10. 剥了他一层皮-Dia Akan Aku Kuliti

2K 168 1
                                    

"Bai Luoyin, keluar sebentar!".

Guru Sastra memanggilnya.

"Saya tidak tahu kamu memandang saya sebagai apa. Jika ada uneg-uneg yang mengganjal hatimu kau bisa langsung mengatakannya kepadaku, tidak usah bercanda seperti ini. Awalnya saya punya kesan yang baik tentang kamu, tapi sekarang kau sungguh membuatku kecewa!".

Bai Luoyin bingung kenapa bisa dimarahi oleh gurunya, padahal dia tidak melakukan kesalahan.

"Bu, ada apa? bisakah anda menjelaskannya padaku, kesalahan apa yang telah kuperbuat?".

Mengira Bai Luoyin yang pura-pura tidak tahu. Dengan cepat guru itu melemparkan buku tugas kepada Bai Luoyin, Bai Luoyin segera membuka lembar demi lembar buku itu, dan ternyata memang kosong.

Dia berpikir dan mengingat-ingat.

Faktanya, dia memang sudah mengerjakan tugas itu sesuai dengan permintaan guru.

"Jelaskan kepadaku, kenapa kau mengumpulkan buku kosong?!".

"Kosong?".

Hal ini membuat mata Bai Luoyin menjadi tumpul seketika.

kemarahan guru tidak ringan, "Jangan pernah coba-coba dengan saya, saya sudah mengajar selama bertahun-tahun, banyak murid yang bertingkah seperti ini".

"Tidak......". Bai Luoyin cemas, "Bu, saya benar-benar sudah mengerjakannya, ini tidak tahu siapa yang sudah merobeknya". 

kedua pasang mata guru itu melotot seperti akan melompat keluar, "Jadi maksudmu, saya yang telah merobeknya. Begitu?!". 

"Bukan, saya tidak bermaksud begitu!". 

"Kelas berikutnya, kau tinggal di luar, renungkan sampai kau menyadarinya!!". 

Bai Luoyin berdiri diam. 

Guru itu berbalik ke arah Bai Luoyin dan berteriak lagi, "Jangan pikir kalau saya mudah digertak!!".

Siapa yang telah melakukannya?

Bai Luoyin menggigit giginya karena kesal.

Bajingan!! Lihat saja jika aku bisa menangkapnya akan kukuliti habis orang itu...!!

---------

Sebuah resto Huoguo, di jalan Chongwen, Gu Hai dan dua temannya sedang makan bersama. Semasa kecil mereka tumbuh bersama di komplek perumahan Militer selama sepuluh tahun. 

"Apa ayahmu mencarimu dalam beberapa hari ini?".

"Tidak".

 "Ah, Ayahmu ini masih bisa tenang ya".

Gu Hai tertawa keras, sambil memainkan gelas anggur yang ada di tangannya. Dengan nada datar berkata, "Bagaimana mungkin dia bisa tenang, dia tidak pernah ada untuk saya. Yang jelas pasti dia menginginkan saya pergi, hanya saja dia segan".

Walau bagaimanapun kau itu anak tunggalnya, dia tidak akan begitu keras terhadapmu kan?". 

Li Shuo menuangkan Gu Hai segelas anggur lagi, kemudian ketiganya bersulang dan minum secara bersamaan. 

"Kamu tahu dia kejam? Apakah kamu ingat ketika saya masih kecil dia berteriak kemudian menggantung kan? Kalau bukan karena ibu, saya pasti tidak akan hidup sampai hari ini".

Zhou Shihu mengangguk kaku, "Saat itu, saya jadi selalu takut jika melihat ayahmu". 

"Oh iya, waktu itu kamu mengatakan seseorang telah menggagalkan rencanamu, peralatan dibawa pergi, apa sudah tertangkap?".

Teringat kembali hal itu, membuat Gu Hai marah sampai menggertakan giginya. 

"Saya menemukan dua perangkat itu di pasar loak. Karena si penjual menggunakan identitas palsu, itu menyebabkan kesulitan untuk melacaknya. Penasaran siapa orang itu".

Li Shuo tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Sangat menyedihkan". 

Sambil mencelupkan daging ke pot panas, Zhou Shihu bertanya, "Saya dengar wanita itu juga sudah memiliki seorang putra, apa kamu sudah melihatnya?". 

"Lebih baik saya tidak melihatnya". 

Li Shuo menggodanya sambil tersenyum, "Apa kamu tidak takut jika anaknya itu bisa jadi lebih baik daripada kamu?".

Gu Hai menggeram kearah Li Shuo, dengan tatapan mata yang tajam dan dingin hampir saja membekukan irisan daging panas yang berada di mangkuk itu.

Untuk mencairkan suasana Zhou Shihu segera menepuk bahu Li Shuo dan tersenyum. "Baiklah, itu sudah cukup kau sudah mengerti, jangan dibahas lagi tentang hal yang tidak berguna ini, ayo cepat makan".

KECANDUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang