❝Cinta yang tak bahagia, senyum terulas dengan terpaksa, benar-benar hati pun berat untuk menjalaninya.❞
🐋🐋🐋
Menghela napas lega. UAS sudah berlalu. Artinya juga, gadis itu tengah menikmati masa liburan semester. Namun, ada yang berbeda. Jika semester-semester sebelumnya, ia habiskan bersama Arion. Kini, status gadis itu jomlo. Ia sudah memutuskan hubungan mereka sejak seminggu setelah Arion pulang dari Surabaya. Ia sama sekali tak bahagia saat itu. Bahkan, kesempatan kedua yang ia berikan, malah disia-siakan lagi.
Vanys menunggu di outdoor TAMELO. Gadis dengan pakaian kasual bernuansa putih salem terlihat cantik dari kejauhan. Siapa lelaki yang tak terpana? Pantas, putusnya hubungan Vanys begitu ditunggu oleh banyak lelaki di kampusnya, entah dari fakultas maupun luar fakultas. Namun, hanya satu nama saat itu yang membuat Vanys jatuh-sejatuhnya, Arion. Sayang, lelaki itu tak sehangat dulu.
Meja bergerak. Kursi di depannya sudah tak kosong. Tersenyum kaku. Vanys tak tahu harus mulai dari mana. Gadis itu takut mengecewakan.
"Mau ada apa, By? Sorry, ya telat. Aku juga abis bimbingan sama dosen," ujar Arion. Gadis itu semakin tak tega, tetapi rasa bahagianya saat bersama Arion sudah hilang.
Gadis itu meletakkan tangan di atas meja. Gadis itu meraih jemari Arion. Menggenggamnya kuat. Ia harus bicara.
"Kenapa? Tumben. Kamu mau bicara apa?" tanya Arion lembut. Lelaki itu mengelus punggung tangan Vanys.
Vanys menghela napas. Mengatur napas untuk berbicara. Gadis itu membuka mulut.
"Aku minta maaf, tapi aku udah nggak bisa ngelanjutin hubungan ini. Makasih ka—"
Ucapan itu terpotong. Arion tak terima. Lelaki itu menyangkal.
"Kenapa? Ada masalah apa lagi? Aku buat salah lagi sama kamu? Aku minta maaf, tapi jangan putusin hubungan kita. Aku bakal coba lagi menjadi lebih ba—" Vanys menggeleng seraya membungkam mulut Arion dengan telunjuknya.
"Nggak perlu. Aku rasa aku yang salah. Selama ini aku terlalu egois. Aku yang nggak bisa mentolerir setiap kegiatan kamu yang padat. Aku merasa kosong, aku butuh diperhatiin karena emang sifat aku seperti itu. Aku rasa kamu lebih pantas dapet seseorang yang bisa ngertiin setiap kegiatan kamu. Maaf aku nggak bisa ngelanjutin, aku nggak bahagia di sini. Makasih atas kenangan yang kamu kasih ke aku. Aku minta maaf," ujar Vanys. Gadis itu menggendong tas selempangnya, lalu meninggalkan kafe dengan perasaan yang tak bisa didefinisikan. Sedih, tetapi melegakan.
Ya, hanya sebuah masa lalu yang cukup membuat hidupnya bahagia hampir tiga semester. Kembali melamun. Kedua orang tuanya tengah honeymoon, sedangkan ia harus di rumah sendiri. Entah akan pergi ke mana liburan kali ini.
"Sebulan lebih cuma rebahan bikin sakit pinggang, anjir! Nonton drama juga bosen," keluh Vanys seraya mengaduk-aduk salad buahnya.
"Mana Ferry sibuk banget lagi. Sebel, deh! Padahal gue pengen banget jalan-jalan. Mana mau tahun baru. Ya kali tahun baru jomlo, nggak ada sejarah Vanys tahun baru jomlo," dumelnya sendiri. Gadis itu semakin mengasihani dirinya.
🐋🐋
Ferry tersenyum. Lelaki itu sudah mengemasi barangnya. Lelaki itu paham jika Vanys merasa kesepian, terlebih dengan berbagai story yang gadis itu pajang di akun sosial media. Ia akan mengajak gadis itu berlibur ke Jakarta. Apalagi dengan dua tiket konser di tangannya, pasti gadis itu tak akan menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
43 Bagian Cerita Vanys [END]
Romance[NEW VERSION] Kadang, kita harus memilih antara luka untuk bahagia atau bahagia untuk luka. Bagi kamu yang bimbang dalam urusan mencinta tanpa dicinta, kisah ini sungguh cocok untukmu. Dalam setiap goresan penanya, lelaki itu menuangkan segala rasan...