05. Café

3.4K 514 23
                                    

Jarum pendek sudah menujuk angka 11, itu artinya aku harus segera masuk ke alam mimpi.

Tapi sial, gara-gara luka di telapak tangan kananku terus berdenyut, aku jadi tidak bisa tidur. Bukan hanya itu saja, bahkan luka di hati karena bentakkan Taehyung pun ikut mendukung insomniaku.

Dan akhirnya, kuputuskan untuk beranjak dari tempat tidur —mengganti bajuku dengan hoddie dan celana panjang, dan kemudian pergi keluar untuk mencari angin.

Lagipula, tidak akan ada yang melarangku keluar karena orangtuaku sendiri tidak peduli padaku —sudah kubilang, mereka hanya peduli dengan pekerjaan dan nilai raport-ku.

Jalan-jalan di malam hari, tidak salah kan?

Aku sudah sering nelakukan hal ini, berjalan-jalan sendirian di keheningan malam. Kalau umurku sudah legal, mungkin aku akan masuk kelab malam dan mabuk-mabukkan disana.

Kesepian? Tentu.

Ah ... aku jadi terlihat menyedihkan.

Aku menyusuri jalan setapak yang masih bisa dikatakan ramai. Banyak kafe yang masih buka, mungkin memang buka 24 jam.

Kuayunkan kakiku untuk masuk ke salah satu jajaran kafe itu. Aku tidak lapar maupun haus, tapi entah kenapa tungkai kakiku membawaku kesana. Tapi tak apa, hitung-hitung hiburan.

Aku duduk di salah satu sudut kafe yang agak jauh dari keramaian —tapi tidak sepi. Seorang pramusaji datang menghampiriku dan memberiku buku menunya.

"Matcha latte tanpa gula," pesanku dan si pramusaji itu mencatat pesananku sebelum ia undur diri.

Selama menunggu, aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kafe. Semuanya tampak berpasangan, sepertinya hanya aku yang sendirian. Menyedihkan.

Ah, bahkan ada beberapa pasangan yang duduk di tempat tersembunyi sedang melakukan ciuman, otomatis aku memalingkan wajahku ke arah lain. Anak SMA usia 18 tahun tidak boleh melihat hal itu.

Pesananku datang, aku memberikan uang tip sebelum si pramusaji meninggalkanku lagi.

Aku menyeruput minumanku pelan-pelan tanpa semangat —karena dari awal aku masuk kesini, memang tidak ada niatan membeli apapun.

Namun, atensiku teralih pada seorang pelanggan yang memarahi seorang pramusaji pria. Dilihat dari penampilannya, pelanggan itu sepertinya seorang karyawan kantoran.

Si pramusaji itu terus membungkuk 90° sambil meminta maaf. Adegan ini, adegan yang sering kutonton di drama Korea. Adegan klise.

"Kau tahu jas yang kau tumpahi minuman ini sangat mahal?! Bahkan kalau kau jual diri pun tidak akan bisa membeli jas ini!" bentak si karyawan dengan arogan.

Cih, sombongnya ... aku saja yang orang kaya tidak sesombong itu.

Karena keributan ini, seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari sebuah ruangan menghampiri mereka. Biar kutebak, pasti manajernya.

Sang manajer-nim ikut membungkuk seperti yang dilakukan si pramusaji, "Maafkan pegawai saya tuan, saya pastikan dia akan dikenakan hukuman yang berat," ucap sang manajer.

"Tidak perlu dihukum, cukup pecat dia dan ganti rugi!"

Astaga, jahatnya..

Hanya minuman tumpah pun, sampai-sampai harus dipecat dan ganti rugi. Tidak adil!

Sang manajer pun menoleh ke si pramusaji yang terhalang oleh tubuh gemuk si pelanggan arogan, "Kim Taehyung-ssi, sudah dengar apa yang dikatakan pelanggan ini?"

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang