"Jadi Taehyung, ada apa pagi-pagi ke ruanganku?" Tuan Lee menyesap kopinya kembali setelah mempersilakan Taehyung duduk dengan isyarat tangannya.
Taehyung mendadak gagu. Memang tidak biasanya ia menemui presdir rumah sakit yang merangkap sebagai ayah temannya ini, apalagi di waktu sepagi ini.
"Begini ...." Taehyung semakin gugup, tangannya ia mainkan untuk mengurangi kegugupannya. "Semalam Hyeri menangis karena ia merindukan ibunya."
Tuan Lee yang tadinya berwajah santai, kini raut wajahnya tak bisa terbaca.
"Benarkah?"
Taehyung mengangguk. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi tolong sampaikan pada Nyonya kalau Hyeri merindukannya ..."
Taehyung menambahkan, "... dan juga sup ikan buatannya."
Taehyung menunduk takut, ia merasa kalau permintaannya kali ini terlalu lancang karena sudah seenaknya mencampuri urusan orang.
"Taehyung ...," panggil Tuan Lee. Taehyung pun mendongak. "Apa Hyeri tidak menceritakan hal aneh tentang ibunya?" Tuan Lee bertanya sedikit cemas. Ia takut kalau putrinya menceritakan hal yang tidak-tidak pada orang luar. Itu bisa merusak reputasi keluarganya.
Lagi-lagi Taehyung menggeleng. "Hal aneh seperti apa? Yang kutahu, sepanjang malam Hyeri terus menceritakan masa kecilnya dengan ibunya."
Tuan Lee tersenyum getir. Ia sangat paham bahwa putrinya itu rindu kasih sayang dari ibunya yang super sibuk. Ia juga agak ragu jika meminta istrinya untuk berhenti mengasingkan diri di rumah mertuanya.
"Taehyung?"
"Ya?"
"Boleh aku minta satu hal lagi? Tolong pergi ke alamat ini dan bawa ibu Hyeri ke mari."
Taehyung mengernyit heran karena permintaan aneh dari Tuan Lee. Namun tanpa berpikir panjang lagi, ia pun mengangguk patuh.
Dalam pikirannya, ia hanya ingin Hyeri tersenyum lagi.
********
Taehyung berdiri mematung dengan kaki yang tak berhenti bergetar.
Ia tak pernah menyangka bahwa alamat yang diberikan oleh ayah temannya itu adalah sebuah rumah tradisional Korea yang luasnya beberapa hektar.
Taehyung benar-benar takjub.
Ia memaksa kakinya melangkah masuk ke dalam sana —menyusuri jalan setapak yang dihiasi oleh batuan sungai yang indah.
Di depan pintu, ada seorang pria berjas yang berjaga. Taehyung sangat yakin dalam hati, kalau dari pintu itu akan ada pintu lain yang jaraknya tidak bisa dikatakan dekat.
"P-permisi."
Pria berjas tadi melirik ke arah Taehyung dengan tatapan yang menakutkan.
"Ada yang bisa dibantu?"
Taehyung menyodorkan secarik kertas yang diberikan oleh Tuan Lee padanya tadi pagi selain catatan alamat.
Pria berjas itu membaca tulisan dari secarik kertas tadi dengan seksama.
Kini, ia menoleh lagi ke Taehyung. "Mari ikut aku."
Taehyung mengekori pria tadi masuk lebih jauh ke dalam rumah besar itu. Tak jarang ia memandang sekililing dengan takjub. Ia tak menyangka bahwa keluarga Hyeri memiliki rumah yang luasnya hampir menyerupai kebun anggur yang ada di tempat asalnya, Daegu.
"Nyonya Song ada di dalam." Lamunan kekaguman Taehyung buyar karena pria berjas ini membuka suara. Mereka berhenti di sebuah pintu geser yang sangat terlihat tradisional.
"A-apa aku harus masuk?" tanya Taehyung gugup.
"Tentu saja, Nyonya Song ada di dalam."
Taehyung menarik napas, kemudian ia menggeser pintunya perlahan dengan ragu.
"P-permisi, Nyonya."
Nyonya Song yang tadinya sibuk merawat tanaman bonsai, kini atensinya teralih pada Taehyung.
"Nu—gu?"
Taehyung membungkuk 90°. "Annyeonghaseyo, Kim Taehyung imnida. Aku teman Hyeri."
"Oh. Kau teman Hyeri yang ... uhm ... miskin itu?"
Harga diri Taehyung terluka saat ibu temannya ini berkata demikian. Angkuh dan sombong, pikirnya.
Taehyung memaksa senyumnya. "Iya."
Nyonya Song kembali mengalihkan fokusnya pada bonsai. "Ada urusan apa datang ke sini?"
"Ini tentang Hyeri." Nyonya Song menghentikan tangannya. "Semalam Hyeri menangis. D-dia merindukan ibunya."
"Apa urusanmu?" tanya Nyonya Song dengan angkuh tanpa melihat Taehyung sedikit pun.
"Tuan Lee yang menyuruhku untuk membawa Anda, Nyonya."
"Nak, kau mencampuri urusan keluarga kami terlalu jauh."
"Nyonya, aku tidak bermak—"
"Pergilah!"
Taehyung terkesiap dengan perintah Nyonya Song yang terddengar dingin, namun terkesan menyeramkan.
"Nyonya, aku hanya ingin membawamu menemui Hyeri, tidak lebih."
Wanita paruh baya itu berbalik. "Nak, apa kau tidak dengar apa yang kukatakan barusan? Pergilah! Kau tidak pantas berada di sini! Memangnya siapa kau sampai berani membawaku menemui Hyeri?"
Taehyung masih berusaha, "Nyonya, Hyeri itu anak kandung Anda. Memangnya ibu mana yang tidak mau menengok anaknya sendiri? Apa Anda benar-benar seorang ibu?"
Emosi Nyonya Song memuncak. Dengan geram, beliau melempar asal vas bunga yang letaknya tak jauh dari tanaman bonsainya.
"KUBILANG PERGI! HYERI TIDAK MAU MELIHATKU. AKU MENCELAKAINYA! DIA MEMBENCIKU!" Kakinya melemas, ia terduduk dengan bertumpu lutut ke lantai. Wajahnya ia benamkan pada telapak tangannya.
Taehyung yang panik langsung berlari mendekati beliau. Ia memegang bahunya sang nyonya dengan hati-hati.
"Aniyo ... Hyeri tidak membenci Anda. Dia merindukan Anda, terutama sup ikan buatan Anda."
"Kau terlalu banyak ikut campur!" bentak Nyonya Song, kali ini lebih lantang dari sebelumnya hingga salah satu penjaga rumah masuk dan menyeret Taehyung keluar.
**********
"Pergilah!" Taehyung didorong begitu saja oleh si pria berjas yang ia temui tadi. Ia dianggap sebagai sumber kekacauan.
Sakit hati? Tentu. Ia merasa direndahkan.
Tapi setidaknya ia sudah berusaha membujuk walaupun tidak berhasil.
Mungkin ... ia harus mencari cara lain untuk menghibur Hyeri.
Ya, dia akan melakukan hal itu.
*****
"Nyonya, Anda baik-baik saja?" Si pria berjas membantu sang majikan berdiri.
Nyonya Song menggeleng. "Aku baik-baik saja."
Pria itu merogoh sakunya, kemudian mengeluarkan sebuah botol kecil yang biasa digunakan untuk obat-obatan. "Nyonya belum minum obat."
"Aku tidak ingin minum obat."
"Tapi Nyonya ...."
"Aku sudah tenang, tidak perlu minum obat. Aku hanya perlu waktu sendiri"
"Baiklah kalau begitu."
____________________________________
Ini aku nulis apaan njir -__-
Semoga feel-nya dapet deh :')
KAMU SEDANG MEMBACA
[kth] Mr. Genius (on hold)
FanfictionKarena trauma masa lalunya, harus membuat Taehyung terpaksa berpura-pura bodoh dan pemalas di depan semua orang. Namun siapa sangka, ia mempunyai sebuah rahasia besar hingga ia harus berpura-pura. Akankah suatu saat ia menunjukan jati dirinya? Dapa...