WEJANGAN

167 12 0
                                    

Raga duduk di balkon rumahnya,dengan sebetang rokok dan kopi kaleng.Malam minggu yang sempurna,ke tiga sahabatnya memilih bermain PS didalam kamarnya.

Raga teringat saat dia menemani Ara makan bakso,bagaimana muka Ara saat itu,seperti ingin makan orang.Dan setelah acara makan bakso selesai baru lah Ara membuka suara.

"Lo beneran berantem?" Ara menampilkan wajah penuh curiga.

"Menurut lo?" jawab Raga kalem sambil bermain game Pou.

"Iya,dilihat dari muka lo yang bonyok,bekas darah di baju lo.Lo nggak kapok apa?!" Ara berseru galak,kalau tidak di tempat umum sudah pasti iya memakan Raga hidup-hidup,emang bisa,ya?

"Lah emang kenapa?Nggak ada urusannya sama lo." Raga masih aja kalem,padahal Ara sudah menatapnya dengan percikan api dimatanya.Lebay.

"Bukan urusan gue gimana?!Lo tuh malu-malu in nama sekolah tahu nggak?!Emang ada untungnya berantem kaya gitu,hah?!Gue nggak bakal laporin ke BP!" Emosi Ara meluap,namun dia masih bisa mengontrol dirinya.

"Justru gue berantem untuk nama sekolah,nggak terima dong gue nama sekolah diinjek-injek.Kenapa nggak lo laporin?Nggak masalah bagi gue kalo lo laporin." Kini Raga mengalihkan pandangannya ke Ara dan memasukan ponsel ke saku bajunya.

"Nggak pake berantem juga kali,lo bisa kan pake otak lo yang genius dan pinter buat diadu sama mereka?!Gue nggak mau ngadu karena lo sama aja kalo habis dimarahin tetep aja diulangi,sia-sia tuh nafas guru!"

Raga memang salah satu murid yang pintar,bahkan dia pernah menjuarai lomba cerdas cermat.Itulah alasan kenapa Raga masih bisa bertahan di sekolahnya dengan segudang kelakuan berkonotasi negatif.

"Nafas lo juga sia-sia dong?" kini Raga menatap Ara jahil.

"Hiiihhh lo tuh yaaa!!!Minta gue--"

"Cium ya?Nih dengan senang hati gue kasih.Mau dimana?Pipi?Dahi?Hidung?Atau bibir?" Nada mengesalkan itu terdengar.

"Itu sih maunya lo!!Pokoknya gue nggak mau tau lo berantem lagi,kalo lo berantem lagi gue jadiin daging bakso beneran!" Kalimat sadis itu terlontar dari bibir tipis berwarna merah milik Ara.

"Ya tergantung sih," Raga melipat tangannya didepan dada.

"Tergantung apa?"

"Tergantung,kalo lo mau jadi pacar gue," Raga tersenyum kalem.

"Ogaaaahhh!!Mending lo bernatem aja sana sampe tangan pindah di kaki!!"

Raga hanya tertawa,membuat Ara kesal sambil mencak mencak adalah sebuah keharusan.Meskipun begitu ada perasaan yang selalu Raga sembunyikan,selalu ada desiran aneh saat bersama Ara,namun bukan sekarang mengatakan semua,mengingat sikap Ara padanya masih seperti kucing garong,galak.

"KUCING KAWIN SAMA BEKANTAN!"

Raga kaget dengan seruan konyol Ujang,ke tiga sahabatnya itu menyusul dirinya ke balkon,dan Ujang mengagetinya dengan kalimat yang tidak bisa dikatakan normal.Dan ke tiga nya tertawa,dasar minta di sleding.

"Apaan sih lo,lo aja sana kawin sama bekantan!" seru Raga kesal.

"Santai dong beb,gitu aja kok marah." Ujang berhenti tertawa dan duduk di samping Raga.

"Ngalamunin apa lo,Ga?Yang jorok-jorok pasti ya?" Satya ikut menimpali,dia duduk didepan Raga,disampingnya ada Oji.

"Hooh,kok lo tau sih,Sat?"

"Lhah kok lo jujur sih Ga?Emang yang jorok apaan?"

"Mukanya Ujang."

"Mati lo Jang,dihina babang Raga." Oji bergabung dalam obrolan.

"Gapapa deh,kalo cogan mah bebas."

Ke empat nya pun tertawa,memang tidak ada yang lebih membahagiakan selain berkumpul dengan orang-orang yang kita sayangi.Meskipun mereka semua gesrek dan minta di lindes pake truk gandeng,tapi Raga sangat menyayangi mereka,mereka yang membuat Raga menjadi hidup.Keluarga sesungguhnya yang dianggap Raga adalah mereka.

"Lo mau denger gue nyanyi nggak?" kebetulan Oji membawa gitar.

"Mau Ga,jarang lo keluarin suara emas lo," Oji menyerahkan gitarnya ke Raga.

"Mau nyanyi apa?" tanya Satya.

"Bojoku Galak?Lagi viral tuh!" seru Ujang antusias.

"Oke,dengerin ya."

Raga pun menyanyi dengan suaranya yang bisa dibilang bagus.Raga menyanyi,Oji dan Ujang bergoyang dan Satya merekamnya diam-diam lalu ia kirimkan ke Ara.

"Widih emang paling asik suara lo,Ga.Buat siapa tuh lagu?" tanya Satya jahil saat Raga selesai bernyanyi.

"Cewek garong kesayangan gue."

Satya sudah tahu siapa yang dimaksud Raga,dia hanya tersenyum menanggapi jawaban Raga.Sedangkan Oji dan Ujang terbengong,setahu mereka berdua cewek garong adalah Ara.Jadi artinya Raga menyukai Ara.

"WHAT?!LO SUKA ARA GA?!DEMI APZZ?!" teriakan lebay itu keluar dari mulut Ujang.

"Yee si idung bekantan,suara lo kecilin,bisa ganggu tetangga,nyet!" Raga berseru jenaka.

"Mangap-mangap,jadi beneran lo suka Ara?"

"Ya gitu lah,gue nggak tahu perasaan apa ini,yang gue tahu perasaan ini cuman ada kalo Ara ada dideket gue.Bahkan ngelihat dia aja gue bahagia."

"Kenapa nggak lo dor aja,Ga?" kini Oji bertanya.

"Mati dong kalo di dor." Satya menimpali.

"Maksud gue dor cinta oon,gini nih kebanyakan makan sambil salto."

"Eh anjir,emang bisa?" tanya Raga.

"Ya lo coba,soalnya gue juga belum pernah,hehe."

"Si upil dugong mah minta di gilas pake setrika." Mereka semua pun tertawa.

"Nggak segampang itu,Ji nembak Ara,dia langka,susah didapetin apalagi sikap dia ke gue,galaknya minta dinikahin."

"Ye itu sih mau lo,Ga.Gini ya,lo kalo beneran sayang sama dia perjuangin dia bro,segalak apapun dia kalo takdir berkata lo sama dia,dunia bisa apa?Emang rintangannya banyak,tapi gue yakin,lo punya cara lo sendiri buat jadiin Ara milik lo.Dan inget Ga,kalo lo udah dapetin Ara,lo jaga dia baik-baik,karena sekali dia kecewa,lo nggak bakal bisa dapet kepercayaannya lagi." Oji memberi penjelasan yang bisa diterima Raga.

"Pasti Ji,dia terlalu berharga untuk disakitin,bahkan dia lebih berharga dari apapun yang gue punya." Raga menjawab tanpa ragu.

"Ini dia Raga gue,lo emang brandal Ga,tapi semua orang nggak tahu siapa diri lo sebenarnya,semangat bro!"

Raga tersenyum,betapa dia mencintai Ara dan sahabat-sahabatnya yang laknat ini,dia berdoa supaya selalu bisa seperti ini bersama ke3 sahabatnya.

"Sayangnya aku semua,sini cium dulu." Raga berujar dengan memajukan bibirnya.

"Najis!"

"Jijik anjir!"

"Sana cium bu Rena!"

Raga tertawa melihat ke 3 sahabatnya lari masuk kedalam kamar,biarpun mereka nggak waras a.k.a gila Raga selalu menyayangi mereka dan menganggap mereka seperti saudara.

"GA,SEMPAK GUE LO TAROH DIMANA?!" teriak Oji.

"DIDAPUR JI!" balas Raga tak kalah keras.

"KOK BISA DISANA?"

"GUE JADIIN PEL,KAIN PEL GUE ILANG."

"RAGA STRES!"

Lagi-lagi Raga tertawa,dia meminjam sempak Oji alasannya untuk dicucikan,agar Oji tidak perlu repot mencucinya.Tapi kenyataannya malah dibuat Raga kain pel.Nggak papa,cogan mah bebas.

👟👟👟

Vote dan komen ya,terimakasih❤

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang