Sudah 5 hari aku menginap di rumah sakit, dan selama ini Taehyung lah yang selalu menemaniku. Ayahku sering menjengukku —tentu saja— tapi tak sampai menginap. Ahjumma Shin juga sering menjengukku, tapi hanya sebentar karena beliau sibuk mengurus rumah tangga. Sedangkan ibuku, dia tidak pernah memunculkan batang hidungnya sedikit pun. Aku heran, apakah benar ia ibuku?
Tapi walaupun begitu, setidaknya aku bersyukur Taehyung masih ingin menemaniku. Tak jarang pula ia sering menginap di sini—untung saja neneknya mengizinkannya karena ia mengenalku. Oh, bahkan neneknya pernah menjengukku juga.
Pemuda itu, punya seribu satu cara untuk menghiburku di kala aku sedih atau pun bosan. Contohnya adalah kemarin, dia mengorbankan uangnya untuk membelikanku jeroan babi panggang yang pernah kami makan di sebuah kedai supaya aku tidak bersedih lagi.
Dia tidak tahu saja kalau aku merasa semakin berhutang padanya.
Dan hari ini, Taehyung berjanji akan membawakanku mie dingin dari kedainya dalam rangka merayakan kesembuhanku—juga sebagai hari terakhir menginap di rumah sakit.
Pintu terbuka, kutolehkan kepalaku dengan cepat ke arah sana. Senyum yang tadinya terpampang jelas di wajahku, kini luntur seketika saat orang yang masuk bukan lah Taehyung, melainkan ibuku.
"I-ibu ...?"
Senyum paksa pun terpatri di wajahnya. Kentara sekali. Tangan kanannya membawa sebuah paper bag yang entah apa isinya.
Ibu duduk di ranjangku, menaikkan meja makan kecil, dan menyimpan paper bag tadi. Aku hanya menontonnya tanpa ekspresi.
Aku tidak tahu, aku harus bahagia karena akhirnya ibu menjengukku atau kecewa karena selama ini ia menghilang tanpa kabar.
"Ba-bagaimana kabarmu?" tanya Ibu sedikit canggung.
"Ibu bisa melihatnya sendiri."
Oke, aku sadar kalau aku tidak sopan.
"Boleh ... ibu melihat kepalamu?" izinnya.
Aku mengangguk mengizinkan.
Kucondongkan kepalaku, dan dapat kurasakan tangannya yang terawat mulai menyentuh lembut bagian kepalaku yang dibalut perban.
Bisa kuhirup wangi parfumnya yang tak pernah berubah sejak dulu. Jariku kumainkan karena gugup. Jauh dalam lubuk hatiku, ada perasaan yang amat sangat bahagia menyelimutiku. Sebisa mungkin aku menahan diri untuk tidak memeluknya, karena itu akan canggung.
"Bu? Sampai kapan kau akan memegang kepalaku?"
Tangannya terlepas buru-buru. "Ah iya, kau pasti pegal mencondongkan kepalamu terlalu lama."
Kemudian hening. Hanya aura canggung yang terasa di ruangan ini.
"Apa itu?" tanyaku sambil menunjuk paper bag dengan sorot mataku yang mengarah ke sana.
"Oh astaga ... ibu hampir lupa, ini sup rumput laut dan sup ikan, kau pasti belum makan, kan?"
Aku hanya mengerutkan keningku.
Melihat responsku, ibu melanjutkan, "Ini masakan ibu, kau pasti menyukainya."
Mataku berbinar, tapi buru-buru kuhilangkan antusiasmeku itu. "Be ... narkah? Memangnya Ibu tidak bekerja sampai Ibu sempat memasak?"
Ibuku adalah wanita karier yang sangat sibuk. Jangankan memasak, memakan selembar roti tawar di meja makan saat sarapan saja tidak sempat.
Ibu hanya tersenyum menanggapiku sambil mengeluarkan kotak bekal dari dalam paper bag.
![](https://img.wattpad.com/cover/149629209-288-k40711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[kth] Mr. Genius (on hold)
FanfictionKarena trauma masa lalunya, harus membuat Taehyung terpaksa berpura-pura bodoh dan pemalas di depan semua orang. Namun siapa sangka, ia mempunyai sebuah rahasia besar hingga ia harus berpura-pura. Akankah suatu saat ia menunjukan jati dirinya? Dapa...