23 • Pemandangan

163 19 1
                                    

Kaus hitam yang kini aku lihat tak ada bandingnya dengan jaket kulit yang ada di hadapanku tempo hari.


"Berangkat dulu ya, Ma," pamit Vanessa sembari mengecup punggung tangan ibundanya, Valentina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berangkat dulu ya, Ma," pamit Vanessa sembari mengecup punggung tangan ibundanya, Valentina. Suatu pemandangan yang biasa bagi Ayu ketika menjemput Vanessa di rumahnya—kemarin Ayu sudah janjian untuk berangkat bareng dengan Vanessa. Bagi orang lain, apa yang dilakukan Vanessa merupakan hal biasa. Namun bagi Ayu, itu bukan hal yang biasa. Memang, Ayu sudah sering melihat pemandangan ini, tapi entah kenapa hari ini matanya terasa memanas. Sebuah pikiran yang tak diinginkan.

Ayu nggak punya mama papa.

Tanpa disadari air mata meluncur bebas membasahi pipi Ayu. Gadis itu meremas setir mobil sebelum akhirnya menghapus jejak air mata tersebut.

Ayu membuka kaca mobilnya setelah melihat Vanessa yang membuka pagar diikuti Valentina. Vanessa masuk mobil diikuti cengiran manis. Ayu membunyikan klakson. "Kita berangkat dulu ya, Tan!" Setelahnya, Ayu menginjak gas karena tiga puluh lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi.

"Pagi!" sapa Vanessa riang seraya memasang sabuk pengamannya. Ayu hanya mengangkat sebelah alisnya. Tak biasanya Vanessa seceria ini.

"Kenapa?" tanya Ayu basa-basi. Ia lebih memilih untuk fokus menyetir daripada melayani Vanessa yang sinting di pagi hari.

"Nyokap lagi baik banget hari ini," jawab Vanessa. Lalu, gadis berwajah Asia yang sangat kental ini mengeluarkan sebuah kotak makan. "Nyokap gue buat nasi goreng buat kita berempat. Tiap orang dapet satu porsi," lanjutnya lagi. Kotak makan itu ia letakkan di dashboard.

"Yang itu buat lo. Nyokap sengaja masak banyak supaya kalian nggak minta-minta ke gue lagi hehe." Vanessa terkekeh sembari menyikut Ayu.

"Jadi itu alasan lo senang?" Vanessa membalas pertanyaan Ayu dengan mengangguk semangat. Ayu mendesah pelan. Seharusnya ia senang, namun entah kenapa, hatinya tergores akan kata-kata Vanessa. Entah apa yang membuat dirinya menjadi sangat sensitif pagi ini. Namun yang pasti, alasan Vanessa yang tadi disebutkan mampu membuatnya mengigiti bagian bawah bibirnya. Dan itu terlihat oleh Vanessa secara jelas.

"Ah ... maaf," ucap Vanessa tiba-tiba dan membuat Ayu menormalkan kembali raut wajahnya. "Seharusnya gue nggak bilang begitu ...."

"Bukan salah lo. Gue-nya aja yang terlalu sensitif pagi ini," kilah Ayu cepat.

Vanessa tahu latar belakang Ayu. Vanessa tahu betul bagaimana terlukanya Ayu saat ini. Ia tahu bahwa ucapannya barusan hanyalah hiburan semata untuk dirinya agar dirinya tak tersinggung. Ayu memang orang yang tertutup akan masalah pribadinya, namun rasa penasaran yang memenuhi dirinya membuat ia sendiri menyesal mencari tahu kehidupan sahabatnya itu.

Ditinggalkan dan dicampakkan. Mungkin itu kata yang cocok untuk penderitaan Ayu. Ah ... rasanya bukan. Lantas, kata apa yang cocok untuk mendeskripsikan seorang anak yang ditelantarkan karena lahir di hubungan yang tak dikehendaki?

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang