GAGAL

106 11 0
                                    

"Ara."

Gadis berambut panjang itu menoleh kearah suara yang menyebut namanya.Kemudian senyumnya merekah,mendapati siapa yang memanggil dirinya.

"Lo noleh aja bisa keliatan cantik banget," gumaman seseorang dari jarak lima meter.

"Raga," Ara membalas sapaan Raga sembari tersenyum lalu melambaikan tangan.

Orang yang tadi memanggil Ara adalah Raga,dia juga yang bergumam seperti orang gila.Segera Raga melangkah untuk menghampiri Ara.Dia juga tersenyum seperti Ara.Lucu memang,dulu mereka adalah musuh yang selalu berperang secara terang-terangan.Sekarang mereka dekat layaknya pasangan kekasih.

"Nanti lo dirumah kan?" tanya Raga saat keduanya sudah bersisihan.

Ara mengangguk."Iya.Kenapa,Ga?"

"Nanti gue mau kerumah lo,sekitar jam empat sore lah," jawab Raga sembari mengintip jam hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Ara mengerutkan dahinya."Mau ngapain kerumah gue?"

"Ada sesuatu yang mau gue bicarain ke lo,Ra."

"Tentang?Kenapa nggak disini aja?"

"Nanti lo tahu,ini bersifst pribadi.Kalau disini,nanti semua orang tahu dong."

"Hm,Ok.Tumben lo nggak rese?Baru waras,ya?"

"Udah kok,tadi gue habis gangguin Bu Rena lagi."Raga menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi.

"Astaga,lo apain lagi,Ga?"Ara tak habis pikir dengan Raga.

"Tadi dia baru pakai bedak,bedaknya yang kaya serbuk itu lho Ra.Terus gue kagetin,eh bedaknya melayang semua ke muka dia.Gue lari deh,terus ketemu sama bidadari."Jelas Raga panjag lebar.

Ara tertawa mendengar penjelasan Raga,lelaki ini seperti tidak memiliki jera terhadap Bu Rena begitupun dengan guru yang lain."Eh tunggu,bidadari?Siapa?"tanya Ara saat tawanya reda.

"Nama bidadarinya Arananta."Sedetik kemudian Raga lari setelah mencubit pipi Ara gemas.

"Astaga jantung gue disko,tolong hamba ya Tuhan,"Ara memegang pipi dan dadanya.Ingin teriak,namun masih dalam lingkungan sekolah.

Jam pelajaran terahkir telah usai,semua murid memasang ekspresi yang tentu saja senang luar biasa.Namun,bagi para penikmat kelas sebagai tempat menyalurkan mimpi dan kantuk tentu sangat terganggu.Pasalnya,waktu tidur mereka terhenti.

"Ga,mau nongki-nongki dulu nggak?" tanya Ujang,saat keempat lelaki tampan itu berjalan menuju parkiran sepeda motor.

"Nggak bisa,mau persiapan bahagiain anak orang,"Raga menyisir rambutnya ke belakang dengan kelima jarinya.Mempesona.

"Najis amat si kuda betina!" Oji melirik Raga sinis,namun detik berikutnya keempat cowok tampan itu tertawa.

"Raga!"

Keempatnya menoleh.Raga menyipitkan mata untuk memperjelas siapa yang memanggilnya.Itu Ara,gadis yang sebentar lagi menjadi alasannya untuk bahagia dan tersenyum.

Raga menumpukan kedua tangan diatas helm,dia menunggu dengan tenang dan manis di atas sepeda motor kesayangannya.Dia terus memperhatikan gerak-gerik Ara.Bagaimana Ara bisa bertingkah ajaib seperti itu?

"Kenapa?" Raga membersihkan sisa makanan di sudut bibir Ara,keduanya sudah saling berdekatan.Raga tidak tahu,bahwa jantung Ara ingin lepas dari tempatnya.

"Emmm...anu...anu Ga..." Ara bingung sendiri akan kalimat yang akan ia sampaikan.Padahal tadi dia sudah menyusunnya dengan rapi dan indah.Ini semua akibat dari tatapan tajam namun teduh milik Raga dan sikap manis Raga.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang