15. Rooftop

2.9K 421 21
                                    

Masih berbalut seragam SMA, aku memasuki gedung perkantoran yang menjulang tinggi dengan emosi yang membara.

Jimin yang sedari tadi mengekoriku pun tak henti-hentinya memanggil namaku dan menyuruhku berhenti.

Tapi aku sudah tidak peduli dengannya, aku sudah muak dengan pengawalan dari Jimin, jadi kuputuskan untuk menghadap ibuku secara langsung untuk memecat Jimin dari jabatannya sebagai pengawal pribadiku.

Para pegawai di gedung ini langsung membungkuk hormat saat pertama aku menginjakkan kaki.

Tapi aku hanya berjalan tanpa memedulikan apapun. Aku sedang emosi.

Seorang pria setengah baya —kira-kira berumur sekitar 30-an —menghalangi jalanku untuk masuk ke dalam ruangan ibuku .
"Maaf nona, Nyonya Song sedang sibuk."

"Aku anaknya, jadi biarkan aku masuk!" ucapku dengan penuh penekanan.

"Maaf nona, tapi—"

Aku mendorong pria itu —yang kuyakini adalah sekretaris baru ibu— dengan kasar, kemudian membuka pintu ruangan ibu dengan keras.

"Ibuuuuuuuuuu ...." Aku berteriak saat tubuhku masuk sempurna ke dalam ruangan.

Ibu yang tadinya sedang sibuk dengan laporan, kini menoleh ke arahku.

"Jangan ganggu ibu. Kalau mau minta uang bulanan, nanti ibu kirimkan ke rekeningmu." Ibuku berucap dengan datarnya.

"Bukan itu, Bu!"

"Lalu apa?"

"Aku tidak ingin dikawal!"

Ibu menaikkan alisnya, "Memang kenapa? Ibu melakukan semua ini demi kebaikanmu."

Aku melirik tajam ke arah Jimin, "Cih, 'Untuk kebaikanku' kata Ibu? Dia mempermalukanku, Bu!"

"Memangnya kenapa?" tanya ibu.

"Dia terus berdiri di kelasku dari pertama masuk sampai pulang sekolah, gara-gara itu aku diledek oleh temanku dan dicap sebagai anak manja!"

Dan juga aku tidak bebas berduaan dengan Taehyung.

"Hanya itu?" tanya ibu lagi, kini penuh selidik.

"Masih banyak sebenarnya, tapi yang tadi itu paling parah menurutku," kataku.

"Jadi, kau tidak nyaman kalau Jimin mengawalmu dari luar kelas?" Aku mengangguk, kemudian ibu langsung mengalihkan tatapannya pada Jimin. "Jimin-ssi, kalau tidak salah, kau seumuran dengan Hyeri dan pernah putus sekolah, 'kan?"

Mendengar pertanyaan ibuku yang lebih mirip seperti interviewer kerja, perasaanku mendadak jadi tidak enak.

Jimin menganggu merespons pertanyaan ibuku, "Ne, Samu-nim." (Yes, Ma'am)

"Kalau begitu, siapkan berkas pendaftaran siswa baru, aku akan menyekolahkanmu lagi di sekolah Hyeri."

Perkataan terakhir yang meluncur dari mulut ibuku, bagaikan komet yang menghantam tempat di mana aku berdiri sekarang.

Rahangku merosot tajam, aku tidak percaya dengan tindakan ibu yang tiba-tiba itu.

"Ta-ta-tapi ...." Aku hendak mengeluarkan sepatah kalimat, namun ibuku memotongnya.

"Tidak ada tapi-tapian, Jimin akan sekolah di sekolahmu," ibu berdiri, sambil memegang map yang kini ada ditangannya, "ibu akan pergi sekarang karena ada rapat, dan lebih baik kau pulang, Hyeri."

Kemudian beliau pergi menuju pintu. Tepat saat ibu belum keluar, ia berbalik dan berkata, "Kalau kau ingin terbebas dari semua ini, jauhi anak miskin yang selalu bersamamu itu."

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang