TERUNGKAP

104 7 0
                                    

Siang hari ini begitu terik,ditambah jalanan yang sangat sesak oleh lautan manusia.Berlomba-lomba untuk mendahulukan aktivitas masing-masing.Padahal jika mereka bersabar,jalanan tidak akan sesak.

Raga mematikan rokok pertama yang dia hisap dihari itu.Dia benar-benar frustasi dengan keadaan hatinya.Entah mengapa hatinya menjadi lemah karena seorang perempuan.Kemana perginya Raga yang dulu?

Namun Raga sadar,cinta butuh pengorbanan.Cinta tidak menunjukkan keegoisan masing-masing.Cinta itu mengikat dan menyatukan.Raga percaya,ada saatnya dia mengutarakan rasa.

"Eh Bambang ngalamun aja lo daritadi!Mikirin Bu Rena kan lo?" Oji melempar Raga dengan bantal sofa dan Raga berhasil menangkapnya.Sayang sekali Oji!

"Amit-amit mikirin Bu Rena,mikir Ara aja gue frustasi,mikir Bu Rena bisa amnesia mendadak gue," wajah Raga yang tak semangat semakin ditekuk.

"Udahlah Ga,nggak usah dipikirin.Ara kan cuman mau beli peralatan buat baksos,lo juga nggak berhak ngelarang dia," Ujang menimpali dengan tatapan masih fokus pada permain dokter gigi diponselnya.

Raga menghembuskan nafas."Gue nggak mikirin itu,karena itu udah jadi tugas dia.Yang gue pikirin kenapa dari kemarin gue selalu gagal nyatain perasaan gue ke dia?Apa ini tanda kalau gue nggak bisa sama dia?"

"Eh Bambang,gue kasih tahu,lo laki-laki,lo jatuh cinta sama cewek ajaib kaya Ara.Berarti lo harus punya mental yang kuat,lo harus punya pemikiran yang bantu lo untuk jadiin Ara milik lo.Kalau mental lo udah down duluan,ya gimana bisa lo dapet Ara." Satya yang sedaritadi fokus dengan film di laptop ahkirnya menimpali.Terkadang Raga sangat bisa menyampaikan solusi yang sangat hebat untuk membantu orang disekitarnya,namun terkadang dirinya tidak bisa memberi solusi untuk masalahnya sendiri.

Raga hanya menganggukan kepalanya beberapa kali,pertanda dia mengerti dengan maksud Satya.Merawat tiga kambing itu ternyata ada untungnya juga.Sudah menjadi tradisi jika mereka berempat sering tidur dirumah Raga.Baginya rumah Raga adalah rumah mereka,namun rumah mereka tetap rumah mereka.Karena rumah mereka tak semewah dan semegah rumah Raga.

"Nanti malam,gue mau balapan lagi,lo ikut awasin gue ya?" Raga memainkan ponselnya,mencari kontak Ardi,memberi kabar bahwa nanti malam dia akan kesana setelah vakum beberapa waktu.

"Serius lo?Nggak kapok?" tanya Oji.

"Kalau udah jatuh cinta,susah buat ngelepasnya.Soal perasaan nggak bisa dibuat mainan," jawab Raga dengan dalam seakan menyampaikan isi hatinya juga.

"MANTAB BETUL LAH KAU INI!!BELAJAR DARIMANA PULA BAHASA KAU ITU?!" logat Medan yang entah dipelajari Ujang darimana itu terlontar.

"Dari lubang pantat kau lah!" Jawab Raga jahil.

"Minta dihajar pula lah anak ini," Ujang sudah siap dengan raket listrik.

"Ampun mak,tak akan kuulanginya lagi.Memang betul mak lubang pantat kau bisa bicara?" Raga semakin gencar menjahili Ujang.

"RAGA!SINI KUSETRUM PANTAT KAU PAKAI RAKET NYAMUK!" seketika Raga berlari keluar kamar,menghindari amukan Ujang,Satya dan Oji sudah tertawa terpingkal-pingkal sejak tadi.

Dilain tempat,Ara dan Geo sudah sampai di sebuah restoran cepat saji yang cukup terkenal di daerah tempat tinggal mereka.Ara hanya diam sedaritadi mereka bersama.Entah mengapa,tidak ada hal yang seru bersama Geo.

"Mau makan apa,Ra?" tanya Geo,saat mereka sudah duduk dengan nyaman.

"Gue pesen nasi goreng udang aja."

"Ok."

Geo menulis pesanan mereka,lalu segera menyerahkan kepada pelayan.Malam minggu kali ini Geo merasa senang dapat mengajak Ara pergi bersama.Dirinya merasa unggul dari Raga.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang