❝Dasar luka yang paling lara adalah ketika rasa mencoba bertahan dan menunggu, tetapi sang target malah memilih jalan lain.❞
🐋🐋🐋
Pagi menyapa indera penglihatan Vanys. Gadis dengan raut bahagia, kini duduk di balkon seraya menikmati secangkir teh dietnya. Pohon-pohon rindang di taman, kini dahannya berhasil menyentuh tepian balkon. Ia akan memanggil Pak Igus untuk memangkas dahannya. Menghela napas. Ia lega. UTS sudah dilalui dengan baik, tinggal menunggu nilai saja.
"Males banget hari ini," gumam Vanys seraya meregangkan tangan-tangannya.
Terdengar notifikasi dari ponsel Vanys. Gadis itu menoleh, lalu mengambil ponsel yang ada di atas meja. Terlihat di sana sebuah pesan dari Arion. Senyum merekah setelah gadis itu membaca pesan dari Arion. Malasnya menghilang seketika.
"Siap-siap dulu, ah!" serunya. Ia bergegas untuk mencari baju ke lemari. Mereka akan pergi liburan ke Bandung.
Vanys memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper. Mungkin mereka akan menginap selama beberapa hari di sana.
"Udah kece, nih!" pujinya di depan cermin. Pakaian serba jeans membalut tubuh rampingnya. Mulai dari celana sampai jaket.
Tiga puluh menit bersiap, bunyi klakson terdengar dari bawah. Vanys menyambar tas selempang dan menarik koper. Senyum sumringah terlihat, ketika Arion sampai di depan tangga. Bahkan, lelaki itu membantu Vanys membawa koper. Saking girang akan liburan, ia lupa memberi kabar kepada salah seorang yang penting dalam hidupnya.
🐋
Perjalanan sampai di penginapan daerah Lembang terasa begitu panjang. Jarak tempuh yang lumayan jauh dan kemacetan panjang di beberapa ruas titik tol membuat perjalanan tiga jam menjadi 4 jam. Pukul sebelas siang, cuaca begitu terik. Vanys akan tidur dahulu, mereka sepakat akan memulai perjalanan pukul setengah dua nanti.
Merebahkan diri di atas kasur empuk, terasa begitu nyaman. Hawa ngantuk mendominasi. Gadis cantik itu akan terlelap sebentar lagi.
Sementara itu, di tempat lain Ferry tengah mengadakan rapat untuk membahas perayaan dies natalis. Begitu penat. Apalagi akhir-akhir ini, ia jarang mendapat vitamin penyemangat. Ia terlalu sibuk, apalagi Vanys. Jika ia luang, pasti Vanys yang harus pergi. Sementara, saat lelaki itu sibuk, Vanys tengah luang. Apalagi saat ini, Vanys mengambari tadi pagi kalau gadis itu tidak sedang melakukan sesuatu hari ini.
"Gue harap kita bisa bekerja sama dengan baik. Waktu kita tinggal sedikit, ini udah awal November, sebentar lagi UAS. Februari kita rayain dies natalis. Gue harap bulan Januari, semua persiapan-persiapan udah beres," simpul Ferry. Semua pengurus inti dan staf mengangguk.
"Kalau gitu, kita akhiri rapat hari ini. Makasih bagi yang sudah menyempatkan waktu. Kita ketemu lagi hari Selasa," ujar Ferry.
Rapat selesai. Pengurus dan staf meninggalkan ruang rapat. Ferry tampak lelah. Lelaki itu merebahkan diri di atas kursi.
"Minum," ujar seseorang seraya memberikan sebotol air mineral dingin kepada Ferry. Lelaki itu membuka mata dan menegakkan duduknya.
"Thanks, Vi," balas Ferry setelah mengambil minuman itu. Jika saja ia tak begitu haus, ia tak akan menerimanya. Ia tahu Viola menyukainya. Gadis itu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
43 Bagian Cerita Vanys [END]
Romance[NEW VERSION] Kadang, kita harus memilih antara luka untuk bahagia atau bahagia untuk luka. Bagi kamu yang bimbang dalam urusan mencinta tanpa dicinta, kisah ini sungguh cocok untukmu. Dalam setiap goresan penanya, lelaki itu menuangkan segala rasan...