20. Han

2.7K 409 46
                                    

Mataku mengedar menatap sekeliling kedai kecil ini dengan seksama.

Bau, sempit, dan ramai.

Asap rokok mengepul di mana-mana, padahal ini tempat makan. Desisan daging yang dipanggang seakan menjadi musik yang meramaikan suasana kedai ini. Dan jangan lupakan bau lemak yang bercampur dengan bau lain, membuat hidungku agak sedikit ... pengap.

"Tae, kau yakin kita makan di kedai ini?"

Taehyung menoleh, "Memangnya kenapa? Makanan di sini enak, terutama hidangan jeroan babinya, sangat lezat," kata Taehyung.

"Tapi tempat ini baunya aneh dan sempit. Aku lebih baik makan ramyeon di minimarket daripada di sini."

Katakan lah aku manja. Tapi sungguh, tempat ini benar-benar tidak nyaman.

"Kau harus mencoba makanan di sini, kalau menurutmu tidak enak, kita pindah tempat makan."

Aku dan Taehyung duduk di tempat kosong yang berada di tengah-tengah kedai, tempat yang paling aku tidak sukai.

Taehyung mengangkat tangannya memanggil seorang wanita paruh baya yang kuyakini adalah pemilik tempat ini.

"Dua paket jeroan babi," pesan Taehyung.

Wanita itu mengangguk dan pergi meninggalkan meja kami. Selang beberapa saat kemudian, ia menghampiri meja kami sembari membawa nampan yang berisi pesanan kami.

Jujur, aku mual melihatnya.

Coba bayangkan, di piring itu berisi perut babi mentah, aku sedikit jijik membayangkan makanan itu akan masuk ke perutku.

Taehyung memanggang perut mentah itu di atas panggangan yang memang menyatu dengan meja ---tak lupa ia juga memotong kecil-kecil perut itu.

"Ini pasti pertama kalinya bagimu memakan jeroan seperti ini," celetuk Taehyung sambil memanggang perut babi.

Aku tidak menggubrisnya.

Saat dirasa ada yang sudah matang, Taehyung meletakkan potongan jeroan tadi di atas piringku.

"Cobalah," ucapnya, "Jangan lupa celupkan dulu ke saosnya," sambungnya.

Aku menyumpit potongan kecil itu, kemudian mencelupkannya ke saos dan menyuapkannya ke mulutku.

Aku agak sedikit meringis saat perut panggang ini menyentuh lidahku, tapi sesaat kemudian, mataku langsung berbinar.

"Whoaaaaa ... enak!" seruku.

"Sudah kubilang, ini enak."

"Aku mau lagi!"

Taehyung tersenyum lebar ---senyum yang baru pertama kali kulihat ---kemudian ia memberiku potongan kecil lain yang langsung kusantap tanpa meniupnya.

"Hey, hey. Pelan-pelan makannya," ujarnya.

Aku terkekeh dengan mulut yang masih penuh. "Entah karena makanan ini enak atau karena aku lapar, aku tidak bisa mengontrol kecepatan makanku."

"Terserah. Makan yang banyak, ya." Taehyung terus meletakkan potongan jeroan yang sudah matang di piringku.

Kami makan dengan lahap saat itu, tak jarang Taehyung memberitahuku kedai-kedai mana yang menjual makanan enak seperti ini. Sesekali ditengah percakapan, aku bertanya tentang hal-hal yang masih membuatku penasaran tentangnya, namun ia malah mengalihkan pembicaraan.

Sudah lah ... mungkin masih belum waktunya.

Hingga akhirnya di porsi keempat kami sudah kenyang dengan hidangan sederhana tapi enaknya luar biasa.

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang