Chapter 50 • Kilas Balik

309 28 4
                                    

Jangan lupa ya kasih 🔴 VOTEEEE 🔴 hehe ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum baca.

Nggak bakal rugi kok! ☺️☺️

⭐️💬. Untuk menambah suasana coba dengarin lagu diatas ya biar makin mantep 🥰🥰 🎧🎧.

Maaf kalau masih banyak TYPO nya. Diusahakan kedepannya akan jauh lbh baik! 🙏🏻🙏🏻

•••

Begitu banyak kebaikan dari orang-orang, hanya saja beberapa orang memilih memanfaatkan kebaikan itu untuk kepentingannya sendiri.
- Senja Lestari

10 tahun yang lalu, 11 November 2011

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10 tahun yang lalu, 11 November 2011

Senja Lestari (11 tahun)

"Kak!"

Sosok yang dipanggil kakak itu bergumam pelan sebelum akhirnya melepaskan pandangannya dari buku catatan yang sedari tadi ditatapnya itu. Tatapannya beralih pada sang adik, sebuah senyum terbit di wajah tampannya. "Apa, Ja?"

"Main keluar, yuk? Adek mau beli bunga!"

"Bunga? Bunga apa?"

"Bunga apa aja. Rumah kita sumpek banget, nggak ada indah-indahnya!" ucapnya sambil menggerutu.

"Rumah kita yang sumpek atau itu alasan kamu doang untuk pergi keluar?" tanya sang kakak membuat mulut adiknya itu terkunci rapat. Sekakmat! Sedetik kemudian wajah tegang bak pencuri yang ketahuan itu tergantikan oleh wajah yang dipolesi senyuman lebar. Gigi rontoknya sontak bermunculan. "Tau aja Kakak! Hehe."

Lelaki yang berjarak empat tahun darinya itu bangkit dari duduknya. Senyumnya kembali tampak. "Ya udah, ayo ...." Mendengar itu Senja sontak tersenyum terlalu lebar. Bahkan kakinya melompat kecil saking bahagianya. Sudah lama ia tidak pergi keluar akibat cuaca yang terus menerus buruk. Untungnya cuaca hari ini tidak begitu buruk, justru nampak sedikit cerah.

"Kak Ran udah makan?" tanya sang adik pada kakak. Lelaki bernama Karan itu diam sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Belum. Emangnya kenapa?"

Binar di kedua manik Senja mampu memperlihatkan alasan di balik pertanyaan itu. "Kita sekalian beli makan, yuk! Akhir-akhir ini Adek ngidam makan soto ayam. Apalagi kalau lagi hujan."

Mendengar kata ngidam yang keluar dari bibir adiknya itu, Karan terbahak. "Heh, ngidam-ngidam opo? Emangnya kamu lagi hamil? Dasar bocah." Tangan lelaki itu mengacak-acak rambut sang adik, melontarkan kegemasannya.

Senja mengerucut mendengar ejekan dari kakaknya itu. Meskipun begitu, tentu saja Senja merasa senang-senang saja. Saat mereka hendak bersiap-siap pergi, suara berat seseorang berhasil menghentikan langkahnya. Ah, itu ayahnya!

"Hayo, kalian mau ke mana?"

Seolah-olah memergoki penjahat yang hendak kabur, kedua insan itu terbeku. Astaga, mereka ditangkap basah. Ditya perlahan mendekati kedua anaknya itu. Tatapannya terpaku pada anak gadisnya yang bersembunyi di balik tubuh anak sulungnya, Karan.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang