TEMAN?

145 9 0
                                    

"Lo sama Feli gimana,Ga?" Keempat cowok ganteng itu sudah sampai di warung Bi Atik dan memilih duduk diluar,karena hari masih panas.

"Nggak gimana-gimana,Bang Sat," Raga menghidupkan korek dan menyulutkan ke ujung rokok.

"Belum ada niat buat bicarain masalah?" Ujang ikut menimpali setelah menghembuskan asap rokok.

"Udah,tapi nggak sekarang."

"Terus kapan?Sampe mimi peri hamil?"

"Yoi," jawab Raga santai.

"Seriusan,Ga.Lo kapan mau nyelesaiin masalah ini?Inget kalo lo nggak selesaiin sekarang,masalah ini bisa berdampak ke Ara," Oji menjelaskan.

"Kok bisa Ara?" Raga memang minta di sambit pake golok.

"Lo itu begonya kebangetan deh,Felita itu nekat,dia bakal ngelakuin apa aja biar bisa mewujudkan apa yang dia mau.Kalo dia mau lo,dan lo udah sama Ara.Siapa yang bakal celaka?" Oji tak habis pikir dengan sahabatnya yang bodohnya kebangetan.

Raga diam,berpikir."Ara?" tanya Raga lirih.Dan ketiga sahabatnya menganggukan kepala sebagai jawaban.

Raga bahkan tak memikirkan dampaknya bagi Ara,benar kata sahabatnya,Raga terlalu egois.Dia memikirkan waktu yang tepat untuk menemui Felita,agar masalah ini cepat selesai dan Ara tidak terluka atau celaka.

"Besok,gue temuin dia,gue selesaiin semuanya,"ucap Raga mantab tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Gitu dong,baru brotha gue," Ujang merangkul Raga dan menepuk punggungnya dengan keras.

"Ujang ogeb,jangan kenceng-kenceng!Sakit!" Raga melepaskan dirinya dari rangkulan Ujang.

"Nanti bilangin Bibi ya,gue pulang agak maleman," Raga menekan ujung rokoknya yang menyala pada asbak.

"Emang mau kemana?"

"Mau kencan sama cewek garong lah,emang kalian?Jomblo." Raga menjulingkan mata dan menjulurkan lidahnya.Ahkirnya kepalanya yang tak bersalah mendapat hadiah jitakan dari ketiga sahabatnya.

"Mentang-mentang mau kencan kita dihina,coba lagi galau,sok imut dah tuh muka jamban," Oji melemparkan kacang ke muka Raga.

"Nggak bisa liat sahabat seneng ya kalian," Raga tertawa sembari memiting kepala ketiga sahabatnya,tak bisa dicegah mereka bertiga ahkirnya ikut tertawa.

"Guys,guys," ketiga pasang mata itu ahkirnya memusatkan perhatian pada Satya,"Gue punya tebak-tebakan nih."

"Apaan?" Mereka kompak menanyakan.

"Kecil,item,di pencet nendang.Apaan hayo?"

"Kutilnya Ujang?" Tanya Raga asal.

"Salah."

"Beleknya Raga?" Jawaban semakin tak masuk akal dari Oji.

"Salah juga."

"Terus apa dong?" Ujang yang memiliki otak paling dangkal diantara mereka ahkirnya memilih menyerah.

"Tai lalatnya Bu Rena," Satya tertawa sedangkan ketiga sahabatnya memandangnya cengo,masih tidak paham."Kok kalian nggak ketawa?" tanya Satya.

"Apanya yang lucu?" Raga benar-benar tidak paham.

"Upil lo tuh lucu,Ga!" Satya kesal karena tidak ada yang paham dengan candaannya.

"Santuy lah,Sugeng!Kita bener-bener nggak paham," Ujang ahkirnya menimpali.

"Udah ya,gue cabut dulu.Mau jemput Ara,sekalian ajak makan,nanti tolong pamitin Bibi ya?" Raga menyambar jaket denim dan kunci motornya,sedangkan tasnya dia titipkan pada Satya.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang