruangan sebelah.

Bai Luoyin segera beranjak untuk menemuinya.

Nenek Bai sedang duduk di sofa terlihat seperti sosok Buddha kecil. Jika dia tidak berbicara semua pasti mengira dia sosok yang sehat, tapi jika dia bicara kalian pasti akan terkejut dibuatnya.

Nenek Bai akan selalu salah dalam pemakaian kosakata, sehingga akan sulit dimengerti oleh lawan bicaranya,  untunglah Bai Luoyin sudah terbiasa dengan hal itu.

"Xiaoyin, tolong potongkan Apel untukku".

[Nenek salah menggunakan kosakata "potong", dia malah menggunakan kata 砍 (kǎn - potong) padahal kǎn itu digunakan hanya untuk memotong benda yang besar dan keras. Sehingga tidak pas dan rancu dengan kalimat yang nenek utarakan tadi].

Bai Luoyin segera memotong dan mengupas apel. Nenek Bai langsung mengambil kulit dari kupasan apel tersebut, lalu memakannya.

"Nek, jangan dimakan".

"Tebal... Tebal...".

Bai Luoyin paham dengan ucapan neneknya, dia mengupas Apel terlalu dalam sehingga bagian dagingnya ikut terkupas.

"Nek, saya tinggal dulu ya, laptopku masih menyala".

"Tunggu sebentar saya masih ingin ngobrol denganmu".

"Kapan kau ke sepatu?".

[Maksud nenek adalah, kapan kamu mulai sekolah. Nenek salah dalam menggunakan kosakata untuk kata "sekolah" 学 (xué - sekolah, belajar), ia malah menyebut 鞋 (xié - sepatu). Pengucapan xué dan xié memang sekilas mirip].

"Sekitar semingguan lagi".

Kurang dari lima menit nenek Bai sudah tertidur. Biasanya orang tua akan sulit tidur, pengecualian untuk nenek Bai.

Dia akan bangun di pukul delapan pagi untuk sarapan, kemudian tidur lagi hingga menjelang makan siang, dan tidur lagi sampai pukul empat sore sampai kegiatan acara makan malam selesai diapun kembali tidur.

Berbeda dengan kakek Bai, dia akan bangun pagi sekali, sekitar pukul empat pagi, lalu berkeliling dengan mengayuh sepeda sampai siang hari, pulang untuk makan siang, sore harinya ia akan keluar lagi sampai menjelang acara makan malam, kemudian kakek Bai pergi lagi jalan-jalan hingga larut.

Benar-benar pasangan yang membingungkan.

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang