"Gue pulang dulu ya,Ra," pamit Raga saat Ara sudah turun dari motornya,kini mereka berdua sedang berada di depan rumah Ara.
"Nggak,lo harus masuk dulu,gue mau obatin tangan lo," Ara berucap tanpa ada nada marah dan sinis seperti biasanya,Raga terdiam.
"Iya." Hanya itu yang mampu Raga ucapkan,setelahnya Ara masuk kedalam rumah mengambil kotak obat sedangkan Raga duduk di teras rumah Ara yang nyaman.
"Raga,sini tangan lo," ucap Ara saat dia sudah duduk disamping Raga,segera Raga mengulurkan tangannya ke pangkuan Ara.
Mereka berdua diam."Ara,lo nggak papa kan?" Ahkirnya suara Raga memecah keheningan.
"Gue nggak papa,Ga,ini tangan lo parah,gausah khawatir in gue," Ara menatap Raga dalam setelah selesai melilit telapak tangan Raga dengan perban,dia berusaha agar tidak menangis di depan Raga.
"Nggak usah sok kuat gitu Ra,kalo mau nangis nggak papa,terkadang air mata adalah pilihan paling baik untuk menyalurkan emosi dan sedih,jangan dipendem sendiri nanti lo bisa stres," Raga berujar dengan lembut dan membalas tatapan Ara.
Ahkirnya pertahanan Ara runtuh,air matanya mengalir,sangat deras.Setiap tetesnya seperti jarum bagi Raga,menusuk hingga bagian jiwa paling dalam.Cewek garongnya menangis,cewek garongnya terlihat kacau sekarang,tak bisa ditahan Raga mengulurkam kedua tangannya untuk merengkuh Ara dan membawanya kedalam pelukan,membiarkan segala emosi dan kesedihan Ara tumpah dalam pelukannya.
"Nangis terus Ra sampe lo tenang,gue disini jagain lo," ujar Raga lembut sambil mengelus kepala Ara.
"Ga,gue kotor,gue rusak,gue bukan cewek baik-baik,apa yang udah gue jaga selama ini udah nggak ada artinya lagi,mimpi gue hilang Ga,mimpi kalo apa yang gue punya akan gue serahkan nanti kepada suami gue.Semua hilang,Ga.Gue kotor." Ara terisak,suaranya membuat pilu hati Raga,bahkan setetes air mata menetes dari mata Raga.
"Ara,semua itu kecelakaan,bahkan lo sendiri nggak tahu itu akan terjadi,semua udah Tuhan atur,Ra.Sekarang yang terpenting lo harus bangkit dari keterpurukan ini,gue nggak akan pernah anggep lo kotor,lo masih punya kesempatan untuk perbaikin ini semua." Raga terlalu peduli pada Ara yang membenci dirinya,tetapi Raga tidak peduli,yang dia inginkan sekarang Ara harus kembali ceria dan semangat,seperti Ara yang sebelumnya.
"Lo baik banget sih,Ga?" Ara bertanya polos dengan mata dan hidung yang memerah dalam pelukan Raga.
"Lo baru sadar?Gue selain ganteng juga baik kali,Ra," ujar Raga menghibur Ara.
"Ish,kumat kan nyebelinnya," tak urung juga Ara tersenyum,senyum yang tak diketahui Raga.
Raga melepaskan pelukan karena Ara sudah berhenti menangis."Udah sana lo masuk,mandi,jangan lupa makan,liat deh penampilan lo udah kaya glandangan." Raga berujar sembari menatap Ara.
"Omongan lo tuh ya,yaudah gue masuk dulu,sebelumnya makasih banget ya,Ga." Ara membalas tatapan Raga.
"Sama-sama,gue balik dulu Ra,salam buat bang Aro."
Ara mengangguk dan tersenyum. "Raga tunggu!" seru Ara saat Raga hendak membuka gerbang rumahnya.
Raga menghadap ketempat Ara."Kenapa Ra?"
"Tangan lo jangan lupa dibawa kedokter ya,itu cuman pertolongan pertama,takutnya nanti ada luka dalam yang gue nggak tahu," ucap Ara tulus.
Raga terdiam,hatinya berdesir aneh.
"Iya nanti gue bawa ke dokter,udah sana masuk." Raga berbalik dan meneruskan langkah menuju motornya yang terparkir didepan rumah Ara."Gimana,Ga tangan lo?" tanya Ujang saat ke empat sekawan itu sedang berkumpul di kamar Raga seperti biasanya.
"Masih ada kok," jawab Raga jujur sambil mengulurkan tangannya.
"Si kunyuk,maksud Ujang masih sakit nggak?Atau lukanya serius nggak?" balas Satya berusaha sabar.
"Udah nggak sakit,tadi gue habis dari dokter,katanya beberapa minggu lagi sembuh."
"Lo ke dokter?Serius?!" tanya ke tiga cowok itu serempak sembari menatap Raga tidak percaya.
"Ini bener lo kan,Ga?" tanya Oji sambil memegang kedua pipi Raga dan menatapnya.
"Ih sana jauh-jauh,geli anjir.Iya ini gue Raga paling tampan,kenapa sih pada ngeliatin gue kaya gitu?Gue tau gue ganteng."
"Cucunya Slamet emang minta dicium pake bamper mobil ya,lo kan paling anti sama dokter,kok tumben banget mau ke dokter untuk luka kaya gitu?" Ujang bertanya,ke tiga cowok itu bingung.
Pasalnya Raga adalah orang paling anti dengan dokter dan rumah sakit.Bahkan dulu saat dia kecelakaan dengan luka dimana-mana,Raga hanya meminta tolong Oji untuk membelikan obat luka di Apotek.Entah apa alasannya,Raga membenci dokter dan Rumah Sakit,tapi sekarang,luka goresan pisau itu bisa membawa Raga kerumah sakit.
"Disuruh Ara," jawab Raga singkat,padat,jelas,dan minta ditampol.
"Ini kuping gue bermasalah ya,Ji?" tanya Satya pada Oji.
"Hooh,kuping gue kayanya bermasalah,tadi Raga ngomong apaan sih?" terlampau tidak percaya dengan ucapan Raga.
"Gue serius,badak.Gimana gue nggak kedokter,yang minta aja cewek garong kesayangan gue." Jawab Raga sambil melihat perban yang melekat ditelapak tangannya.
Tadi dia meminta dokter untuk tidak mengganti perbannya,awalnya dokter itu menolak karena perban sudah berlumuran darah,namun Raga tetap bersikukuh,ahkirnya dokter itu menyerah.Alasan Raga tidak ingin ganti perban karena itu perban yang dipasangkan langsung oleh Ara ke telapak tanganyya,perban yang berhasil membuat Ara dan Raga dekat.
"Wah,sahabat kita sudah menjadi bucin,sodara-sodara!" teriak Ujang.
"ASTAGA RAGA,KAMU SEKARANG SUDAH BESAR YA?AKU NGGAK NYANGKA KAMU SUDAH JATUH CINTA!" Kini teriakan berasal dari Satya dengan tampang pura-pura terharu.
"SELAMAT YA BANG,SEMOGA LANGGENG HINGGA MAUT MEMISAHKAN!" Oji berteriak sembari menubruk Raga yang duduk diatas kasur,jadilah Oji menindih Raga.
Tak sampai disitu Ujang ikut menjatuhkan dirinya diatas Oji,disusul Satya dengan gerakan lompat indah,ke empatnya tertawa bersama,menikmati kebersamaan yang mungkin esok saat mereka mengejar impian dan cita-cita tidak bisa menciptakan momen bahagia seperti ini setiap saat.
"WOI UDAH DONG,GABISA NAFAS,OGEB!" Raga berseru karena dialah pihak paling sengsara dengan posisi paling bawah,artinya dia menahan beban tubuh ke tiga sahabat laknatnya.
"Hehe,mangap-mangap Ga,habisnya empuk," balas Satya kalem,ahkirnya mereka bertiga menyingkirkan diri masing-masing,tak tega melihat Raga yang mukanya sudah merah padam.
"Kampret emang!Udah yuk cari makan,gue laper," ajak Raga sambil menyambar jaket denimnya diatas sofa.
"YANG NRAKTIR ADALAH YANG TERAHKIR SAMPE TERAS RUMAH!" seru Oji semangat.
Mereka berempat berlari saling menyusul,Ujang yang paling tidak siap dengan seruan Oji tadi ahkirnya yang sampai ke teras dengan selamat namun kalah.Jadilah dompet Ujang akan sepi karena isinya berpindah ke perut sahabat-sahabatnya yang kalo makan harus tambah dua kali.Sabar ya,Jang!
"Sabar ya,Jang!Yang kuat,semua ada jalannya!" Ucap Raga menghibur Ujang dengan tawa yang ditahan.
"Mau makan dimana lo semua?" tanya Ujang pasrah.
"Berhubung muka lo kaya orang sawan,kita berbaik hati makan di warung Bi Atik aja deh,gimana?" ucap Satya.
"KUY AE LAH!" ucap mereka berempat,seenggaknya uang Ujang tidak akan habis jika makan di Bi Atik.
Raga melajukan mobilnya membawa dirinya dan ketiga sahabatnya kewarung Bi Atik,memberi asupan makanan pada perut karung mereka.
Mie kuah,ayam goreng kremes,kami datang!👟👟👟
Vote dan komen ya,terimakasih❤

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA
Fiksi RemajaAbraga Jagad Bagaskara. Cowok ugal-ugalan,yang kalo kentut,baunya minta ampun.Suka balap liar,nakal,ngerokok,tapi takut sama Tuhan. Arananta Elena Denira. Cewek kalem,tapi kalo udah deket sama Raga bawaannya ingin marah,wakil ketua OSIS,paling benci...