06. Sorry

3.4K 488 14
                                    

Aku membenamkan wajahku di lipatan tangan yang menempel di atas meja. Kepalaku pusing dan badanku lemas. Sepertinya aku kena anemia --lagi.

"Nona Lee, apa kau sakit?"

Aku mengangkat wajahku ketika guru menegurku.

"Ne, ssaem."

"Kalau kau sakit pergilah ke UKS, daripada kau semakin sakit."

Aku tersenyum lemah, kemudian aku berdiri dan pergi meninggalkan kelas setelah membungkuk hormat.

****

Aku membaringkan tubuhku di atas ranjang perlahan-lahan. Kepalaku benar-benar sakit, diguncang sedikit pun rasanya seperti gempa bumi.

Jika kalian bertanya kenapa tidak ada yang mengantarku, jawabannya hanya satu : teman sekelasku itu egois, mereka tidak ingin melewatkan sedetik pun ceramah guru karena takut tertinggal materi pelajaran.

Ini bukan hal yang aneh, sudah biasa di antara kami jarang ada yang peduli satu sama lain. Kecuali kalau ada butuhnya.

Membicarakan semua itu membuat kepalaku semakin pusing.

Aku memejamkan mataku sejenak untuk mengurangi denyutan di kepalaku. Namun, suara pintu terbuka mengusik ketenanganku.

"Hyeri?"

Suara berat khas laki-laki pun masuk ke gendang telingaku.

"Nuguseyo?" tanyaku tanpa membuka mata sedikit pun.

"Ini aku, Taehyung."

Dan seketika mataku terbuka dan melirik ke arahnya. "Yeogiseo mwohae?"

"Ssaem menyuruhku menemanimu, karena beliau tahu aku tidak akan memperhatikan pelajarannya."

"Oh."

Singkat, padat, dan tidak jelas.

"Kau sakit?"

Jawaban sudah jelas pun masih ditanyakan.

"Menurutmu?"

"Menurutku kau sakit."

Terkadang, bodoh dan polos itu beda tipis.

"Terserah." Aku membalikkan tubuhku dan memunggunginya.

"Hyeri.." panggilnya lagi.

"Apa?"

"Bolehkah aku melihat luka di tanganmu?"

"Tidak boleh."

"Aku ingin memastikan sesuatu."

Dan akhirnya aku membalikkan diri lagi menghadap padanya yang sedang duduk di samping ranjang.

Aku mengulurkan tangan yang terbalut perban padanya. Taehyung dengan lancangnya membuka perban yang menempel pada tanganku. Ia juga menilik lukaku secara seksama.

"Aku jadi merasa bersalah, lukamu ternyata cukup parah."

"Dan luka ini ada karena kau!"

Masih dengan memegang tanganku, dia menatapku dalam, "Aku minta maaf karena telah menyakitimu."

"Aku memaafkanmu sejak kemarin, tapi kau keterlaluan! Selain menyakiti tanganku, kau juga menyakiti hatiku dengan perkataanmu!"

"Iya maka dari itu aku minta maaf."

"Ya sudah, obati tanganku! Setidaknya kau harus bertanggung jawab!" ketusku.

Taehyung mengangguk, kemudian ia berjalan ke kotak obat untuk mencari salep luka bakar. Tidak sulit menemukan obatnya.

Ia mengoleskan salep itu perlahan ke luka bakar yang telah melepuh di telapak tanganku.

"Aw! Pelan-pelan!" ringisku.

Taehyung tak menghiraukan ringisanku, melainkan ia terus melanjutkan pekerjaannya.

"Selesai—" Taehyung menutup kemasan salepnya, "—ingat, luka bakar itu jangan ditutup, nanti lukanya semakin parah karena bergesekan dengan benda asing." Aku hanya mengangguk.

"Oh ya satu lagi," sambungnya.

"Apa?"

"Aku ingin berterimakasih padamu tentang semalam di kafe, berkat kau aku tidak jadi dipecat."

"Oh, tentang kau yang dimarahi pelanggan itu?" Taehyung mengangguk, "Tidak masalah, lagi pula aku benci melihat sikap arogan pelanggan itu."

"Dan karena itu, aku menarik ucapanku tentang kau yang harus menjauh dariku. Karena sepertinya aku terlalu jahat dan sombong jika berbuat seperti itu."

"Kau tidak perlu menarik ucapanmu, aku memang harus menjauhimu. Aku tidak ingin jadi beban."

Taehyung menggeleng, "Ani, kau bukan beban."

Aku menatap matanya lekat, mencari titik kebohongan dari setiap untaian katanya. Tapi nihil, dia tulus mengatakan semua itu.

"Kau tahu kan apa yang terjadi jika aku tidak menjauh darimu lagi?"

Taehyung mengangguk, "Kau pasti akan mengikutiku terus karena penasaran tentangku, begitu?"

Aku mengangguk, "Aku itu tipe orang yang sangat ingin tahu. Jika aku penasaran akan suatu hal, aku akan mencari info tentang hal itu sampai aku puas dengan jawabannya."

"Ya, ya, terserah. Koreklah informasi tentangku sebisamu sampai kau dapat." Taehyung menjawab dengan malas.

Ha. Lihat saja nanti.

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang