01. Punishment

5.1K 605 28
                                    

Belahan bibirku tak berhenti mengumpat sedari tadi. Setiap tanganku mendorong tongkat pel, setiap itu pula mulutku menjadi sampah. Dan semua umpatan ini hanya ditujukan untuk satu orang.

Siapa lagi kalau bukan si idiot Kim Taehyung.

Aku yakin sekali, telinganya sudah panas karena mendengar umpatanku, tapi dia tetap diam dan terus melakukan pekerjaannya.

Aku lelah. Kulemparkan dengan paksa tongkat pel yang tadi kupegang —membuat si bodoh menoleh cepat ke arahku.

"Ya! Kim Taehyung! Ini semua salahmu! Harusnya kau yang membersihkan semua ini sendirian!"

Taehyung menatapku datar, "Suruh siapa jadi ketua kelas?"

This idiot ....

"Hei bodoh! Jika kau tak bisa membuat dirimu berguna, setidaknya jangan menyusahkan orang lain!"

Dia menatapku sebentar, kemudian mengedikan bahunya dan melanjutkan pekerjaan tanpa dosa.

Dia meremehkanku.

Aku sudah naik pitam. Aku mendorong kasar tubuh kurus itu dan menyudutkannya di tembok. Aku menatap tajam langsung ke matanya.

"Dengar, jika kau menyeretku lagi ke dalam masalahmu, akan kupastikan kau mati hari itu juga!"

Katakanlah aku ketua kelas yang jahat. Tapi secara harfiah, Taehyung-lah yang jahat karena menyeretku ke dalam masalahnya.

Aku meninggalkannya yang masih mematung karena perlakuanku. Aku tak peduli jika ia menjadi takut padaku atau membenciku. Yang jelas, ancamanku padanya tidak main-main, dia benar-benar akan mati hari itu juga jika dia membawa masalah lagi.

***

Aku berlari masuk ke salah satu gedung yang hampir tiap hari kukunjungi.

Tempat lesku.

Ini semua salah si bocah idiot itu! Kalau saja ia tidak membuat masalah, aku pasti tidak akan terlambat seperti ini. Andai saja pembunuhan itu tidak berlandaskan hukum, mungkin sudah kugantung dia di toilet tadi.

Aku berdiri di depan pintu kaca, tanganku terangkat untuk mendorong potongan kaca besar itu. Kulangkahkan kakiku pelan supaya sang guru tidak menyadari kehadiranku yang terlambat ini.

Namun naas, beliau berbalik saat aku belum sampai di tempat dudukku.

"Nona Lee! Kau terlambat 20 menit!"

Sebenarnya tidak masalah jika aku terlambat atau tidak, tapi guru yang ini beda, ia benci dengan ketidakdisiplinan.

Aku menegakkan badanku dan membungkuk 90°, "Maafkan saya ssaem, saya terjebak macet tadi," dustaku. Aku tidak jujur karena aku takut beliau akan mengadukannya pada ibuku.

Bisa mati aku kalau aku bilang terlambat karena dihukum di sekolah.

Guru lesku mempersilakan aku duduk.

10 menit pertama, tidak ada satu materi pun yang masuk ke otakku. Menit-menit berikutnya pun sama. Otakku sudah bebal untuk dicekoki ilmu.

Tanpa kusadari, kelas pun sudah bubar. Aku bangkit dari posisiku untuk segera pergi dari ruangan ini. Tapi sial, guru lesku menahanku pulang.

"Lee Hyeri-ssi, aku tahu kau tidak mendengar penjelasanku tadi."

Aku ketahuan.

"Tempat les memang bukan tempat formal untuk menimba ilmu, tapi tetap saja kau harus mengikuti aturan."

Perasaanku tidak enak.

"Sebagai hukuman keterlambatanmu, rangkum semua materi yang kuajarkan tadi dengan tulis tangan."

Bagai petir di siang bolong!

Apakah hari ini adalah hari sialku? Dalam satu hari aku mendapat dua hukuman sekaligus.

Lagi-lagi aku mengangguk patuh.

Semua masalah ini berasal dari akar yang sama, Kim Taehyung.

***

"Ya! Kim Taehyung! Bangun kau!" Aku berteriak tepat ditelinga Taehyung yang sedang tertidur di meja seperti biasa.

Padahal ini masih pagi. Terkadang aku penasaran, apa dia jarang tidur malam di rumahnya?

Ya, walaupun aku penasaran tapi itu bukan urusanku.

"Berisik!" bentaknya.

Dia sudah mulai berani ternyata.

"Kau sudah berani membentakku, hum?" Entahlah, daripada ketua kelas aku lebih lebih cocok menjadi pembully ternyata.

Taehyung menegakkan tubuhnya, kemudian menusuk mataku dengan tatapannya. "Apa maumu?"

Aku membanting dua buah buku catatan di depannya, "Gara-gara kau, aku terlambat les dan sekarang aku harus merangkum materi sebanyak ini ...." Taehyung menaikkan alisnya, "Karena semua ini salahmu, kau harus mengerjakan hukumanku!" perintahku.

"Kenapa salahku?"

Dia benar-benar idiot.

"Kan sudah kubilang, gara-gara kau aku terlambat! Apa telingamu itu hanya hiasan?"

Dia membuang napasnya pasrah, "Baiklah ... apa yang harus kukerjakan?"

"Kau hanya perlu menyalin materi ini dari buku ini," Aku menunjukan pada Taehyung apa yang harus dikerjakan. "Kau tak perlu berpikir banyak, karena aku tidak yakin kau bisa mengerjakannya dengan otakmu," ucapku remeh dan ia hanya mengangguk.

"Besok kupastikan sudah selesai," katanya dan aku pun tersenyum senang.

Taehyung memasukkan bukuku ke dalam tasnya dan kembali melanjutkan tidurnya yang terusik.

Menyebalkan memang melihatnya seperti ini, tapi setidaknya ia bertanggung jawab atas kesalahannya.

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang