Selain memiliki tembok kokoh, aku juga punya pelindung. Keduanya cukup untuk membantuku kabur dari masa lalu, 'kan?
Bangun di atas kasur bukanlah hal yang mengejutkan bagi Ayu. Kebiasaannya tidur di pundak Edmund di tengah malam hingga terlelap adalah alasan Ayu bangun di atas kasur seperti sekarang. Ia tahu betul bahwa jika ia sudah terlelap, ayah angkatnya itu akan menggendongnya dan menyelimutinya.
Ayu menuruni anak tangga satu persatu dengan baju tidurnya yang berwarna hitam. Rambut pirangnya terlihat kusut karena Edmund telah melepas ikatannya saat ia tertidur.
"Bi, Asha mana?" tanyanya begitu sampai di anak tangga terakhir.
Ayu tak mendapatkan jawabannya. Karena tak ada yang menyahuti pertanyaannya, ia pun mengelilingi rumahnya untuk mencari Asha, kucing kesayangannya yang ia temui di halaman belakang sekolah.
Sekitar dua bulan yang lalu saat pagi-pagi sekali, Ayu menemukan kucing nyasar yang ada di sekolahnya. Kucing berjenis ragdoll itu mengelilingi taman sekolahnya berharap ada seseorang memberikannya makanan. Ayu awalnya tak tertarik pada kucing, namun melihat jenis kucing itu ia akhirnya iba pada kucing itu dan merawat kucing itu—ia bahkan rela datang sebelum matahari bersinar hanya untuk mengawasi kucing itu lebih lama. Setelah dua bulan merawatnya di sekolah, akhirnya ia membawanya pulang ke rumah dan memberikan nama Asha yang berarti harapan atau berharap hidup. Sama seperti perjumpaan pertamanya dengan Asha.
Ayu akhirnya menemukan Asha. Ia menuangkan susu favorit kucing itu serta makanan mewah. Pada awalnya Ayu tak begitu peduli dengan makanan Asha, ia hanya memberikan apa yang menurutnya wajar di kalangan kucing. Namun hari kedua Asha di rumah, Asha sakit. Kata dokter, kucing mahal tidak bisa diberi makan kucing biasa. Selain itu, Asha butuh perawatan khusus karena sudah ditelantarkan selama tiga bulan sebelum Ayu menemukannya. Sejak saat itu, Ayu mulai memperhatikan Asha lebih lagi—bahkan lebih dari dirinya. Misalnya seperti saat ini, Asha harus makan terlebih dahulu daripada dirinya.
"Pagi, Non," sapa Bi Anjum dengan senyum ramahnya. Bi Anjum yang sudah tua memaksakan dirinya untuk menunduk di hadapan Ayu. Namun, Ayu mencegahnya terlebih dahulu. "Aku udah bilang 'kan, Bi. Jangan nunduk gitu. Bibi nunduk sama Ayah aja."
Bi Anjum tersenyum mendengarnya. Ucapan gadis ini masih sama seperti pertama kali ia bertemu dengan gadis itu. Saat itu Edmund mengajak seorang anak perempuan bertubuh mungil ke rumah yang sudah ia jaga selama bertahun-tahun. Anak itu nampak kebingungan kala melihat puluhan orang berbaris di depan pintu mengenakan seragam. Bi Anjum yang merupakan asisten rumah tangga paling lama di rumah itu ditunjuk oleh Edmund untuk menjaga anak perempuan itu. Gayanya angkuh, tapi bukan karena sombong sudah 'diangkat' oleh Edmund. Bi Anjum menebak bahwa anak itu pasti menyembunyikan rasa penasarannnya dibalik keangkuhannya tersebut. Benar saja, saat Bi Anjum membungkuk pada anak itu, anak itu spontan menjawab,
"Bibi nggak perlu nunduk. Bibi cukup nunduk sama Mr. Edmund aja."
Bi Anjum tersenyum. Anak ini baik hanya saja tidak ingin menonjolkan kebaikannya, pikir beliau. Bi Anjum yang tidak tahu dengan nama Ayu saat itu terus memanggil Ayu dengan 'Non'. Empat tahun bersama, beliau merasa Ayu tidak pernah menyusahkan dirinya, seakan gadis itu mampu hidup sendirian meski dirinya sangat rapuh. Bi Anjum sering mendapati Ayu menangis semalaman setelah teman-temannya pulang. Setelah mendengar kisah dari Edmund, beliau menyadari sesuatu. Di balik aura dingin itu ternyata ada ribuan kenangan pahit yang harus gadis itu tanggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Get Away From You [REVISI]
Novela JuvenilIni cerita Ayudia Gadis Senja, gadis sosiopat akibat masa lalunya yang kelam, dengan Aditya Pratama murid pindahan asal Inggris. Keduanya dipertemukan di SMA Conquer Galaxie. Memang Aditya jatuh cinta pada gadis itu pada detik pertama, tetapi gadis...