Potret 41 : Terakhirku

2K 42 16
                                    

❝Terakhirku untukmu. Semua telah sempurna, aku pun benar-benar serius. Maaf, lupa akan janjiku.

🐋🐋🐋

4 Januari 2021

Puncak acara dies natalis. Baik panitia dan pengisi begitu sibuk. Bahkan, mondar-mandir adalah frekuensi kegiatan Ferry hari ini. Berkomunikasi dengan HT, memantau lancarnya acara, sampai mengatur beberapa hal yang perlu dibenahi. Namun, Brigita sebagai koordinator bidang apresiasi dan seni juga tak kalah sibuk.

"Fer, kita open gate jam tujuh malam. Kasih kesempatan buat yang muslim ibadah dulu. Guest star hari ini tampil jam sembilan. Selesai acara dan tutup gate jam sebelas," ujar Brigita mengenai schedule malam ini. Ferry mengangguk setuju.

"Kalau bisa staf bagian gate ditambah, takutnya malah molor," saran Ferry. Brigita mengangguk. Gadis itu setuju.

Sibuk dengan urusannya sendiri sampai lelaki itu tak mendengar teriakan dari Devon. Kepalang pusing apalagi harus mengurusi guest star nanti.

"Fer!" seru Devon seraya menepuk bahu Ferry. Namun, lelaki yang dipanggil namanya malah berdehem saja.

"Babi lo! Gue teriakin dari tadi nggak nyahut!" maki Devon. Ferry mendecak.

"Ada apaan, sih manggil gue? Lo 'kan tahu kalo gue repot. Kalo guest star belum muncul, gue belum bisa ikutan seneng-seneng," balas Ferry.

"Ya elah, lo mending ke tenda, deh. Vanys gugup banget, dia pengen ditemenin pas manggung nanti, lo aja, ya? Lo 'kan tau nggak ada orang lain lagi, minimal main gitar. Duet." Devon menaik-turunkan alisnya. Lelaki itu tengah membujuk Ferry.

"Enggak, ah. Nggak mau manggung gue. Muka kusem, nggak ada persiapan. Yang ada gue bikin kisruh," balas Ferry.

" Ya elah. Lagian, ya ini kesempatan terakhir lo. Lo emang nggak mau bikin kesan terbaik sebelum lo ke Jerman?" bujuk Devon lagi. Ferry bungkam. Lelaki itu tidak tahu harus menjawab apa. Ia ingin, tetapi apa ia bisa?

"Pikirin baik-baik. Seenggaknya kasih hal terbaik yang lo bisa di akhir," bujuk Devon lagi. Lelaki itu menepuk punggung Ferry seraya tersenyum. Ferry menghela napas. Lelaki itu segera menemui Argya selaku MC malam ini. Ia memutuskan untuk tampil bersama dengan Vanys.

🐋

Ferry memantau dari kejauhan. Acara sudah dimulai dari satu jam yang lalu dengan diisi oleh mahasiswa sendiri. Meriah, semua menikmati alunan lagu yang ditampilkan. Ferry menoleh ke belakang. Ia melihat Vanys di sana. Ferry dapat melihat kegugupan itu. Menurut rundown, setelah penampilan ini, Vanys harus naik ke panggung. Ferry tersenyum. Lelaki itu melangkahkan kaki menuju tempat Vanys. Mengambil sebotol air mineral.

"Minum dulu," suruh Ferry seraya memberikan sebotol air yang telah dibuka itu. Vanys meneguknya. Kemudian, ia memberikan botol itu ke Ferry.

"Nggak usah gugup, gue bakal temenin perform lo di panggung," ucap Ferry. Vanys terkejut. Ia membelalakan mata.

"Kok bisa?" tanya Vanys. Ferry hanya tersenyum menanggapi.

"Karena aku nggak mau kamu berjuang sendirian di atas sana," balas Ferry. Ia tak sadar telah menyebutkan dirinya 'aku' dan Vanys 'kamu'.

43 Bagian Cerita Vanys [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang