Chapter 32 • Runtuhnya Langit

434 47 12
                                    

Hey, Senja udah balik nih 👋🏻 ♥️

Jangan lupa ya kasih 🔴 VOTEEEE 🔴 hehe ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️  dulu sebelum baca. Nggak bakal rugi kok! ☺️☺️

⭐️💬. Untuk menambah suasana coba dengarin lagu diatas ya biar makin mantep 🥰🥰 🎧🎧.

Maaf kalau masih banyak TYPO nya. Diusahakan kedepannya akan jauh lbh baik! 🙏🏻🙏🏻

Selamat membaca 🧸 :}

•••

Aku tak mau kamu seperti pelangi. Pelangi yang memberiku warna indah setelah hari yang berat, namun hanya sejenak dan kemudian menghilang kembali.
- Senja Lestari

Jantung berdegup kencang, napas memburu, pikiran yang seperti benang kusut, bahkan semua kalimat pun tidak bisa menggambarkan betapa kacaunya perasaan perempuan itu sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung berdegup kencang, napas memburu, pikiran yang seperti benang kusut, bahkan semua kalimat pun tidak bisa menggambarkan betapa kacaunya perasaan perempuan itu sekarang. Rambut Senja sekarang sudah sangat berantakan mengingat berapa banyak ia menjambak rambutnya tadi-memaksa dirinya bahwa ini hanyalah salah satu dari sekian mimpi buruk yang mendatanginya.

    Langkah gontai Senja mengiringi dirinya pada koridor rumah sakit yang hening. Senja paling benci dengan rumah sakit. Karena setiap ia datang ke tempat ini, hal-hal mengerikan pasti telah terjadi. Ya, contohnya seperti sekarang, hal mengerikan itu terjadi.

     Neneknya meninggal.

     Kenyataan itu menghancurkan Senja sangat baik. Satu dari sekian alasan Senja hidup kembali terenggut. Tepat di mana telinganya menangkap suara parau dari ayahnya, di situlah Senja sadar bahwa ini semua memang bagian dari mimpi buruknya. Dada Senja sesak, matanya sangat panas. Tapi anehnya, kedua matanya itu tidak kunjung mengeluarkan air mata.

     Langkah Senja perlahan melambat. Seluruh tubuhnya bergetar hebat saat melihat kondisi ayahnya yang juga sama kacau dengannya.

     "Ayah ...."

     Tubuh pria paruh baya itu berpaling dengan wajah tersiksa. "Senja," ucap Ditya dengan nada bergetar. Lucu ya, padahal, sedari tadi kedua kakinya bekerja dengan sangat baik saat membawa tubuhnya ke tempat ini. Namun, entah mengapa semua kekuatan pada kedua kakinya langsung lenyap saat melihat suara pilu dari Ditya.

     Senja menghampiri Ditya dengan langkah yang berat. Masih tidak percaya dengan kenyataan yang ia hadapi sekarang. Jantungnya berdetak sangat cepat. Sampai-sampai membuat tubuh Senja bergetar hebat. Bahkan bibirnya ikut bergetar hebat. Seperti orang yang sedang kedinginan.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang