ABU-ABU

93 6 0
                                    

Sang fajar kali ini malu-malu menampakkan dirinya.Sinar yang biasanya membias indah,kini tertutup oleh mendung.Udara sejuk semakin memperkuat keinginan orang-orang untuk kembali terlelap.Seperti Raga,dia masih setia tidur dibalik selimut dengan bertelanjang dada.

Lelaki tampan itu tidak berniat sekolah hari ini,suasana hatinya sedang buruk.Raga membuka mata sebentar,melihat waktu.Ternyata sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Dia mengambil ponselnya dan membuka room chat dengan ketiga sahabatnya.

Abraga : Hari ini cogan nggak masuk.

Oji : Anjir lo,kita bertiga udah disekolah nih.
Oji : Kita kerumah lo deh.
Oji : Ada Ara nyariin lo.

Ujang : Tunggu gue beb,kayanya lo galau akut.
Ujang : Lumayanlah pawangnya nggak masuk,Ara buat gue :v

Satya : Lo mau nitip apa,Ga?

Abraga : Sip.
Abraga : Oh,ambil aja.Emang dia mau sama kulit kuaci?
Abraga : Tumben Bang Sat baik?(:

Satya : Gajadi!!!

Ujang : Sialan lo!
Ujang : Yah ngetrill.

Oji : Jangan lupa ngerem bos!

Raga menutup aplikasi chat berwarna hijau itu.Dia terkekeh melihat tingkah sahabat-sahabatnya.Rencananya,hari ini dia akan bergelut dengan kasur sepanjang hari.

Raga kembali memejamkan matanya,berusaha mengusir kejadian tadi malam.Berusaha membangun kembali hatinya yang sempat roboh.Dia sulit mencintai,namun jika dia sudah jatuh cinta,Raga akan menjadikannya yang terahkir.

Di SMA Gelora,keadaan pagi itu ramai,seperti biasa.Ara melangkahkan kaki menuju kelasnya.Saat sampai didepan kelas Raga dia hanya melihat Oji,Ujang,dan Satya.Kemana laki-laki yang ahkir-ahkir ini memenuhi hati Ara?Ara memberanikan diri mendekati ketiga cowok tersebut.

"Eh,neng Ara?" sapa Oji saat dia menyadari kehadiran Ara.

Ujang yang sedang menyisir rambut memilih menghentikkan aktivitasnya dan fokus terhadap Ara."Kenapa,Ra?Cari Raga?"

Ara mengangguk Ragu."Dia nggak masuk?"

Satya yang sedaritadi hanya diam,ahkirnya angkat bicara."Nggak tahu,dia belum kasih kabar.Mau apa ketemu sama Raga?"

Dari nada bicara yang Satya lontarkan,Ara tahu ada ketidaksukaan yang terpancar.Ara juga sadar dengan kesalahannya.Namun justru itu Ara ingin meluruskan semuanya.

"Eh ini babang Raga ngechat," Ujang berseru sembari menampilkan layar ponselnya sekilas.

"Dia nggak masuk," sambung Oji.

Ara menghela nafas pasrah,beban itu semakin berat dipikulnya.Hatinya sesak oleh sesuatu yang sangat mengganjal.Dia ingat betul nada suara Raga saat bertanya padanya di arena balap kemarin.Rendah,tenang,namun Ara merasakan ada kekecewaan yang tersirat.

Ketiga cowok itu bangkit dari duduknya,bersiap meninggalkan sekolah.Ujang dan Oji berpamitan dengan Ara yang masih terdiam.Satya ahkirnya mendekati Ara,menatapnya dengan lurus dan datar.

"Gue harap lo nggak sia-siain kepercayaan Raga.Sahabat gue punya batas sabar,dia punya waktu untuk lelah.Jadi,jangan mainin perasaan dia."

Setelah mengatakan itu,Satya pergi meninggalkan Ara yang diam membisu.Perasaan sesak itu semakin nyata dan seakan siap meledak jika terus ditekan.Ara menarik nafas lalu menghembuskannya pelan.Dia kembali melangkahkan kaki menuju kelasnya.

"Halo bebebku sayang," Ujang membuka pintu kamar Raga dan berlari kearah kasur,dia ikut berbaring disebelah Raga.

Oji dan Satya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Ujang yang diluar batas waras.Satya meletakkan kantong plastik berisi makanan dan minuman.Sedangkan Oji memilih langsung bermain game.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang