Guru Kimia membahas pelajarannya.
Guru itu nampak serius, matanya yang dingin menatap wajah murid-muridnya. "Apa ada yang mau ditanyakan?".
"Soal nomor satu...".
Kelas itu berteriak beberapa kali.
Alis guru itu mengernyit dan wajahnya penuh gejolak.
"Kalian masih belum bisa menyelesaikan pertanyaan pertama? Ah! Siapa yang tidak bisa? Angkat tanganmu agar saya tahu!".
Tidak ada yang berani mengangkat tangannya.
Guru kimia mengambil napas dalam-dalam, "Baiklah, kita lewati saja, apa masih ada soal yang lain yang tidak bisa dikerjakan?".
"Soal nomor empat".
"Pertanyaan nomor empat juga tidak tahu?". Guru itu menggerutu, "Saya sudah beberapa kali menjelaskannya, tetapi masih ada saja yang tidak bisa mengerjakannya, siapa yang masih belum mengerti, temui saya nanti di kantor setelah kelas berakhi".
Tidak ada yang angkat bicara.
"Masih ada lagi pertanyaan yang tidak bisa kalian kerjakan?".
"......".
Derit suara pintu depan kelas terbuka.
"Tuan Chen, maaf mengganggu, saya mencari seorang murid".
Suara Luo Xiaoyu yang jernih dan jelas keluar memberi kesejukan seperti angin musim semi yang hangat du kelas yang penuh ketegangan itu. Semua orang menatapnya dengan mata rindu dan berharap orang yang dicarinya adalah mereka sendiri.
Guru kimia sepertinya tidak suka karena merasa kelasnya telah terganggu.
"Bai Luoyin, keluar sebentar". Setelah Bai Luoyin keluar dari kelas, Luo Xiaoyu membawanya keluar gedung sekolah. Bai Luoyin tidak bertanya siapa yang mencari dirinya. Luo Xiaoyu tidak mengatakan apapun, tapi bisa terlihat dari ekspresinya serius Luo Xiaoyu, bahwa seseorang yang datang untuk mencarinya bukanlah orang biasa.
Sebuah kendaraan militer berhenti dengan tenang di bawah naungan pepohonan, Bai Luoyin menghampirinya dengan hampa.
"Silakan masuk".
Seseorang membuka pintu mobil, terlihat begitu sopan dan hormat.
Dengan tenang Bai Luoyin masuk ke dalam mobil dan membiarkan mereka membawanya ke sebuah kedai teh.
Gu Weiting yang mengenakan seragam militer, duduk menunggu di ruang VIP.
"Lapor, orang telah dibawa dengan aman".
"Kalian keluarlah".
Tercium samar aroma teh di ruangan itu. Bai Luoyin menatap Gu Weiting dengan tenang.
"Kemarilah, nak".
Sangat jarang nada Gu Weiting bisa terdengar lembut.
Bai Luoyin duduk di depan Gu Weiting tanpa kata sedikitpun.
Gu Weiting sekilas menatap Bai Luoyin dengan takjub. Biasanya anak seusi Bai Luoyin jika yang melihatnya akan merasa ketakutan, tapi Bai Luoyin tidak menunjukan rasa itu sediktpun, dia yang berpakaian rapi dan sederhana tapi matanya penuh dengan temperamen keras.
Hanya ada satu pertanyaan Bai Luoyin tentang Gu Weiting.
Orang ini nampak tidak asing.
"Kamu mungkin sudah tahu, saya adalah suami ibumu, ayah tirimu. Sebelumnya ibumu sudah berbicara denganmu agar kamu ikut dengan kami, tapi nyatanya kau menolaknya, jadi maksud kedatangan saya sekarang bukan untuk mengusik kehidupanmu, tapi hanya sebagai penatua, yang memberikan nasihat tentang kehidupan".
Bai Luoyin sana sekali tidak merasakan adanya bimbingan apapun tapi yang ada hanya rasa memerintah yang tersembunyi. Gu Weiting menyamarkan kedamaian, Bai Luoyin merasa telah direndahkan.
"Terima kasih".
Gu Weiting tidak peduli dengan jawaban singkatnya.
"Seorang pemuda memang wajar memiliki sifat keras kepala. Kamu dengan anak saya seumuran dan mempunyai karakter yang sama. Kita laki-laki tidak hanya cukup hidup untuk anak-anak kita, bahkan untuk ayahmu, kamu tidak boleh membatasi diri pada lingkaran itu, dalam pikiranmu ini adalah sebuah bertanggung jawab untuk mengabdi kepada orang yang mereka cintai, tapi sebebarnya ini adalah bentuk pengabaianmu yang terselubung".
Bai Luoyin meraih mangkuk teh lalu perlahan meminumnya, aromanya yang kaya, benar-benar teh yang mempunyai kualitas tinggi.
"Saya akan memberikan hidupmu yang lebih baik. Ini adalah kewajiban kami. Kamu bisa, menolak hidup bersama kami, tetapi kamu tidak boleh menolak kesempatan yang baik. Jika kamu merasa orang yang cerdas, kamu seharusnya tidak perlu membenci ibumu, kamu harus bisa menyingkirkan semua itu, ibumu telah berusaha untuk menebus kekurangannya di masa lalu. Ini bukanlah sebuah hadiah atau suatu kemurahan hati, tapi ini hak kamu untuk mendapatkannya, jika kamu tidak mau menghargai semua itu, berarti kamu tidak dewasa, kamu tidak bisa menunjukkan integritasmu sendiri".
"Saya rasa anda keliru".
"Oya?". Gu Weiting tidak habis pikir, "Apakah saya keliru?".
"Saya tidak pernah berpikir sedikitpun kalau saya harus meminta sesuatu dari Jiang Yuan, karena saya tidak pernah menganggap dia sebagai ibu saya".
Gu Weiting terdiam.
Bai Luoyin segera berdiri, dengan tatapan mata yang sopan, "Jika tidak ada lagi yang harus dibicarakan, saya akan kembali lagi ke kelas".
"Apapun tanggapanmu tentang ibumu, hanya kamu yang tahu".
Suara Gu Weiting terdengar rendah di balik punggung Bai Luoyin, nadanya tidak berat tetapi setiap katanya begitu tajam.
"Kelak, kamu menjadi orang yang berhasil, itu bukan untuk saya juga bukan untuk ibumu, kau pikirkanlah baik-baik".
"Terima kasih". Bai Luoyin tersenyum tenang, "Saya yakin kalau saya mempunyai bakat, jadi saya tidak perlu repot-repot mengambil jalan pintas, Saya juga bisa".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 1. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 1 - Bab 79 (Bersambung ke buku 2) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan :...