38. 你统治不了他-Kau Tidak Bisa Memerintahnya

1.7K 163 6
                                    

Sebelum makan dimulai, Bai Hanqi melihat wajah Bai Louyin yang muram. Dalam hatinya ada rasa penyesalan. Bagaimana mengatakannya kalau saya sudah mengingkarinya? Bagaimana juga saya harus mengatakannya agar Gu Hai tidak tersinggung? Sekarang sudah terjadi, untuk saat ini, demi kebahagiaan, telah membuat puteranya marah. 

"Bagaimana jika saya memberi tahu kakek-nenekmu makan di rumah, dan kita bertiga makan di luar".

Ekspresi Bai Luoyin lebih buruk lagi. "Pa, bagaimana bisa meninggalkan mereka makan? Bisakah kakek memisahkan duri dalam daging ikan sendirian? Kalaupun saya ingin mengusir orang, bukan berarti harus mengusir keluarga sendiri, biarkan saja dia makan di halaman, siapa suruh dia ingin tinggal di sini".

"Dia itu tamu, bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?". 

Dia segera berbalik untuk mengambil mangkuk, dan tidak lagi memperhatikan ayahnya.

Bai Hanqi menghela nafas kemudian pergi ke kamar nenek dan memberi tahu mereka bahwa malam ini akan ada tamu yang akan ikut makan malam bersama, kemudian dia menyuruh ibunya untuk tidak berbicara selama makan malam, juga kepada ayahnya agar selalu hati-hati, sedikit lebih pelan untuk makan agar tidak tersedak. 

Keluarga mereka berjumlah empat orang, ditambah satu Gu Hai, menjadi lima orang, membuat mereka menjadi berdesakan saat di depan meja. 

Begitu banyak piring di atas meja. Selain ada sup ikan buatan bibi Zou, Bai Hanqi juga memasak dua piring lagi. Meskipun tampak biasa saja, tapi rasanya tidak seburuk yang dibayangkan. 

Ini adalah makan malam keluarga paling sepi. 

Biasanya nenek Bai banyak bicara, dia tidak berani mengucapkan sepatah katapun karena anaknya telah melarangnya. Dia hanya bisa menyipitkan matanya sambil melihat kesana kemari dengan pandangan yang sangat hati-hati. Namun dapat dilihat dari ekspresi wajahnya bahwa dia seperti menyukai teman cucunya itu, meskipun tidak boleh berbicara, paling tidak dia bisa memberikan lebih banyak makanan kepadanya. Nenek Bai selalu menjepit makanan dari beberapa piring kemudian menyimpannya di piring Gu Hai, sambil tersenyum dan tersenyum kepadanya. 

Gu Hai juga mencintai neneknya, Ketika berusia enam tahun, neneknya meninggal, satu-satunya berkesan dari neneknya adalah rambutnya yang berkilau, Gu Hai berpikiran jika saja neneknya masih hidup, mungkin dia tidak akan sebaik nenek Bai.

Oleh karena itu, sebagai rasa hormatnya, Gu Hai memberi sepotong ikan kepada nenek Bai. 

"Nenek makan ya, saya bisa mengambil makanan sendiri".

Nenek Bai hanya bisa mengangguk sebagai rasa terima kasihnya.

Ekspresi Gu Hai berubah, kemudian diam-diam menoleh kepada Bai Luoyin, "Nenek...... Apakah dia bisu?".

Bai Luoyin merasa jengkel, ingin saja menumpahkan isi mangkuknya ke kepala Gu Hai.

"Nenekmu yang bisu!".

"Nenekku sudah lama meninggal".

Bai Luoyin lalu memilah duri ikan, kemudian dia melihat kakeknya seperti tidak bisa melakukan apa-apa, mengabaikan Gu Hai, lalu memberikan ikannya kepada kakeknya. Sebenarnya, Kakek Bai bisa memilah duri dalam daging ikan, tapi  selalu melakukannya dengan buruk, lidah kakek Bai sudah kurang tenaga untuk menelan semua jenis makanan berat, hal itu membuatnya selalu tersedak dan makanan dari mulutnya akan kembali keluar, khawatir akan hal itu dan mengganggu tamunya, kakek Bai makan dengan sangat hati-hati.

Gu Hai yang melihat Bai Luoyin belum makan banyak karena terus melayani kakek-neneknya. Hatinya sedikit tergerak. Gu Hai menaruh sepotong ikan di mangkuknya, dan memisahkan tulangnya seperti apa yang dilakukan Bai Luoyin, kemudian Gu Hai menaruhnya ke dalam mangkuk Bai Luoyin. Ini adalah pertama kalinya Gu Hai melakukan hal seperti itu. Dia pernah mengatakan kepada temannya, jika ada seorang wanita yang bersedia memilah duri ikan, kelak wanita ini akan menjadi tipe terbaik untuk menjadi isterinya, tapi sayang, justeru yang dia lihat pertama kalinya itu adalah seorang laki-laki.

Bai Luoyin yang baru saja memberi ikan kepada kakeknya, saat itu juga dia menyadari ada ikan di mangkuknya.

Gu Hai tidak berkata sepatah katapun, tapi Bai Luoyin sudah tahu siapa yang melakukannya.

Sebelumnya dari awal makan malam, Bai Luoyin merasa tidak nyaman, tapi karena melihat perlakuan Gu Hai membuat suasana hatinya sedikit lebih baik.

Mata Gu Hai tak pernah lepas untuk meliriknya dari waktu ke waktu.

Setelah makan dua suap, Bai Luoyin mengernyitkan alisnya lalu menatap Gu Hai.

"Masih banyak duri, kamu tidak membersihkannya!".

Apa...... Gu Hai berteriak dalam hatinya, petani miskin tapi ingin seperti tuan muda! Apakah saya, Gu Hai, pernah berutang seumur hidup dikehidupan sebelumnya kepadamu? Apa yang saya lakukan yang terbaik untukmu selalu menjadi sesuatu yang salah?.

Bai Luoyin tidak bisa menahan diri, karena dia tahu apa yang dipikirkan Gu Hai. 

Kakek Bai tersedak, mengubah makan malam yang harmonis. 

Wajah Bai Hanqi langsung berubah, ingin membantu ayahnya, tapi terlambat. Makanan ysng berada di mulutnya menyembur keluar sampai ke sisi mangkuk, menghancurkan kelezatan makanan seluruh meja. 

Bai Hanqi berubah kaku, antara menyesal dan perihatin. 

"Bukankah sudah kuberi tahu, pelan-pelan saat makan". 

Gu Hai sekarang mengerti mengapa Bai Luoyin melarangnya untuk makan di sini. 

Sebelum kejadian itu terjadi, perasaan Bai Luoyin selalu dihantui ketakutan, tapi setelah itu suasananya  menjadi tenang. Kemudian dia berdiri dan mengambil kertas tisu, lalu menyeka mulut kakek. Dia tidak berani melihat Gu Hai, dia tidak ingin melihat orang luar menyaksikan kejadian ini dengan tatapan aneh. Bahkan jikapun Gu Hai tidak mau meneruskan makannya lagi, Bai Luoyin masih tidak bisa menjelaskannya kepadanya. 

Bsi Luoyin membersihkan kerah dan dagu kakeknya sampai bersih. Baru saja Bai Luoyin akan memberinya semangkuk nasi yang baru, tiba-tiba dia melihat tangan yang terentang. 

"Biarkan kakek minum terlebih dahulu".

Tangan Gu Hai memegang cangkir. 

Bai Luoyin tidak bersuara, segera menyerahkan air itu kepada Kakeknya. 

Kemudian Gu Hai mulai membuka obrolan dengan Bai Hanqi juga kepada kakek-nenek. Nenek Bai begitu senang mendengar obrolan mereka sampai pipinya memerah. Dia merasa terpancing ingin mengatakan sesuatu! Tapi dia merasa dibatasi, bahkan jika dia mengucapkan kata baik pun, merasa tidak sanggup.

"Cucumu, sungguh hebat, tidak ada seorangpun di kelas yang berani mengganggunya".

Gu Hai yang mengangkat jempolnya ke depan nenek Bai, tingkahnya seperti anak yang lucu. 

Mata nenek Bai tiba-tiba melebar menatap Gu Hai dengan ekspresi ceria. 

"Bahkan kamupun tidak bisa memerintahnya?".

"Eh...".

Nenek menyadari bahwa dia telah berbicara, dan tiba-tiba menjadi panik, spontan tangannya menutupi mulutnya dengan tatapan mengarah kepada Bai Hanqi. 

Gu Hai dibuat geli oleh kelakuan konyol nenek Bai. 

"Iya, termasuk saya, tidak bisa memerintahnya".

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang