"Benar-benar hati tak akan pernah dimiliki. Dan sebenar-benarnya atma yang tak bisa dipenjara. Begitu juga sebenar-benarnya raga yang tak bisa dirangkulnya."
🐋🐋🐋
Setelah insiden meninggalkan kuis Pak Burhan, Ferry meminta untuk kuis susulan siang ini di ruangan Pak Burhan. Sial sekali bukan? Jika bukan karena Vanys, mana mau lelaki itu? Apalagi kuis yang ditinggalnya berasal dari dosen paling killer.
Selama kuis berlangsung, Ferry hanya menggaruk kepalanya dan melempar senyum kepada Pak Burhan yang matanya tak mau lepas dari dirinya. Lelaki itu harus menghela napasnya berkali-kali.
"Lima menit lagi!" ujar Pak Burhan mengingatkan sisa waktu Ferry.
"Iya, Pak," balas Ferry yang tengah mengerjakan soal terakhirnya.
Waktu berjalan, kini Ferry harus memberikan lembar jawabannya kepada Pak Burhan. Lelaki itu mengembuskan napasnya, setelah keluar dari ruangan Pak Burhan yang layaknya penjara.
"Fer!" panggil Vanys yang baru saja bangkit dari kursi tunggu di samping ruangan Pak Burhan.
"Lo? Ngapain di sini? Bukannya lo mau ada acara sama Arion," ujar Ferry mengingatkan. Gadis itu mengangguk menjawabnya.
"Terus?"
"Cowok gue lagi sibuk magang. Katanya nanti sore ketemuannya. Lo abis ini mau ke mana?" tanya Vanys dengan nada yang tak seceria biasanya.
"Gue mau kelas abis ini, sekitar 30 menit lagi. Abis kelas ada rapat BEM," balas Ferry.
"Percaya yang Presma, oh ya ketemu Viola, dong," ujar Vanys.
"Ya menurut lo. Lagian Viola 'kan anak BEM juga. Lo sih malah nggak gabung lagi," tutur Ferry. Vanys tak menjawab. Gadis itu mengulum bibirnya sembari menunduk.
"Lo nggak ada kelas?" tanya Ferry. Vanys menggeleng.
"Udah selesai," jawab Vanys.
"Lo kenapa, sih? Ada masalah? Mau curhat? Gue masih punya waktu 25 menit," tuturnya. Vanys menggeleng.
"Gue cabut duluan, deh. Mau ke perpus sambil nunggu nanti sore," pamit Vanys. Ferry pun mengangguk. Lelaki itu harus bergegas ke kelasnya.
🐋🐋
Kelas terlaksana, rapat pun aman. Lelaki itu bergegas pulang, tetapi Viola mencegah dirinya. Gadis itu lagi-lagi mengajak Ferry untuk pergi. Kali ini ke pasar malam tahunan.
"Maaf, ya, Vi. Gue nggak bisa. Gue harus pulang, mau nganterin Mama gue soalnya," alibinya. Lelaki itu membereskan barang-barangnya, lalu bergegas meninggalkan ruang rapat. Lelaki itu berencana untuk pergi ke perpustakaan guna menjeput Vanys. Ia merasa jika gadis itu menyembunyikan masalahnya. Lelaki itu berlari sepanjang koridor sampai sebuah gedung utama perpustakan terlihat.
Lelaki itu masuk, mencari di sela-sela rak buku. Di bagian buku-buku bisnis tidak ada, di bagian fiksi pun tak ada juga.
"Apa udah pulang, ya?" gumam Ferry. Lelaki itu mengambil ponsel di sakunya, mencoba menelfon gadis yang dicarinya.
"Nggak diangkat lagi!" geramnya. Lelaki itu bergegas meninggalkan perpustakaan. Ia bersegera ke parkiran untuk mengambil motornya.
Persetan ia tak tahu di mana Vanys sekarang. Ia harus mencarinya. Ia takut gadis itu kenapa-kenapa. Saat motornya melewati sebuah kafe, mata lelaki itu menangkap Arion yang tengah bercanda gurau dengan teman seangkatannya. Tapi bagaimana bisa? Bukannya lelaki itu harusnya bertemu dengan Vanys sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
43 Bagian Cerita Vanys [END]
Roman d'amour[NEW VERSION] Kadang, kita harus memilih antara luka untuk bahagia atau bahagia untuk luka. Bagi kamu yang bimbang dalam urusan mencinta tanpa dicinta, kisah ini sungguh cocok untukmu. Dalam setiap goresan penanya, lelaki itu menuangkan segala rasan...