Chapter 21 • Khawatir

548 56 8
                                    

Siang All!

Jangan lupa ya kasih 🔴 VOTEEEE 🔴 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ nya dulu sebelum baca. Nggak bakal rugi kok!

⭐️💬 Untuk menambah suasana coba dengarin lagu ya biar makin mantep 🥰🥰

Maaf kalau masih banyak TYPO nya. Diusahakan ke depannya akan jauh lbh baik! 🙏🏻🙏🏻

Selamat membaca 🧸 :}

•••

Cinta itu seperti mawar. Jangan memegangnya jika tak siap terkena duri yang dapat melukai kapan saja.
- Noah Diwatama

Hari ini, suasana hati Noah sangat tidak baik bahkan untuk menginjakkan kakinya ke kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, suasana hati Noah sangat tidak baik bahkan untuk menginjakkan kakinya ke kampus. Entahlah, sejak kemarin perasaan hatinya berubah-ubah semaunya sampai hari ini. Dan Noah tidak masih tahu penyebabnya. Mengingat itu, seketika benaknya tertarik perihal perkataan Alex kemarin.

Kalimat keramat yang membuatnya memikirkan hal itu semalaman. Lihat saja, karena hal itu Noah sama sekali tidak bisa tidur. Matanya seakan terpaksa terbuka untuk memikirkan ucapan sialan itu. Cih, benar-benar menyebalkan.

'Semakin lama lo bersama dia, semakin dalam juga lo tertarik ke dalam hidupnya.'

Noah mendengus saat perkataan itu membesit dalam benaknya. Masuk ke dalam hidup perempuan itu? Hah! Mimpi saja. Sampai hari kiamat tiba pun Noah tidak akan jatuh pada perempuan naif itu. Kenapa? Jawabannya karena sifat mereka benar-benar bertolak belakang. Dirinya yang pembangkang, kasar, dan benar-benar benci dengan sifat perempuan seperti Senja—naif, polos, dan menganggap bahwa semua orang itu baik.

Memikirkan itu hanya membuat kepala Noah semakin penat. Rasanya seperti sebuah bongkahan batu besar jatuh tepat di atas kepalanya. Noah mendesah pelan sambil mengusap wajahnya. Kini terik matahari menusuk kulitnya. Kakinya terus membawa Noah tanpa tahu ke mana. Hanya berjalan tanpa arah.

Ia memang berencana membuat Senja jatuh cinta padanya, namun Noah juga terus memperingati dirinya agar tidak jatuh dalam perangkapnya sendiri. Ya, tidak akan. Lagi pula, hatinya tidak selemah itu untuk diluluhkan. Dirinya juga tidak percaya dengan namanya cinta di dunia. Apaan itu? Hiburan mungkin benar, tapi jika sesuatu yang membuat manusia ingin memberikan diri pada seseorang, Noah rasa itu hanya bualan.

Noah benci—sangat benci—dengan kata penuh dusta itu.

Sepertinya otak Noah sudah rusak. Ia harus minum. Oksigen terhambat masuk ke dalam otaknya yang mengakibatkan dirinya seperti ini. Sementara Noah yang masih sibuk dengan pikirannya, kakinya terus mengarah pada kantin kampus yang dekat dengan posisinya. Kantin Basement. Seperti biasa, dirinya tidak membawa bekal atau apa pun itu, jadi membeli air minum adalah kebiasaannya. Tidak terlalu sering, hanya ketika dirinya lupa membawa botol minumnya.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang