"Gue pulang dulu ya."
Raga berpamitan kepada ketiga sahabatnya juga kepada Ara dan Lisa.Hari ini orang tuanya pulang,jadi Satya,Ujang,dan Oji cukup tahu diri untuk tidak membuat ulah di rumah Raga.Meskipun mereka bertiga khawatir dengan yang akan terjadi dengan Raga.Papa Raga adalah orang yang keras.
"Hati-hati,yang,"jawab Ujang dengan lambaian tangan.Disusul yang lainnya.
"Hati-hati,Ga,"ujar Ara,setelahnya Ara tersenyum.
"Makasih,Ra."Tak bisa dicegah,Raga ikut tersenyum.
"Kampret lo!Yang dijawab Ara doang,fix gue ngambek,kita putus!"Jawab Ujang dengan pura-pura ngambek,sontak mereka semua tertawa.
"Makasih Ujang,pacarnya Bu Rena,"jawab Raga cengengesan,setelahnya dia menjauh dan melambaikan tangan.Raga mulai menjalankan motor besarnya dengan hati gembira.Orang tuanya dirumah.
"Semoga si Bambang baik-baik,bae."Gumam Satya yang masih bisa didengar oleh Ujang,Oji,Ara,dan Lisa.
Ara menoleh,menatap Satya."Emang Raga mau ngapain,Sat?"Ara mengerutkan dahinya melihat Satya salah tingkah,sedangkan Ujang sibuk menggoda Oji dan Lisa yang terlihat malu-malu tapi mau.Ara mengajak Satya agak menjauh dari teman-teman.
"Raga kenapa sih,Sat?"tanya Ara dengan penuh perasaan ingin tahu.
Satya diam sebentar setelahnya dia berdeham."Raga mau ada latihan motor,biasa buat balapan."Bukan rahasia lagi kalau Raga adalah seorang pembalap.Bahkan karena "Pembalap" ini jugalah,banyak siswi-siswi yang terpikat kepadanya.
Ara memandang intens wajah Satya,dia tidak percaya."Masa sih?Kok lo sampai pucet gitu?"
Satya merubah ekspresinya menjadi ceria."Beneran,Ra.Udah,ayo pulang,gue mau tidur."Satya langsung bergabung pada Ujang.Lantas dia mengajak keduanya pulang,karena cuaca sudah mulai mendung lagi.Sedangkan Ara hanya bisa diam,mau tanya-tanya tentang Raga pun dia tidak memiliki hak.Mereka sebatas teman,namun Ara sadar dia sudah jatuh cinta pada Raga.
"Halo!Raga ganteng pulang,"sapaan ceria penuh harapan itu memenuhi rumah besar milik keluarga Bagaskara.Raga mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu,lalu melihat sekeliling,tak ada jawaban.
"Mama?Papa?"Raga memanggil kedua orang tuanya,dia benar-benar ingin bertemu.Apakah orang tuanya juga rindu pada Raga?Tak lama,turunlah sepasang suami istri yang menyandang status sebagai orang tua Raga.
Raga berhambur kearah orang tuanya,memeluk Ayah dan juga Ibunya.Namun dia hanya menerima balasan pelukan dari sang Ibu.Sedangkan Ayahnya,hanya diam seperti patung.Raut wajah Ayahnya datar,seperti yang selalu Raga lihat.Raga hanya bisa bersabar dalam hati.
"Gimana kabar kamu,nak?"tanya Mira,Ibu Raga.Mira sadar,anak semata wayangnya ini butuh sekali kasih sayang.Dia menyesal telah menganggap Raga tidak ada.Beliau membelai rambut Raga penuh dengan kasih sayang.
"Baik,Ma.Mama sendiri gimana kabarnya?Sehat?Mama udah makan?Atau mau Raga masakin?"cerocos Raga panjang lebar.Dia benar-benar tak menduga,Ibunya bersikap lembut dan penuh kasih kepadanya.Tidak seperti dulu,selalu tak acuh.
Mira terkekeh."Si jago masak mau pamer sama Mama,ya?Mama sudah makan,Raga."Mira membimbing Raga duduk disofa.Sedangkan Ayah Raga hanya diam menatap Raga sembari duduk.Beliau berdeham,lalu menyandarkan diri di sandaran sofa.
"Raga Bagaskara."Panggil Fino,Ayah Raga.Beliau memang selalu memanggil Raga begitu."Kenapa kamu masih melawan perintah Papa?Kamu balapan lagi?Kamu juga kecelakaan,kenapa tidak beritahu kami?"
Dulu saat dimarahi,Raga hanya sendiri menahan perasaan sakit dan kecewa.Namun sekarang,tangan lembut milik Mira membelai punggungnya,menatap Raga seakan Raga adalah yang paling berharga.Raga menatap Fino."Raga balapan untuk bisa punya uang sendiri,Pa.Raga bukan anak kecil lagi yang selalu makan uang Papanya."Raga diam sesaat."Dan untuk kecelakaan,apa Papa peduli kalau Raga sakit?Paling Papa hanya memarahi Raga,lalu sibuk dengan pekerjaan lagi."
Terlihat rahang Fino mengeras,dia menatap Raga datar namun sorot matanya tajam."Kamu semakin dewasa namun semakin kurang ajar dengan orang tua!Papa kerja juga buat kamu!Kamu bisa beli apapun juga karena hasil kerja Papa!Jangan membuat malu nama Bagaskara!"
Raga menahan kekesalannya yang semakin jadi,dia menghembuskan nafas pelan."Sebegitu murahnya harga nyawa untuk Papa?Raga bersedia kehilangan segala harta,asalkan Papa dan Mama ada buat Raga."Mata seorang Raga sudah berkaca-kaca."Asal Papa tahu,daridulu keinginan terbesar Raga yang tidak bisa Papa penuhi,hanyalah kehadiran orang tua disaat Raga terpuruk."
Mira mengusap lembut punggung Raga,wanita itu sudah menangis mendengar pengakuan anak semata wayangnya.Memeluk Raga dari samping,menyampaikan segala sesalnya."Maafin Mama ya,Ga.Maaf karena Mama belum bisa jadi Mama yang baik buat kamu.Maaf karena Mama lebih peduli terhadap kerjaan Mama.Mama minta maaf ya?"
Raga meneteskan airmata,namun tidak ada isakan yang keluar dari bibirnya,dia membalas pelukan Mira."Iya Ma.Maafin Raga juga udah buat Papa dan Mama repot.Itu semua Raga lakuin supaya Papa dan Mama peduli sama Raga."
Fino mendengus."Dasar anak manja!Ma,jangan terlalu memanjakan dia.Jangan buat mentalnya semakin rusak.Anak kurang ajar nggak pantas dikasih perhatian!"
Raga diam,rahangnya mengeras,giginya beradu menahan luapan emosi."Tuan Fino yang terhormat,selama delapan belas tahun saya menjadi anak anda.Tidak pernah sedikitpun saya meminta uang atau meminta barang kepada anda."Raga terlalu emosi,hingga dia berbicara seformal itu kepada Ayahnya sendiri."Dari kecil saya selalu dibelikan mainan tanpa saya minta.Selalu dibiarkan bermain sendiri,tanpa interaksi dengan orang tua saya.Bahkan dari kecilpun,belum sekalipun saya pernah dipeluk oleh orang tua seperi anak pada umumnya."
"Kejadian-kejadian menyakitkan yang saya hadapi,membuat saya terpuruk.Saya butuh penopang,saya butuh penyemangat.Namun dimana anda disaat saya jatuh?Dimana anda saat saya susah?Anda hanya mengirim saya uang setiap saya susah.Memang bisa menyembuhkan luka batin dengan uang?Saya bukannya bersikap menentang atau kurang ajar.Saya hanya tidak kuat lagi menahan semuanya sendirian.Jika sudah selesai saya pamit ke kamar,selamat malam."
Raga mencium pipi Mira sebelum beranjak menuju kamarnya dilantai dua.Raga beranjak meninggalkan isak pilu dan penyesalan dari Mira.Meninggalkan Fino yang terbungkam dengan ucapan Raga.Entah beliau bungkam karena merasa bersalah atau memikirkan cara bagaimana membuat seorang Raga Bagaskara jera.
"Pa," Mira duduk disebelah suaminya.
"Kapan kamu bisa menghilangkan sifatmu ini?Jelas,ini bukan kesalahan Raga.Ini kesalahan kita,Mira dan Fino."
Fino masih saja diam."Kamu adalah orangtua paling menyedihkan jika tidak bisa memberi Raga perhatian ataupun kasih sayang."Mira kembali meneteskan airmata."Aku sudah cukup sabar,mengikuti perintahmu agar tidak memperhatikan Raga.Selama delapan belas tahun kamu mengurungku dalam gelap.Mengancamku,akan membuang Raga jika tidak mengikuti kemauanmu.Sekarang terserah padamu,aku seorang Ibu.Aku tidak akan membiarkan anakku dilukai barang setitik pun.Sudah cukup,aku akan bersama Raga."
Fino masih saja terdiam,di sorot matanya yang tajam terdapat kelumpuhan dan keresahan.Mira beranjak meninggalkan Fino yang masih terdiam.Mira ingin menyusul Raga,menenangkan Raga.Seperti yang Raga bilang,Raga ingin orangtuanya ada disaat dia terpuruk.Dan Mira akan selalu melakukannya tanpa diminta atau tanpa menunggu Raga terpuruk.
👟👟👟
Halo kawan-kawannn😀
Maaf ya kalau gaje atau lebay atau nggak sesuai imajinasi kalian(:
Jangan lupa vote dan komen ya❤
Terimakasih💜
Semoga hari kalian ceria!😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA
Teen FictionAbraga Jagad Bagaskara. Cowok ugal-ugalan,yang kalo kentut,baunya minta ampun.Suka balap liar,nakal,ngerokok,tapi takut sama Tuhan. Arananta Elena Denira. Cewek kalem,tapi kalo udah deket sama Raga bawaannya ingin marah,wakil ketua OSIS,paling benci...