05 • Malam yang Indah

281 21 1
                                    

Aku tidak butuh kehadiran siapapun. Namun tak apa bila aku harus membuka hati ini jika mimpi ini bisa hilang karenanya.

 Namun tak apa bila aku harus membuka hati ini jika mimpi ini bisa hilang karenanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Ayu pulang lebih awal. Kejadian di rooftop tadi siang cukup menguras emosinya. Kebetulan hari ini Gladiatre—nama kumpulan anak-anak yang tadi berkumpul di rooftop — tidak ada jadwal nongkrong. Hari ini jadwal mereka adalah pergi ke kelab kenalannya.

Seperti biasanya, Ayu mengganti seragamnya dengan gaya favoritnya, yaitu kaus berukuran besar dengan celana pendek putih dan tak lupa juga ia mencepol rambutnya dengan asal. Penampilan Ayu saat di rumah benar-benar berbeda seratus persen dengan penampilannya di sekolah. Ayu yang selalu melihatkan sisi sangarnya di sekolah kini bertampilan feminin seperti perempuan pada umumnya.

Merasa bosan, gadis itu membuka lemari pendingin dan mengambil es krim cokelat kesukaanya dari sana. Ia kemudian berjalan kembali ke kamarnya lalu merebahkan dirinya di sofa empuk. Belum cukup rebahan dan makan es krim, gadis itu menyalakan televisi dan memakan cemilan yang sudah ia siapkan sebelum berjalan mengambil es krimnya.

"Berita terkini : kasus pemerkosaan berakhir tra—"

Ayu dengan tiba-tiba mengganti saluran televisinya. Melihat berita yang baru saja ia lihat membuatnya melempar kacang ke layar televisinya itu. "Dunia makin lama makin gila. Nggak ada yang waras dikit kek anjing," gerutunya.

Drrt drrt

Sebuah getaran pada sofanya membuat Ayu meraba-raba sekitarnya. Gadis itu yakin bahwa getaran itu berasal dari ponselnya. Sayangnya ia lupa di mana terakhir kali ia meletakkan ponselnya. Setelah semenit, gadis itu menemukan ponselnya yang menampilkan panggilan telepon dari ayahnya.

"Iya, Dad. Kenapa?" tanyanya setelah menjawab panggilan itu.

"Tumben jawabnya lama. Doing a lot of homeworks?"

Itu bukan bentuk posesif Edmund, melainkan bentuk kepeduliannya. Edmund memang begitu, ia akan panik jika dirinya terlalu lama menjawab panggilannya. Mendengar itu, Ayu tersenyum tipis. "Nggak, Dad. Hapeku keselip di sofa. Kenapa, Dad? Dad pulang hari ini, ya?"

"Right. Tapi Dad harus ke rumah dulu sebelum ke bandara ."

Mendengarnya Ayu mengernyitkan dahinya. "Something urgent?"

"Smart as always. Tunggu Dad di rumah ya, Gadis. Dad loves you."

Telepon berakhir, Ayu meletakkan ponselnya di pangkuannya sembari mencoba menebak hal penting apa yang membuat Edmund repot-repot mungunjunginya padahal beberapa jam lagi ayah angkatnya itu harus kembali terbang ke Inggris. Ayu sudah hapal betul, kalau ayahnya tiba-tiba datang ke rumah pasti ada sesuatu yang harus ia ingat baik-baik. Entah itu penting atau kadang itu hal yang sepele sekalipun, Edmund pasti menyempatkan diri untuk ke rumah. Pernah dulu ayah angkatnya itu ketinggalan penerbangan karena terlalu lama memeluknya.

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang