24. Accident

2.8K 389 46
                                    

"Ssaem! Bisakah kau memberiku waktu sedikit lagi?"

"Tidak bisa, Taehyung-ssi. Kau sudah melewati batas yang pihak sekolah beri. Dalam seminggu lagi, surat drop out-mu akan keluar, dan selama seminggu itu kau masih diizinkan sekolah."

Bahu Taehyung merosot saat mendengar penjelasan kepala departemen keuangan. Sekuat mungkin ia menahan air matanya untuk keluar.

Tenggorokannya tercekat, "Ssaem, tapi kan aku sudah membayar setengahnya." Taehyung pun bersujud, hingga sang kepala departemen keuangan kaget dibuatnya. "Tolong izinkan aku  sekolah! Aku akan melunasi biaya sekolahku sampai akhir bulan ini!"

Sejak sekolah dasar, Taehyung memang sudah biasa dikeluarkan dari sekolah. Tapi, dulu alasan ia dikeluarkan karena Taehyung dianggap gila, bukan karena biaya.

Ia merasa bersalah pada neneknya.

Sang kepala departemen melihat Taehyung tak tega, kemudian wanita paruh baya itu membantu Taehyung berdiri.

"Taehyung-ssi, jika aku bisa membantu, aku akan membantumu sebisanya." Beliau mengehela napasnya. "Tapi sayangnya aku tidak bisa apa-apa."

"A-apa tidak ada beasiswa atau semacamnya?" Taehyung bertanya dengan suara yang bergetar.

"Hanya ada satu beasiswa, yaitu beasiswa prestasi. Melihat nilaimu yang buruk, kau tidak bisa mengejar beasiswa itu. Sudah terlambat," papar beliau.

Bahu Taehyung bergetar hendak menangis. Pikirannya sudah kacau, ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia harus segera mencari sekolah baru. Tapi ... ia tidak mau pindah sekolah. Dia punya alasan kuat.

"Apakah ada cara lain untuk mendapat beasiswa itu selain nilai?" Taehyung memberanikan diri bertanya.

"Coba tanyakan pada guru BK, mungkin mereka bisa membantu."

Taehyung tidak bisa mengharapkan apa-apa dari guru BK. Pasalnya, hampir seluruh guru yang ada di sekolah ini tahu kalau Taehyung adalah siswa terbodoh pemilik peringkat terakhir di sekolah.

"Baiklah, besok aku akan kesana. Setelah istirahat, tentunya."

Taehyung membungkuk, kemudian izin pamit dari ruangan.

***

"Apakah hari ini akan menjadi lebih buruk lagi?!" Aku berteriak hingga Jimin berjengit kaget.

Jimin yang duduk di kursi penumpang depan pun menoleh ke belakang. "Memangnya apa buruknya ikut arisan ibu-ibu?"

"Kau tidak mengerti! Ibu-ibu sosialita itu akan membanding-bandingkan anak mereka satu sama lain." Aku membuang wajahku ke jalanan. "Aku yakin kau pernah ikut ke arisan ibu."

"Tentu, tapi aku akan menunggu di luar restoran atau rumah tempat arisannya, tidak dalam satu ruangan dengan Nyonya."

"Kan, kau benar-benar tidak mengerti."

Perjalanan pulang dilanjutkan dengan hening. Hanya suara klakson dan mesin mobil saja yang berbunyi.

Setibanya di rumah, aku di sambut oleh ibuku yang tampak sedang menelepon seseorang. Ia melirikku sebentar, kemudian mengibaskan tangannya ---isyarat kalau aku harus segera bersiap-siap. Aku punya waktu sekitar dua jam untuk bersiap, waktu yang cukup untuk beristirahat sebentar. Jalan-jalan sedikit, mungkin?

Hyeri : Apa kau sibuk? Aku bosan ><

Taehyung : Sangat sibuk. Tempat kerja baruku akan kedatangan tamu, makanya aku harus kerja ekstra.

Hyeri : Yang restoran bintang 5 itu?

Taehyung : Eung.

Hyeri : Tadinya aku ingin mengajakmu makan di kedai jeroan waktu itu, tapi sepertinya akan batal.

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang