BENAR-BENAR AWAL BAIK

141 10 0
                                    

"ARA!" teriakan itu berasal dari Raga,dia sudah berada di teras rumah Ara.Seperti janjinya kemarin,dia akan menjemput Ara.

"BENTAR,GA!BARU KASIH MAKAN KUCING NIH!" balas Ara berteriak dari dalam rumah.

Raga ahkirnya memilih duduk di kursi teras Ara,dia baru tahu kalau Ara punya kucing."Majikannya aja lucu,apa lagi kucingnya," gumam Raga.

"Ga,ayo berangkat,maaf ya lama." Ara muncul dengan seragam yang sudah melekat pada tubuhnya tak lupa dengan tas berwarna putih tulang kesukaannya.

"Santai aja.Lo punya kucing Ra?" Mereka berdua berjalan beriringan menuju motor Raga.

"Punya,namanya Ciko,kemarin baru aja gue adopsi dari pinggir jalan," jelas Ara setelah memakai helm dan menyusul Raga untuk duduk diatas motor.

"Oh gitu,nggak takut kena penyakit apa?Apalagi dari pinggir jalan," Raga mulai menyalakan kuda bermesin itu lalu segera melajukannya menuju sekolah.

"Tenang,kemarin langsung gue bawa ke dokter hewan,trus gue kasih perawatan."

Raga hanya mengangguk pertanda mengerti dengan penjelasan Ara.Dia merasa senang bisa berinteraksi dengan Ara tanpa adu mulut dan sumpah serapah.Pertama kalinya Ara benar-benar menjadi manusia normal untuk Raga.

"Nanti pulang bareng gue lagi ya,Ra?" tawar Raga saat mereka sudah sampai di parkiran sekolah.

"Nggak ngrepotin nih?Nggak ada niat terselubung kan?" Ara menggoda Raga,dia tidak mencurigai Raga sama sekali.Setelahnya Ara turun dari motor Raga.

Raga masih setia duduk di motornya.
"Enggak,niatnya sih mau ngajak lo makan."

"Makan?Dalam rangka?" kedua alis Ara bertaut,tumben Raga waras.

"Ya cogan kan kalo baik kaya gini,Ra.Lo belum pernah diajak makan cogan ya?" sikap jahil Raga muncul.

"Resenya keluar deh." Keduanya terkekeh.

"Jadi gimana?Mau?"

"Ok deh,nanti ketemuan disini langsung aja ya?"

"Siap deh nyonya besar," Raga ahkirnya tersenyum.

"Yaudah,gue ke kelas dulu,see you."
Ara melambaikan tangannya sembari tersenyum kemudian melangkah menuju kelasnya.

"See you.." Raga sedikit berteriak karena Ara sudah lumayan jauh berjalan, "cantik." Tentu Raga hanya berani bergumam saat mengucapkannya.

"Lo mah nggak asik Jang," Oji sedang ribut dengan Ujang.Ke empat  most wanted SMA Gelora itu sedang berkumpul di pojokan kelas.

"Apaan sih,ribut ae lo berdua," ucap Raga saat dia sedang menyalin PR dari buku Udin,siswa terajin dikelasnya.

"Ini anaknya Wawan,masak bibir gue di tembak pake karet,ndower deh bibir seksi gue," Oji mengelus bibirnya yang malang.

"Siapa suruh daritadi nyanyi,udah tau suara kaya petasan mlempem masih aja sok nyanyi," Satya yang daritadi menelungkupkan kepala dilipatan tangannya yang berada diatas meja mulai bersuara.

"Hina aja gue terus,suara kaya Adam Levine gini dibilang petasan mlempem," Oji mendengus kesal.

"Terima aja kali Ji,takdir Tuhan lebih indah daripada hanya berekspetasi." Raga sudah selesai menyalin PR dan sekarang sudah bergabung dalam obrolan sahabat-sahabatnya.

"Dengerin kata Raga.Untung cuman gue jebret,Ji.Belum gue cium aja tuh mulut," Ujang yang menjadi tersangka penjebretan itu hanya memasang muka santai dan tak berdosa.

"NAJIS!JEBRET AJA NGGAK PAPA!JEBRET SAMPE BENGKAK," teriakan Oji membuat ketiga sahabatnya tertawa.

"Oh ya Ga,nanti lo dapet tantangan balap lagi," ucap Satya saat tawanya mereda.Kini duduknya sudah tegak dengan kepala menyandar pada tembok.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang