MENDUNG (2)

128 8 0
                                    

Saat Raga tiba dilokasi yang ia kira menjadi tempat Ara disembunyikan,ternyata tidak ada tanda-tanda kehidupan.Raga sudah memasukki semua ruangan yang ada,ternyata tidak ada orang sama sekali.Bahkan ruangan itu semu gelap dan berbau,sepertinya Raka sudah tidak pernah datang kesini lagi.

"Anjing,Raka siluman belalang bawa Ara kemana sih?!" Ujang bertanya frustasi sembari mengusap wajahnya kasar.

Raga masih diam,kini keempatnya sudah berada didalam mobil.Raga memutar otak,berusaha mencari ingatan dimana lagi tempat yang ia tahu mengenai Raka.Lama mencari,namun Raga belum juga menemukan.Otaknya buntu,dia khawatir dengan gadisnya.

Oji memperhatikan Raga bimbang dan kasihan."Inget-inget Ga,mungkin tempatnya nggak terduga."

Seketika ekspresi Raga tidak sekaku tadi,dia ingat.Ada satu tempat yang benar-benar Raga kutuk dan selalu ingat tentang Raka.Seketika eskpresinya kembali kaku,lebih kaku dan menyeramkan."Jalan ke kampungnya Bi Inah."

Tidak ada yang tahu jika Raga tahu tentang markas besar dan tersembunyi milik Raka.Tidak ada yang tahu bagaimana kacau dan takutnya Raga saat ini.Nafasnya memburu,matanya menajam,tubuhnya gelisah dan tegang.Tidak ada gelagat-gelagat gila seperti biasanya.Sisi gelapnya sebentar lagi akan muncul.Mengakibatkan keringat bercucuran dan hati yang tabah untuk ketiga sahabatnya.

Keempatnya tiba disebuah rumah yang tidak terlalu besar,bergaya kuno dan kumuh.Orang lain berpikir bahwa rumah tersebut adalah rumah hantu,namun bagi Raga itu adalah neraka dunia.Raga turun disusul ketiga sahabatnya.Menilik setiap bagian depan rumah,berusaha mencari celah untuk masuk.

"Markas besarnya Rakanjing," ujar Raga datar dan dingin.

"Jelasin nanti aja,ayo cari Ara," komando itu berasal dari Satya.

Keempatnya berpencar dengan suara seminim mungkin.Masuk melalui pintu belakang,berusaha mencari keberadaan gadis Raga.Dalam hati,Raga sudah mengumpat berkali-kali,pikirannya terus dihantui oleh Ara.Hatinya benar-benar takut sekarang.Raga takut kalau hal dulu akan terjadi pada Ara.

Gadis itu menunduk dengan keadaan berdiri.Kedua tangannya dibentangkan keatas dengan keadaan terikat di sebuah besi.Keadaannya kacau,wajahnya pucat dan kakinya benar-benar lemas.Airmatanya sudah tidak bisa lagi keluar,bahkan tenaga untuk teriak saja dia tidak punya.

Wajah pucat dengan mata sembab itu menengadahkan kepalanya."Le...pas...in gu...e," ucapan itu lirih.

Raka yang sedang memejamkan mata sembari duduk dikursi balik meja layaknya bos menyeringai kecil.Kakinya diluruskan keatas meja,tangannya menekuk dibelakang kepala sebagai bantal.Dia masih terus menikmati suara rintihan Ara.Menelusupkan kedalam jiwanya sayatan sedih suara Ara.

"Mau sampai lo nangis darah,gue nggak bakal lepasin lo," Raka berujar rendah, "apapun yang bisa buat Raga tersiksa dan marah gue bakal lakuin."

Didepannya,sebuah pintu hitam besar terpasang menjulang.Satu-satunya ruangan yang belum mereka masukki.Melihat pintu itu,Raga terbayang jalan masuk menuju neraka.Dikuatkan hatinya dan menajamkan mata serta pendengaran.Kemana perginya anak buah siluman kodok rabies itu?

"Ayo masuk,gila!Lo liatin sampe bola mata lo juling juga nggak bakal kebuka sendiri," Ujang melangkah maju,bersiap membuka pintu itu.

"Lo sentuh pintu itu,jomblo selamanya!"

"Nggak suka!Nggak asik!Nggak kuat!Anjir!" Ujang menekuk wajah dan memanyunkan bibir.

"Najis!" Satya berseru sewot."Emang kenapa sih,Ga?"

Raga menendang pintu itu setelah menyuruh ketiga sahabatnya menyingkir dari depan pintu.Sebuah besi besar dan berat mengayun keras.Ketiganya selamat,karena dorongan keras dari Raga.Meskipun jatuh dengan lumayan kuat mereka bersyukur karena mempunyai sahabat cerdas seperti Raga.Lelaki itu tahu rencana apa yang sedang terjadi.

ARAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang