Semenjak aku menjadi 'ekor'nya Taehyung, aku jadi sering melewatkan makan siangku hanya untuk mengikutinya kemana pun.
Seperti sekarang ini. Di jam istirahat yang paling istimewa ini, kami berdua malah pergi ke rooftop.
Sedari tadi, aku hanya berdiam diri menonton Taehyung yang sedang menghitung uang hasil kerjanya kemarin. Katanya, sepulang sekolah ia ingin membelikan neneknya sesuatu.
Sungguh cucu yang berbakti.
"Delapan puluh, sembilan puluh, seratus, seratus sepuluh. Yes! Seratus sepuluh ribu won!" seru Taehyung tiba-tiba.
Aku tersentak, "Kau mengagetkanku!"
Taehyung terkekeh, "Maaf, aku hanya terlalu senang."
Aku melirik ke arah uang yang ada di tangan Taehyung, "Mau kau apakan uang sebanyak itu?"
"Karena ini sudah masuk musim gugur, jadi aku ingin membelikan mantel untuk halmonie," ucapnya sambil senyum-senyum.
"Oh~ Kim Taehyung ... kau memang cucu yang baik," godaku sambil mencolek lengannya.
"Halmonie merawatku sejak kecil, setidaknya aku harus memberinya sesuatu. Hitung-hitung, ini hadiah kecil karena telah merawatku."
Situasi yang cocok untuk mengorek informasi lebih lanjut.
"Sejak kapan kau dirawat halmonie?"
Taehyung menempelkan jari telunjuknya di dagunya, matanya menerawang ke langit seakan mengingat-ingat sesuatu, "Sejak sekolah dasar, saat ibuku meninggal karena sakit."
"Jadi dulu kau tinggal dengan ayah dan nenekmu?"
Taehyung mengangguk, "Iya, sampai ayahku menyusul ibu karena kecelakaan kerja."
Aku bersyukur masih punya orangtua yang lengkap.
Aku menepuk bahunya, "Untung kau laki-laki yang mandiri. Kalau aku jadi kau, mungkin aku akan terpuruk dan berakhir stress berat."
Dan setelah itu, tidak ada lagi konversasi di antara kami.
Taehyung membaringkan tubuhnya di lantai semen atap bangunan ini. Ia menjadikan tangannya sebagai bantalan. Matanya memejam seiring dengan hembusan angin sepoi-sepoi. Tempat ini cocok untuk tidur siang walaupun hanya berbaring di lantai keras nan kotor berdebu.
Aku pun ikut berbaring di samping Taehyung. Tangan kiriku kugunakan sebagai bantalan, sedangkan tangan kananku kugunakan sebagai tameng untuk menghalau sinar mentari masuk ke mataku.
Nyaman. Bahkan lebih nyaman daripada tidur di kasur --ya, walaupun punggungku sedikit sakit.
"Hyeri..." panggil Taehyung.
"Hm?"
"Bagaimana rasanya jadi orang kaya?"
Aku menolehkan kepalaku padanya, "Untuk apa kau bertanya seperti itu?"
Taehyung menggeleng tanpa membuka matanya, "Ani, sepertinya menjadi orang kaya itu menyenangkan, mereka tidak perlu bekerja terlalu keras hanya untuk membelikan sesuatu untuk orang yang di sayang."
Aku mengubah posisiku menjadi duduk. Taehyung membuka matanya tiba-tiba dan menatapku heran, "Mau kemana?" tanyanya.
"Tae, apa yang kau lihat belum tentu sama dengan apa yang orang itu rasakan. Ya, kau tahu? Don't judge a book by it's cover."
Taehyung tertegun, "Kau tersinggung?"
"Sedikit. Aku hanya tidak suka jika orang lain menilai kehidupanku yang terlihat 'bahagia' itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[kth] Mr. Genius (on hold)
FanfictionKarena trauma masa lalunya, harus membuat Taehyung terpaksa berpura-pura bodoh dan pemalas di depan semua orang. Namun siapa sangka, ia mempunyai sebuah rahasia besar hingga ia harus berpura-pura. Akankah suatu saat ia menunjukan jati dirinya? Dapa...