24 • Potongan Apel

153 16 0
                                    

Lihat betapa hebatnya kamu mengubah ritme jantung ini hanya karena sebuah potongan apel.

Cermin tengah memantulkan sosok laki-laki berjambul yang mengenakan kaus putih andalannya dibalut dengan jaket denim-nya berwarna hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cermin tengah memantulkan sosok laki-laki berjambul yang mengenakan kaus putih andalannya dibalut dengan jaket denim-nya berwarna hitam. Cowok itu berulang kali menukar kausnya karena merasa tidak cocok. Alhasil, pilihannya jatuh pada kaus berwarna putih, warna kesukaannya.

Setelah menyemprotkan parfum dan merasa rapi, Aditya membuka pintu kamarnya dan turun melalui anak tangga setelah menyusuri lorong megah bersisi pilar besar. Cowok berzodiak Aries itu sudah bersiap meninggalkan rumah sehabis mengambil kunci mobil, namun langkahnya terhenti kala suara bariton yang familiar di telinganya memenuhi indra pendengarannya.

"Mau ke mana?" tanya pria itu. Pria tersebut mengenakan kemeja putih beserta jas abu-abu seperti biasanya. Sepertinya ia akan berangkat kerja pagi ini.

Aditya menoleh. Keningnya sedikit mengkerut akan kehadiran pria bertubuh gagah tersebut. Pasalnya, ia tak pernah melihat kehadiran pria itu tadi malam. Atau mungkin tidak peduli? Ah, sepertinya itu jawaban yang tepat. Peduli atau tidak, keadaannya akan tetap sama.

"Nugas di rumah temen," tukasnya cepat. Semakin pendek jawabannya semakin cepat pula ia meninggalkan rumah besar ini sekaligus sosok menyebalkan yang ada di balik punggungnya.

"Saya bertanya dengan baik. Kenapa kamu menjawab dengan emosi?" Arga kembali mengangkat suara.

Aditya yang tadinya ingin melangkah keluar, justru berbalik memandang sosok itu. Sosok yang satu tahun belakangan tak pernah menghampirinya karena gila kerja. Sosok yang selalu ia panggil ayah meskipun tak pernah ada di sisinya. Entahlah, apapun itu yang pasti pria tersebut tak pernah mengerti betapa perihnya luka yang ia alami saat ini, sebab laki-laki itu pasti lebih mementingkan tumpukan kertas di kantornya dibanding dirinya.

Menjawab dengan emosi? Bagaimana bisa jawabannya itu disebut sebagai kemarahan yang meluap? Apa dia lupa bahwa selama ini dia yang selalu membawa emosi di rumah ini?

Aditya mendengkus kesal. Ia pun melangkahkan kakinya ke luar, meninggalkan sosok berjas tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata.

🌹🌹🌹

🌹🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang