36 • Pemilik Unta

89 7 0
                                    

Hati ini terlalu cepat jatuh. Entah siapa yang akan bersedia menangkapnya.

 Entah siapa yang akan bersedia menangkapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vi?"

"Hah?" sahut Viana sambil membuka mulutnya lebar-lebar kala menengok.

"Buset. Kalo jawab biasa aja, dong. Cantik-cantik masa napasnya bau napas naga." Andra mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidungnya seolah aroma napas Viana seburuk itu.

"Bodo anjir." Viana memalingkan mukanya.

"Tatap gue dulu dong, bray." Andra melempar struk pembelian makanan mereka yang telah diremukkan pada gadis itu. "Mau diajak ngobrol juga."

"Apaan? Incess gaada waktu buat diajak ngobrol yang unfaedah." Viana melempar balik kertas yang tadi ditujukan padanya. Selain itu, gadis tersebut melempar tulang ayam ke arah Andra. Tepat sasaran, Andra pun geram.

"Incess apaan yang sebuluk Mimi Peri gini?" Andra memungut tulang ayam yang dilempar Viana. "Keringetan langsung di lap pake tangan, mandi nggak bersih, skin care-an juga nggak pernah. Jorok banget sih lo."

"Sori, bray. Ngapain gue cantik di depan lo? Emang gue siapa lo? Lagipula kalo gue termasuk orang penting di hidup lo, lo mau beliin gue skin care?" balas Viana sewot. "Kalo gue perawatan, gue bisa lebih cantik daripada Pevita Pearce."

"Lo nanya lo siapa gue?"

Viana mengangkat alisnya.

Andra mengulur tangannya pada wajah Viana lalu mencubitnya hingga gadis itu mengaduh kesakitan. "Lo 'kan pacar gue tercinta."

"Jokes lo basi banget, tai." Viana menepuk-nepuk hingga mencubit pergelangan tangan Andra tanpa hati.

"Loh bener, 'kan? Emang lo nggak mau jadi pacar gue?" tanya Andra dengan nada serius meskipun wajahnya tidak meyakinkan.

"Nggak banget." Viana mendelik lalu memalingkan wajahnya.

"Gue serius, Vi." Kali ini wajah Andra terlihat serius dan seketika membuat hati Viana mencelos begitu saja.

"Hah?"

"Gue suka sama lo. Lo mau 'kan jadi pacar gue?"

🌹🌹🌹

Hilir mudik orang berkaus putih dengan corak biru laut bukanlah pemandangan yang asing lagi. Mereka adalah panitia yang rata-rata beranggotakan murid kelas 12 serta beberapa anggota OSIS aktif. Dan perempuan berambut kuncir kuda yang penuh peluh di sana adalah salah satu orang penting di acara tersebut.

"Semuanya udah lengkap? Sound system-nya gimana? Udah dicari gantinya?"

Mungkin Kribo sudah bosan mendengar pertanyaan gadis itu, sebab sudah berkali-kali gadis itu bertanya dengan ekspresi yang sama, hanya berbeda jumlah titik-titik air yang memenuhi pelipisnya. "Udah semua. Peralatan musik buat band yang mau tampil juga udah dikonfirmasi."

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang