Ara melangkahkan kaki dari ruang OSIS,rapat hari ini berjalan dengan lancar.Dan seperti biasa dia mendapat pujian dari anggota yang lain karena idenya selalu istimewa dan tidak berlebihan.
Rapat yang membahas tentang bazar yang akan segera dilaksanakan untuk memberi sumbangan ke Panti Asuhan.Dan Ara selalu suka dengan kegiatan sosial serta kemanusiaan.
Dia melintas dikoridor yang dekat dengan lapangan basket,melihat beberapa lelaki masih bermain basket disana,padahal hari sudah mulai sore.
Dan saat seorang dari mereka menoleh,betapa menyesalnya Ara telah memperhatikan kearah mereka.
Siapa lagi kalau bukan Raga,si manusia tengil,kurang kerjaan,nakal,pembuat onar,pokoknya nggak banget.
Raga pun hanya memandang sekilas lalu melanjutkan bermain basket,tumben sekali tidak mengganggu Ara.
Ara pun hanya masa bodoh dan berlalu dari sana,menuju ke gerbang sekolah,untuk menunggu abangnya menjemput.
"Raga!" teriak Ujang.
Raga pun menerima umpan dari Ujang,dan dengan gerakan gesit bola itu dapat masuk kedalam ring dengan gerakan lay up.
"Gila,babang Raga emang terbaik lah," teriak Ujang sambil merangkul pundak Raga.
"Dedek Ujang bisa aja," balas Raga.
"Mulai deh,jadi ke warung Bi Atik nggak nih?" tanya Satya.
"Jadi Bang Sat."
"Hm."
Mereka pun tertawa,segera membereskan barang-barang yang tercecer dan segera ke parkiran untuk mengambil motor.
Saat melintas di gerbang sekolah,Raga melihat Ara sedang berdiri sendiri,sepertinya cewek itu sedang menunggu jemputan.
Raga membuka kaca helmnya dan menyuruh teman-temannya untuk duluan ke warung Bi Atik.
"Bang,lo jangan selingkuh dari gue ya,gue nggak sanggup," ucap Ujang pura-pura menangis.
"Berisik,udah sana duluan."
"Ngapain lo disini?" tanya Ara ketus saat ke 3 cowok itu pergi.
"Nyanperin lo lah."
"Ngapain?Kurang kerjaan banget."
"Jutek amat sih,ntar cantiknya ilang loh," goda Raga sambil menahan senyum.
"Berisik amat sih lo,nggak bisa ya sehari aja nggak ganggu gue?" Ara sangat jengkel.
"Nggak bisa."
Kemudian keadaan hening,Raga hanya menatap Ara dari atas motor.
Tiba-tiba saja ponsel Ara berbunyi.'Halo?Lo dimana sih bang?Gue udah nunggu 1 jam lhoh ini.'
'Ara,maaf banget nih,gue gabisa jemput,ada rapat mendadak,sorry ya ntar gue ganti 2 kerdus es krim,oke bye,naik taksi aja ya,hati-hati,cantik.'
Ara mendengus,telvon itu sudah terputus,abangnya,Aro,selalu saja rapat mendadak,tapi Ara juga selalu senang dengan 2 kardus eskrim.
Dia hanya tersenyum geli,membayangkan dirinya yang selalu mau dijemput oleh Aro,padahal cowok itu super sibuk.
"Lo senyum-senyum sendiri,gila ya?"
Haaahhh,Ara lupa jika masih ada mahluk ini,dia pun memasang wajah galaknya lagi.
"Iya gue gila,kenapa?!" gertaknya galak.
"Abang lo gabisa jemput kan?bareng gue aja," mengabaikan gertakan Ara,Raga lebih memilih menawarkan tumpangan,dia mendengar percakapan Ara tadi dengan abangnya.
"Ogah,mending naik angkot daripada goncengan sama lo."
"Ini udah mau malem lho Ra,angkot udah nggak ada,ayo sama gue aja,cowok cakep lagi baik nih."
Ara pun terdiam,benar juga,jalanan depan sekolah sudah mulai sepi,dan tidak ada angkot yang melintas,Ara pun dengan berat hati harus menerima ajakan Raga.
"Oke gue ikut,tapi nggak ada modus-modusan ya."
"Siap bu bos."
Namun percaya dengan Raga adalah penyesalan bagi Ara,cowok itu memang tidak modus namun membawa motor besarnya dengan kecepatan diatas rata-rata.
Otomatis tangan Ara memeluk perut Raga,Raga tersenyum dibalik helm full face nya.
"RAGAA!!!LO MAU BUAT GUE MATI YA?GUE BELUM SIAP!!!" teriak Ara sembari memejamkan mata.
"ENGGAK KOK RA,KALO LO MATI GUE NGISENGIN SIAPA?" balas Raga juga berteriak namun setelah itu dia tertawa.
Tawa yang tak pernah didengar Ara,biasanya cowok ini hanya tersenyum atau mengangkat satu sudut bibirnya.
Bahkan saat berkumpul dengan ke 3 sahabatnya,tawa Raga tidak pernah selepas ini.Ataukah diri Ara yang kudet?
Namun,buat apa juga dia memperhatikan Raga,kurang kerjaan sekali.
Perjalanan pun menjadi hening,Ara tetap memeluk Raga,seakan dia akan terbawa angin jika melepaskan pelukannya.
Tak berapa lama,mereka sampai di rumah Ara,muka Ara sudah pucat,karena Raga membawa motor dengan kecepatan tang tidak bisa dianggap normal.
"Raga gila,jantung gue mau copot,kalo mau mati gausah ngajak-ngajak,nyesel gue ikut sama lo," cerocos Ara panjang lebar.
"Halah lebay,tadi lo peluk-peluk gue,sekarang yang modus siapa?" tanya Raga jahil.
Blush.Wajah Ara memerah,kenapa dirinya tidak sadar saat memeluk tubuh Raga,dia merutuki dirinya sendiri,kenapa sampai bisa memeluk Raga.
"Apaan sih lo?!PD banget,gue cuman takut jatuh," jawab Ara galak namun terlihat lucu dimata Raga,karena cewek ini sepertinya salting.
"Takut jatuh atau takut kehilangan gue?" balas Raga menaikan satu alisnya.
"Apaan sih,udah sana lo pulang,makasih,semoga ini jadi yang pertama dan terahkir."
Ara langsung masuk kedalam rumah,bahkan tak ada senyum untuk Raga,Raga sudah biasa dengan semua kejutekan dan amarah Ara.
Tak ambil pusing,Raga memilih melajukan motornya menuju warung Bi Atik untuk berkumpul bersama dengan ke 3 sahabatnya yang laknat.
👟👟👟
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA
Teen FictionAbraga Jagad Bagaskara. Cowok ugal-ugalan,yang kalo kentut,baunya minta ampun.Suka balap liar,nakal,ngerokok,tapi takut sama Tuhan. Arananta Elena Denira. Cewek kalem,tapi kalo udah deket sama Raga bawaannya ingin marah,wakil ketua OSIS,paling benci...