38. Friend?

2.8K 293 43
                                    

Sebelum masuk ke dalam ruangan olimpiade, Taehyung menengok ke kanan dan kiri untuk mencari seseorang.

Orang itu sebelumnya telah berjanji membolos hanya untuk menemuinya di sini, tapi orang itu tidak ada.

Taehyung sempat berpikir kalau Hyeri mengurungkan niatnya untuk membolos dan tetap mengikuti pelajaran. Jika itu benar, baguslah.

"Kim Taehyung," panggil seorang guru yang menjadi pembina Taehyung di olimpiade ini.

"Ne, ssaem."

"Jangan mempermalukan sekolah kita di olimpiade ini." Taehyung hanya mengangguk sebelum berlalu ke dalam sebuah ruangan.

********

"Ayo buka mulutmu. A ...." Jin membuka mulutnya—mencontohkan padaku untuk aku tiru. Tangannya memegang sumpit yang mencapit sepotong daging babi pedas buatannya sendiri, katanya.

Mulutku masih bungkam—enggan untuk disuapi olehnya. Perlahan tangannya turun dan meletakan potongan daging tadi di atas nasi.

"Kenapa kau sulit sekali untuk makan? Aku bersusah payah membuatkan ini untukmu karena ibumu bilang kau sedang sakit."

Aku mendengkus kesal, lalu membuang wajahku ke arah lain.

"Hyeri, jika aku ada salah, maafkan aku. Aku tidak peduli kau menerima maafku atau tidak, yang jelas kau harus makan."

"Tidak, terima kasih. Aku tidak sudi makan didekatmu."

Ia menghela napas. "Apa yang harus kulakukan supaya kau mau makan?"

Aku berpikir sejenak. "Pergi dari hidupku, lalu aku akan makan."

"Tidak bisa! Kita sudah terikat benang merah!"

"Kalau begitu aku tidak akan makan."

"Kenapa kau sulit sekali untuk menurut? Aku akan melakukan apa pun selain pergi dari hidupmu agar kau makan."

Hm ..., menarik ....

Bagaimana kalau aku meminta ponsel terbaru saja? Kebetulan ponselku rusak gara-gara semalam aku mengamuk setelah ibuku memukulku. Aku tak sengaja melemparnya mengenai dinding hingga mati total.

Gara-gara itu, aku tidak bisa menghubungi Taehyung, bahkan untuk sekadar meminta maaf karena tidak bisa menghadiri olimpiadenya yang kujanjikan.

Hyeri bodoh!

Lagi pula, aku tidak bisa berjalan normal sekarang karena betisku terluka parah berkat cambukan sabuk maut ibu semalam. Sakit sekali rasanya saat kakiku diberi tekanan ketika aku berdiri seakan semua rasa sakit di sekujur tubuhku berpindah ke kedua betisku.

Sialnya, bekas luka ini terlalu menonjol.

"Hyeri?"

Oh, aku melamun terlalu banyak.

"Aku ingin ponsel terbaru, baru aku akan makan."

"Sungguh?"

"Sungguh! Belikan sekarang, baru aku akan makan."

Jin tersenyum, lalu meraih ponselnya untuk menelepon seseorang. Dalam percakapan itu, ia berbicara tentang membeli sebuah ponsel.

Setelah menutup panggilannya, Jin kembali menyumpit sepotong daging dan hendak menyuapkannya ke mulutku, tapi buru-buru aku menahan tangannya.

"Aku ingin makan sendiri, tolong bantu aku duduk lebih tegak lagi."

Jin menambah dua buah bantal lagi di punggungku. Setelah melakukannya, aku mengibaskan tanganku untuk mengusirnya.

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang