UNTUK KISAH KITA

133 7 0
                                    

Hari ini,genap empat tahun mereka menjalin asmara.Untuk setiap gembira dan duka adalah cerita mereka.Berkata tegas bahwa mereka adalah yang abadi.Menyerukan dengan lantang bahwa mereka saling mencintai.

Tidak peduli dengan komentar orang dan ketidaksukaan musuh.Bagi mereka,bahagia adalah apa yang mereka ciptakan,bukan orang lain tentukan.Sang lelaki yang masih tidak punya malu dan kurang waras.Si perempuan yang selalu galak namun selalu merona merah saat lelakinya menyerukan cinta.Sungguh indah kisah dua anak manusia ini.

"Udah semua barang kamu?" tanya gadis yang mengikat rambutnya asal.

"Udah,sayang," jawab laki-laki itu lembut.

Pipi gadis itu merona.Selalu saja,tetap sama dan tidak akan berubah.Meskipun hubungan yang mereka jalin sudah menginjak umur empat tahun,debaran itu masih sama.Semburat merah pada pipi gadis itu akan selalu muncul saat Raga mengucapkan kata-kata manis.

"Merah mulu pipinya,minta di halalin aja," Raga mencubit pipi Ara gemas.

"Halalin aja pikiran lo!Kerja dulu yang bener,cari duit yang banyak!Mau kasih anak makan apa?Batu?" Ara berseru galak,namun tetap menggemaskan diwajah Raga.

Raga membawa Ara kedalam pelukannya."Kamu emang ngebet punya anak sama aku,ya?Sabar ya,Ra.Besok kita buat anak.Mau berapa?Seribu?"

Ara mencubit gemas perut Raga."Dasar mesum!"

Raga terkekeh kecil,mencium kepala Ara berkali-kali,menghirup aroma Ara dalam-dalam.Besok adalah hari dimana Raga akan meninggalkan kotanya.Kota penuh kenangan dengan Ara.Untuk mengembangkan usahanya di luar negeri.Siapa sangka,waktu bisa merubah seseoramg secepat itu.Dulu Raga tidak pernah dipandang baik dalam segi perilaku.Namun,dia dapat membuktikan segala perilakunya dulu dapat membawanya ke titik atas kehidupan.

"Besok kalau aku udah pergi,kamu disini jaga diri baik-baik.Kuliah yang benar,jangan makan mulu kerjaannya.Kalau kamu butuh apa-apa,bilang sama Oji,Ujang,dan Satya.Orang-orang ayan itu siap sedia terus buat kamu.Kalau mereka nolak,sumpahin jomblo seumur hidup aja,pasti bakal mau."

Ara mengangguk sembari tertawa kecil dalam pelukan Raga.Keduanya duduk di sofa ruang tamu rumah Ara.Kepala gadis itu bersandar pada dada bidang Raga.Menyimpan kenyamanan itu,berusaha memantapkan hati untuk melepas Raga merintis usahanya.Demi masa depan Raga.Dan Ara berharap ini akan menjadi awal masa depannya yang indah.

"Nanti sore ke cafe Papanya Ujang yuk,Ra."

"Ayo!Ajak sahabat-sahabat kamu sekalian aja," Ara berseru antusias.

"Kalau ada mereka,kita nggak bisa pacaran.Tahu sendiri kan kelakuan mereka,orang tuanya aja sampai angkat tangan," Raga memanyunkan bibirnya.

"Geli deh muka kamu kaya gitu," tak urung Ara tertawa juga,"kamu juga pasti butuh waktu kan sama mereka?Masa kamu tega nggak ngucapin selamat tinggal dulu?"

Raga mengangguk lalu tersenyum."Siap,cewek garong!Kulaksanakan perintahmu itu!"

Sore itu,dibawah gerimisnya Ibu Kota.Disebuah cafe dengan gaya kuno dan nyaman,sudah banyak pengunjung berdatangan.Namun,dipojok dalam cafe itulah pusat perhatian seluruh orang.Karena keempat lelaki tampan yang sedang bercanda tawa bersama seorang perempuan.

"Babang Raga,besok kalau udah takir melintir,ajak aku ke keliling dunia,ya?"Ujang mengkedip-kedipkan mata genit.

"Iya dedek,terus abang santet ya."

"Babang jahat," Ujang memanyunkan bibirnya.

"Dih najis!Alay!Kaya ingus dugong," ucap Oji sewot.

"Orang iri tandanya jomblo!"

"Bacot bener anak kambing!"

"Diem,njir!Malu dilihatin orang-orang," suara Satya yang rendah dan dalam ahkirnya mengudara.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang