"Selamat siang,Berkah Dalem."
Ujang berseru saat memasuki kamar bernomor 264.Siang itu,kamar rawat Raga berisi dengan manusia setengah kambing.Terkecuali dengan gadis manis berambut panjang itu.Ara.Dia hanya menggelengkan kepala menyaksikan tingkah ajaib para sahabat Raga.
"Raga belum sadar juga,Ji?" Satya bertanya setelah duduk disamping Oji.
Oji menggeleng."Belekan kali tuh anak."
"Lo bawa apaan,Ra?"
Oji menatap kantong plastik yang dibawa Ara,roma-romanya seperti bau makanan.Tadi sebelum Ara datang menjenguk,dia menyempatkan untuk membeli beberapa jenis buah dan makan siang untuk Oji,Ujang,Satya,dan dirinya.
"Buah sama makan siang.Nih,makan dulu,buahnya buat Raga."
Ara menyodorkan kantong plastik berisi makanan itu,tentu Oji menerimanya dengan cengiran yang lebar.Gadis dengan rambut dikucir ekor kuda itu duduk disebrang Oji dan Satya.Sedangkan Ujang memilih bersantai diluar sembari menggoda perawat-perawat cantik yang berlalu lalang.
"Lo nggak makan,Ra?" Satya bertanya disela kegiatan mengunyahnya.
Ara tersenyum."Nanti aja,tunggu Raga bangun."
"Lo temennya dia tapi berasa istrinya."
Ara melotot."Bilang sekali lagi,gue timpuk buah."
Satya hanya nyengir tak berdosa."Ampun mbak."
"BANG SAT,JARI RAGA GERAK!"
Oji berteriak histeris,suaranya nyaris membuat Satya tersedak.Ara menatap ngeri kelakuan Oji.Hingga tiba-tiba,seorang perawat masuk kedalam kamar Raga dengan tergopoh-gopoh.
Ingin rasanya Ara menimpuk Oji dengan buah saat itu juga."Ada apa,Mas?Pasien baik-baik saja?"
"Tadi jari sahabat saya gerak,Sus."
Perawat itu melongo tak percaya,laki-laki ini berteriak hanya karena itu?"Mas itu gerakan refleks.Nggak usah berlebihan,kontrol diri juga,Mas.Ini Rumah Sakit bukan hutan."
Ara dan Satya berusaha mati-matian untuk tidak tertawa melihat muka Oji yang malu dan salah tingkah.Oji hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Rasa laparnya entah pergi kemana,tergantikan rasa malu.
"Yasudah,saya permisi dulu."Perawat itu keluar dengan senyum yang dipaksakan.Terlihat sekali.
"Gue dimana?"
Ketiga kepala itu menoleh menatap sumber suara.Suara yang berhasil membuat seisi ruangan merasa gembira dan lega.Pasalnya,kelopak mata yang semalaman terpejam,kini sudah kembali terbuka.Raga siuaman.
"BEBEB GUE!!LO BUAT KITA KAWATIR MONYET!!!"
Kini semua orang yang berada didalam kamar menatap Ujang yang baru saja masuk dan berteriak histeris.Ujang memilih masuk karena mendengar kegaduhan yang berasal dari kamar Raga.Setelah dia masuk,ternyata Raga sudah sadar dan bodohnya dia hanya terbengong melihat itu.
Ujang,Oji,dan Satya segera berhambur ke kasur Raga.Mereka menepuk pelan pundak Raga,menyalurkan kebahagiaan yang mereka rasakan.Raga tersenyum melihat ketiga sahabat laknatnya.
"Jadi?Gue bebeb lo atau monyet?"
Mereka berempat tertawa,seperti sudah berabad-abad tidak bertemu.Ara yang masih duduk tiba-tiba merasa canggung melihat itu.Rasanya dia menjadi pengganggu antara Raga dan ketiga sahabatnya.Ara menundukan kepala menatap ujung kaos kakinya,dia bingung harus melakukan apa.
"Lhoh?Cewek garong?"
Ara kaget dan langsung menengadahkan kepalanya menatap Raga.Pandangan mereka bertemu beberapa detik,hingga Ara memutuskan kontak mata tersebut.Ara berjalan menuju Raga,sedangkan ketiga cowok ajaib tadi keluar.Sangat pengertian untuk memberi mereka ruang untuk berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA
Novela JuvenilAbraga Jagad Bagaskara. Cowok ugal-ugalan,yang kalo kentut,baunya minta ampun.Suka balap liar,nakal,ngerokok,tapi takut sama Tuhan. Arananta Elena Denira. Cewek kalem,tapi kalo udah deket sama Raga bawaannya ingin marah,wakil ketua OSIS,paling benci...