27. What Happens to Me?

2.5K 367 20
                                    

Bosan.

Aku sangat bosan.

Jam sekolah belum bubar, dan gara-gara itu Taehyung belum datang. Dan mungkin Jimin pun masih sekolah juga, kalau tidak ia pasti sedang mengekor pada ibuku

Ayahku sibuk mengurus rumah sakit dan pasien VIP lain. Ahjumma Shin pasti sibuk mengatur rumah dan para pelayan junior yang baru direkrut oleh ayah.

Dan ibu ....

Ibu pasti sibuk menghadiri pameran busan di luar negeri.

Aku memang sudah bisa berjalan-jalan, tapi dokter tidak mengizinkanku keluar ruang inap.

Tapi tunggu ..., jika aku berjalan-jalan sedikit, dokter tidak akan tahu, kan?

Perlahan, aku bangkit dari posisi tiduranku. Agak sedikit pusing, tapi aku memaksakan diri.

Baiklah, tinggal menurunkan kakiku hati-hati dan ... "Aduh!"

Aku meringis kesakitan ketika lututku juga ikut menyentuh lantai. Kakiku masih lemah karena tidak sering digerakkan saat pasca operasi. Ya, memang, aku ke kamar mandi saja menggunakan kursi roda.

Aku berusaha bangkit sendirian. Kakiku bergetar hebat saat mulai menopang tubuhku. Aku mencoba berdiri beberapa saat untuk menyesuaikan diri sebelum aku menyeret kakiku untuk berjalan. Kujadikan tiang infus sebagai alat bantu berjalan layaknya tongkat yang digunakan nenek-nenek. Sebelum aku keluar ruangan, aku menyambar topi pemberian Taehyung dan memakainya hati-hati untuk menutupi pitak di kepalaku.

Beberapa perawat sempat menawarkan diri padaku karena melihatku berjalan kesulitan sambil menyeret tiang infus, tapi tak kuhiraukan karena aku ingin berusaha sendiri.

Hingga akhirnya kakiku membawaku pergi ke taman rumah sakit yang terletak di bagian samping bangunan, taman ini lebih ramai daripada taman yang terletak di belakang. Katanya, taman belakang itu angker dan tidak terawat.

Mayoritas, di taman samping ini di penuhi oleh kaum lansia dan anak-anak yang ditemani kerabatnya. Orang dewasa biasa juga ada, tapi hanya sedikit.

Aku duduk di sebuah kursi taman di dekat pohon yang rimbun. Cuacanya panah, dan tempat ini sangat cocok. Hanya saja, banyak daun berjatuhan dan memang sedikit kotor di kursi ini, mungkin ini sebabnya banyak yang memilih tempat lain di banding di sini.

Tepat beberapa meter dari tempat aku duduk, aku melihat ada seorang anak perempuan ---yang berusia sekitar 6 tahun--- sedang tertawa bahagia bersama ibunya. Anak itu memakai baju pasien yang sama sepertiku. Wajahnya putih pucat, tapi senyum di wajahnya tetap terlukis indah di sana.

Begitu pula ibunya, beliau memeluk, mencium, menghibur anaknya hingga tertawa bahagia.

Aku lupa kapan terakhir kali aku tertawa lepas bersama Ibu.

Tanpa sadar, aku terus memerhatikan mereka hingga anak perempuan tadi berjalan menghampiriku. Di tangan kanannya, ia memegang sebuah gula-gula warna-warni.

"Eonni ..."

Aku menatapnya lembut sembari tersenyum saat mulut kecilnya memanggilku.

"Ya? Ada apa?"

Ia bertingkah malu-malu, terkadang ia juga melirik ibunya yang sedang memerhatikan kami berdua dengan senyum lembut keibuannya.

Tiba-tiba, ia menyodorkan gula-gulanya. "Eonni terlihat sedih, dan Ibu menyuruhku memberikan ini padamu."

Aku menerima pemberiannya. "Kenapa kau memberikannya padaku? Ini kan milikmu."

"Ibu bilang, makanan manis bisa membuat orang yang sedang sedih menjadi bahagia, jadi Ibu menyuruhku memberikannya padamu."

[kth] Mr. Genius (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang