Chapter 45 • Serpihan Rasa Takut

403 39 10
                                    

Jangan lupa ya kasih 🔴 VOTEEEE 🔴 hehe ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ dulu sebelum baca. Nggak bakal rugi kok! ☺️☺️

⭐️💬. Untuk menambah suasana coba dengarin lagu di atas ya biar makin mantep 🥰🥰 🎧🎧.

Maaf kalau masih banyak TYPO nya. Diusahakan kedepannya akan jauh lbh baik! 🙏🏻🙏🏻

now playing :
Lose You to Love Me
(Selena Gomez)

•••

Aku tak mau kamu seperti pelangi. Yang memberiku warna indah setelah hari yang berat, namun hanya sejenak dan kemudian menghilang kembali.
- Noah Diwatama

Permen kapasnya yang tadinya besar kini tersisa stik yang terbuat dari kertas saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Permen kapasnya yang tadinya besar kini tersisa stik yang terbuat dari kertas saja. Sementara itu, tangannya berhasil dibuat lengket setelah memakan semua permen itu dengan tangan kosong. Hm, ini tidak nyaman. Sepertinya Senja harus mencuci tangannya ini.

Akan tetapi, Noah memintanya untuk tidak melangkah sedikit pun sementara lelaki itu yang entah pergi ke mana. Katanya, sih, ingin membeli sesuatu. Namun, Noah tidak memberitahunya ingin membeli apa secara persis. Jadi, Senja diminta untuk tidak kemana-mana selama kepergiannya.

"Kamu jangan ke mana-mana dulu selagi aku pergi ya, Sayang. Sebentar aja, tunggu aku di sini sebentar aja."

Jika saja tangannya tidak lengket, Senja akan senang menuruti permintaan Noah itu. Tapi, Senja sangat tidak nyaman saat ini. Meskipun rasa lengket itu hanya pada tangannya, tapi Senja merasa seperti seluruh tubuhnya lengket karena itu.

Menghela napas resah, Senja mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Diam-diam ia melirik abang penjual gulali yang duduk di depannya, kurang lebih satu meter. Senja mendengar Noah sendiri yang meminta abang satu itu untuk mengawasinya. Hm, sepertinya tidak apa-apa untuk memastikannya pada lelaki itu.

Perlahan Senja bangkit dari bangku plastik yang ia duduki itu dan beranjak pada abang penjual gulali. Jarinya menyentuh pundak lelaki itu. "Mas, kalau pacar saya ke sini, tolong Mas suruh dia tunggu, ya," pinta Senja dengan lancar.

Tatapan raut kebingungan menghiasi wajah lelaki itu. "Eh, Neng mau ke mana? Tadi pacar neng yang suruh saya tahan Neng kalau Eneng mau ke mana-mana."

Astaga.

Senja tidak bisa menahan keterkejutannya saat mendengar itu. Tersenyum kaku, Senja sekali lagi mencoba meyakini lelaki itu. "Mas, saya cuma mau ke toko serba-ada sebentar, numpang cuci tangan. Setelah itu saya langsung ke sini, kok." Entah mengapa Senja menemukan situasi sekarang ini sedikit aneh dan menggemaskan.

Abang penjual gulali terlihat jelas ragu mendengar itu. Karena, di satu sisi lelaki itu tahu jika pacar perempuan di depannya itu sedang menyembuhkan hatinya yang terluka. Tentu sebagai lelaki dia sangat mengetahui hal itu. Meskipun di satu sisi ia merasa salut bagaimana pacar perempuan itu bisa menahannya.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang