LAGI

125 10 0
                                    

"RAGA BANGUN!"

Teriakan Oji memenuhi kamar Raga.Sekarang hari Senin,hari yang mengakibatkan sebagian besar orang mendengus malas.Malas untuk bertemu dengan macetnya jalan,malas untuk melakukan aktifitas.Hal ini juga yang dirasakan Raga.

"Apaan sih,Ji?Gue masih ngantuk."Raga membalikan tubuhnya memunggungi Oji."Lagian biasanya juga kita bolos."

"Bolos-bolos,gigimu!Hari ini Kepala Yayasan datang,lo mau dilaporin lagi ke bo-nyok lo?"

Sontak Raga langsung bangun."BODOH!GUE LUPA!"

Bagaimana Raga bisa bersantai-santai dikamar,sedangkan Kepala Yayasan a.k.a Kakak dari Ayahnya akan datang mengecek keadaan sekolah.Bukannya Raga takut akan dimarahi,namun dia tidak ingin menambah beban pikiran orang tuanya.Raga sudah mulai sedikit waras,membuat orang tuanya marah dan kecewa bukanlah cara yang baik untuk mendapatkan perhatian.Mungkin kecelakaan saat itu ada gunanya juga.

"Cah edan!" (Orang gila!)

"Aku krungu!"(Aku dengar!)

Oji dan Raga saling membalas teriakan menggunakan bahasa Jawa.Oji keturunan Jawa,sedangkan Raga hanya mengerti sedikit tentang bahasa Jawa.Raga segera mandi dan Oji menunggu di sofa kamar sembari bermain gitar.Ujang dan Satya sudah menunggu dilantai bawah.

"Lihat aku sayang,yang sudah berjuang," Ujang melantunkan lagu berjudul Menunggu Kamu yang dipopulerkan oleh Anji.

"Berjuang nanti aja!Ayo berangkat!"
Raga datang bersama Oji dengan tergopoh-gopoh.

"Tumben bebeb udah bangun,habis kesambet ya?" tanya Satya.

"Iya,disambet cintanya Ara,"balas Raga sembari mengambil roti diatas meja.

"Emang Ara cinta sama lo?"

"Dalem banget,Pak,kata-katanya."

Raga memasang wajah melas,dipikir-pikir juga sepertinya Ara tidak mencintai Raga.Hm,saat ini bukan waktu yang tepat membahas Ara.Yang terpenting sekarang,mereka berempat harus sampai ke sekolah dalam waktu lima belas menit.

"Ahkirnya,sampai juga!"Satya berujar girang saat tepat waktu sampai di sekolah.

"Yaudah ayo buruan masuk,"Raga mengomando ketiga sahabatnya untuk segera masuk.

Pagi itu,untuk pertama kalinya,keempat most wanted SMA Gelora hadir dalam kelas.Memasang wajah ceria dengan senyuman lebar.Duduk dengan tenang sembari bersiul-siul manja menunggu guru masuk.Hari ini tidak ada upacara,karena air hujan sudah jatuh ke tanah.

"Enak juga ya jadi murid rajin gini,dilihatin banyak orang,"celetuk Ujang.

"Halah Bambang!Nanti setelah istirahat aja lo langsung cabut ke markas,"jawab Raga.

Ujang hanya meringis geli."Ya kalau itu sih sudah menjadi kewajiban bagi kita,Ga."

Keempat cowok itu terkekeh mendengar jawaban Ujang.Tidak lama kemudian seorang guru paruh baya berjenis kelamin laki-laki masuk bersama seseorang yang membuat seluruh penghuni kelas menegakkan posisi duduk.Strategi aman agar tidak kena tatapan tajam.

"Selamat pagi anak-anak," guru bernama Pak Irfan itu menyapa anak-anak yang mendadak diam."Hari ini seperti kegiatan bulanan sebelumnya,Kepala Yayasan kita,Bapak Germino Bagaskara,S.Pd. datang untuk melihat keadaan sekolah."

Pak Irfan tersenyum."Saya perkenankan kepada Bapak Germino."

Pak Germino membalas senyuman Pak Irfan,lalu menatap satu persatu siswa siswi kelas XI-IPS 2.Dia ingin kembali mengingat wajah murid-murid sekolahnya.Hingga tatapannya terkunci oleh tatapan tak bersalah milik Raga.Raga hanya meringis,menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Itu benar Raga bukan sih,Pak Irfan?" tanya Pak Germino pada Pak Irfan yang berada di sampingnya.Pak Germino menajamkan penglihatannya pada sosok yang duduk dipojok belakang dekat tembok.

"Ini beneran Raga kok,Om.Gimana?Makin tampan kan,keponakanmu?"Ucap Raga tidak jelas sembari memasang wajah sok ganteng.Emang ganteng!

Pak Germino kaget,kemudian berdeham."Jaga ucapanmu wahai anak muda.Disini kita sebagai guru dan murid.Panggil saya Pak,dan untuk ketampananmu,masih jauh dibawah dengan ketampanan saya."

Semua murid dalam kelas itu tertawa,tak terkecuali dengan Pak Irfan."Kerad sekali,Pak!Mamam tuh Ga,ketampanan lo cuman seupil dari ketampanan Pak Germino!"Ujang kembali menyemarakkan keriuhan kelas.Sedangkan Raga hanya memasang wajah pasrah.Sial sekali,Senin yang menyedihkan bagi Raga.

"ARANANTA!"

Teriakan seseorang membuat Ara celingukan mencari si pemilik suara.Dia menoleh ke belakang,ternyata Raga dan ketiga sahabatnya.Dan tentu,suara tadi adalah kepunyaan Raga.Ara melambaikan tangan dan tersenyum lebar,kebiasaan baru Ara.Padahal dulu,matanya selalu berkliat merah saat mendengar atau melihat Raga.Waktu memang mahir merubah keadaan.

"Boleh kita duduk disini?" tanya Oji pada Ara dan Lisa yang sedang makan batagor di salah satu meja kantin.Mata Oji tak berhenti melirik Lisa yang pipinya sudah bersemu merah.

"Bang Oji tanya sama Ara apa Lisa?"tanya Ujang menggoda.

"Ya jelas Lisa lah,Jang!"Oji berucap tanpa sadar,kembali pipi Lisa memerah,bahkan lebih merah dari sebelumnya.Oji yang sadar baru saja keceplosan,hanya bisa cengengesan sembari menggaruk rambutnya yang tidak gatal.Mereka semua tertawa melihat tingkah Lisa dan Oji.

"Sini pada duduk aja,nggak papa," ucap Ara saat tawa mereka mereda.
Raga langsung mendekat ke Ara dan duduk disamping Ara.Dan tanpa perintah,Raga mengambil alih piring berisi batagor milik Ara dan melahapnya tanpa mempedulikan raut kaget wajah cewek di sampingnya.

"RAGA!KOK DI MAKAN SIH BATAGOR GUE?"

Ara berteriak histeris,melihat makanan kesukaannya sudah berproses dalam perut Raga.Yang diteriaki hanya memasang wajah kalem dan tak berdosa.Setelah batagor habis,Raga memilih berdiri dan meninggalkan meja tanpa berkata-kata.Ara hanya bisa mendengus pasrah,uangnya tertinggal di tas,dia terlalu malas untuk kembali ke kelas.

"Nih di makan,jangan teriak-teriak lagi,"Raga menyodorkan mangkok berisi bubur ayam,istirahat pada saat masih pagi memang menyenangkan."Jangan kebanyakan makan batagor apalagi pedes,nggak baik buat pencernaan."

Semua yang berkumpul dimeja itu terdiam,bahkan Oji yang sedang menjahili Lisa dengan memaksa menyuapi makanan juga terdiam dan menatap Raga tidak percaya.Itu Raga,si cowok tengil pencari gara-gara.Ketempelan setan darimana kok bisa jadi bagus gitu?

"Ga?"Ara menatap Raga dalam dan tak percaya,namun jantungnya lagi-lagi berpacu dengan cepat.Ah,Raga selalu punya cara sendiri membuat Ara tersipu malu begini.Raga kembali mendaratkan pantatnya pada kursi diesebelah Ara.

"Kenapa pada diem?Di makan Ra,nanti kalau lo kelaperan,lo nggak bakal kuat menahan keinginan untuk meluk gue.Apalagi menahan perasaan cinta lo ke gue."Raga berucap sembari tersenyum penuh dengan pesona.Sedangkan Ara sibuk meredam jantungnya yang berpacu dengan tidak normal.

"Lo kesambet apaan,nyet?"tanya Satya disela kegiatan mengunyah makanan.Baru kali ini Raga peduli pada perempuan setelah kejadian Felita dulu.Ara benar-benar keajaiban pada hidup Raga.

"Kesambet senyummu,Mas,"jawaban menggelikan itu berasal dari Ujang.Dia menatap Raga dan Ara bergantian.Entah,melihat Raga dan Ara membuat Ujang ingin segera menikah.Padahal mendekati Lana saja dia tidak berani.

"Najis banget Bambang!"

"Udah makan aja Ra,sebelum gue makan lagi tuh makanan lo."Raga beralih memandang ponselnya,dia mengalihkan fokus pada permainan di ponselnya.Tidak tahan jika melihat Ara dia kebablasan memeluk Ara.Bukan saat yang tepat.

"Ya jangan dong,enak banget lo!Ini makanan gue,"Ara langsung melahap buburnya,enak juga ternyata.Dia tidak terlalu suka dengan bubur,namun berhubung ini pemberian dan ditemani Raga,semua terasa enak bagi Ara.Hm,sepertinya cinta sudah mulai menguar dalam diri Ara.

👟👟👟

Haloooo kawan-kawan!!
Jangan lupa vote dan komen ya,terimakasih💜
Semoga memiliki hari ceria❤

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang