"Ga,bangun dong,lo mau disunat lagi?" Satya bertanya di ruangan bernuansa putih itu.
Satya,Oji,dan Ujang menunggui Raga di Rumah Sakit,sedangkan Ardi pamit pulang karena besok ada acara.Ketiganya tampak kacau melihat kondisi Raga.Tidak lengkap rasanya jika Raga tak ikut mengobrol.Dan kini tubuh yang biasanya kokoh dan tegap itu,terbaring lemas dengan selang infus ditangan kirinya.
Alat bantu pernafasan pun tak lupa dipasangkan dihidung Raga.Kondisinya memprihatinkan,ada benturan ringan dikepala,luka parah di kaki dan tangan kirinya.Untung tidak ada yang patah.
"Besok kalian berdua masuk aja,gue yang jagain Raga," ucapan itu berasal dari Oji.
"Ogah!Gue juga mau jagain Raga," Ujang menjawab dengan bentakan yang tertahan.
"Mending kita giliran aja jaga Raga,daripada rebutan.Besok giliran Oji,trus Ujang,baru gue." Satya mengusulkan jalan keluar untuk perdepatan Oji dan Ujang,dan keduanya mengangguk setuju.
"Besok kasih tau Ara nggak?" pertanyaan itu berasal dari Ujang.
Ketiganya diam memikirkan tindakan yang harus mereka lakukan.Beritahu Ara atau tidak?Ketiga cowok tampan itu menyelami pikirannya masing-masing.
Hingga Satya berdeham,lalu membuka suara,"Kasih tau aja,siapa tahu ini awal yang baik untuk Raga dan Ara.Ara dan Raga juga udah berteman,nggak mungkin kan kita menutupi ini dari Ara?"
Oji dan Ujang mengangguk,lalu Ujang menjawab,"Bener,yaudah besok kita kasih tahu Ara."
"Gue pulang dulu ya,besok pulang sekolah gue kesini."Satya berdiri lalu mengambil jaket berwarna coklat miliknya."Oh iya,kita belum ngabarin orang rumah Raga."
Ujang yang juga sudah berdiri dan sedang memakai jaketnya,sontak menghentikan aktifitasnya."Kita juga belum ngabarin Tante Rika dan Om Radit."
Wajah ketiganya tampak tegang,mereka tahu resiko apa yang akan diterima Raga nanti kalau orang tuanya tahu.Dan Oji memutuskan untuk memberitahu Bi Inah saja,dia tidak mau luka Raga bertambah.Apalagi luka batin Raga.
Setelah Oji memberitahu keadaan Raga pada Bi Inah,Satya dan Ujang berpamitan pulang.Tadi Bi Inah yang sepertinya sudah tidur dan belum sepenuhnya bangun saat mengangkat telfon Oji,mendadak pucat dan lemas mendengar Raga kecelakaan.Beliau ingin ke Rumah Sakit saat itu juga,namun karena sudah dini hari,Oji menyarankan untuk berangkat besok saja.Sekalian membawa baju ganti untuk Raga.Dan Bi Inah setuju.
Suara dering telfon berbunyi,itu berasal dari ponsel Oji yang berada dalam saku celana.Segera Oji meraih ponselnya.Ara?"Halo?"Oji menyapa lebih dulu.
"Eh,halo Ji.Maaf ganggu malem-malem gini."
"Nggak papa Ra,santai.Ada apa?"
"Gue mau tanya,kok nomornya Raga nggak aktif ya?"
Oji terdiam,apa disampaikan sekarang saja?"Raga kecelakaan."
Tak ada jawaban di sebrang sana.Oji tak tahu bahwa Ara seperti tersambar petir."Dimana?"Suara itu lirih.
"Dijalan."
"Maksud gue,sekarang Raga dimana?"
"Di Rumah Sakit Pelita."
Seketika panggilan itu diputuskan,Oji menatap ponselnya aneh.Lebih tepatnya aneh terhadap sikap Ara.Oji tidak mau ambil pusing,dia lebih memilih menonton TV.Ternyata bosan juga menunggu orang sakit seperti ini.Tidak apa-apa,ini semua demi persahabatan,Oji rela.
Oji mendengus bosan."Raga bangun!"Oji berteriak,dia tidak suka melihat Raga lemah seperti itu.
"Mas kalau mau teriak-teriak jangan di Rumah Sakit," suara seorang perawat mengejutkan Oji.Suaranya cukup keras ternyata.Oji hanya meringis setelahnya perawat itu keluar.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA
Dla nastolatkówAbraga Jagad Bagaskara. Cowok ugal-ugalan,yang kalo kentut,baunya minta ampun.Suka balap liar,nakal,ngerokok,tapi takut sama Tuhan. Arananta Elena Denira. Cewek kalem,tapi kalo udah deket sama Raga bawaannya ingin marah,wakil ketua OSIS,paling benci...