Selasa pagi,hari biasa yang biasa-biasa saja.Keempat lelaki tampan incaran gadis-gadis SMA Gelora itu sedang bersantai di singgahsana kebanggaan mereka.Dimana lagi kalau bukan rooftop.
Si rambut kriwil yang lagi asik menggoda cewek-cewek di salah satu aplikasi yang sedang viral.Si bullyable yang sedang memakan seporsi bubur ayam.Si mesum yang sedang membaca majalah dewasa.Dan si raja kentut yang sedang tertidur dengan wajah yang damai dan tenang.
"EH ANJIR!"
Teriakan itu membuat fokus keempat lelaki itu pada satu titik,yaitu Ujang.Lelaki setengah gila dan setengah ayan itu tiba-tiba berteriak.Raga dapat menebak pasti hal yang membuat Ujang berteriak adalah hal yang tidak bermutu.
"Kenapa sih,nyet?PMS lo?" tanya Satya sewot,karena Ujang,dia tersedak.
"Sini deh lo pada," Ujang memanggil ketiga sahabatnya,yang dipanggil juga nurut-nurut karena penasaran.
"Apa sih,Jang?" tanya Oji.
"Liat deh,ukuran yang kanan lebih besar dari yang kiri.Iya nggak sih?Atau mata gue yang salah?" Ujang menampilkan gambar gadis seksi yang berpose menggunakan pakaian dalam.
Ketiganya mendengus malas."Mata lo tuh sawan!" Raga menimpuk Ujang menggunakan jaketnya.
"Eh tapi iya juga deh,apa yang kiri udah meletus ya?" Oji menanggapi,percakapan dewasa yang menggelikan itu semakin melenceng jauh.
"Nah iya kan?Wah kasihan ya mbaknya,udah besar sebelah,kakinya belang lagi," Ujang semakin semangat mencari kekurangan model seksi tersebut.
"Udah deh,Bambang!Kalau mabok nanti aja,balik kelas yuk.Habis ini pelajaran seni budaya," ajak Raga yang sedaritadi hanya diam,namun berdoa semoga keturunannya tidak seperti Ujang.
"Kuylah!" Ucap ketiga lelaki yang lain bersamaan.
"Selamat siang saudara-saudaraku sekalian.Bagaimana keadaan kalian?"
Seruan itu berasal dari ambang pintu kelas,empunya adalah Raga."Selamat siang!Kami semua baik," balasan itu berasal dari Guruh,sang ketua kelas.Mereka semua tertawa mendengar interaksi keduanya.
"Pak Aming belum masuk ya?"
Pak Aming adalah guru Ekonomi mereka,ternyata Raga salah perhitungan.Dia pikir setelah ini adalah jam Seni Budaya,ternyata Ekonomi.Apa boleh buat,sekali-sekali menjadi siswa rajin tidak masalah.
Keempat lelaki tampan itu berjalan dengan gaya yang kalem menuju barisan paling belakang.Seragam yang tidak pernah rapi,rambut khas berantakan sehabis terkena paparan angin.Bau mereka yang sangat laki banget dan tatapan jahil serta mempesona.Bisakah kita mendustakan nikmat Tuhan?
"Selamat siang anak-anak!Maaf Bapak terlambat," lelaki berumur tiga puluhan masuk kedalam kelas Raga,setiap langkahnya seperti kutukan yang mengerikan.
"Siang Pak!" Jawab serentak murid kelas Raga.
"Kita lanjutkan materi minggu kemarin,saya ingin tahu pengertian dari keseimbangan harga pasar itu apa?" Mata Pak Aming yang tajam menyapu isi kelas,berburu mangsa untuk menjawab pertanyaannya."Silahkan mas yang pojok."
"Mampus,mimi peri tolong dedek," Oji berseru penuh sesal,wajahnya memucat dan mulai menoleh kesegala arah untuk mendapatkan bantuan.Namun,teman-teman sekelas dan sahabatnya hanya menatap iba.Sahabat-sahabatnya juga tidak mengerti apa-apa.
"Silahkan!" suara itu menggema keras,meretakkan segala keberanian yang sempat tumbuh dalam diri Oji.
"Emm...anuu Pak,emm..." Oji menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal,kakinya bergetar ringan,ciri khas saat dia gugup dan takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARAGA
Fiksi RemajaAbraga Jagad Bagaskara. Cowok ugal-ugalan,yang kalo kentut,baunya minta ampun.Suka balap liar,nakal,ngerokok,tapi takut sama Tuhan. Arananta Elena Denira. Cewek kalem,tapi kalo udah deket sama Raga bawaannya ingin marah,wakil ketua OSIS,paling benci...