Chapter 59 • Katakan Sejujurnya

258 25 10
                                    

Hai hai hai!!! 🌚🌚🌚🌚
Apa kabar manusyah?

Maaf ya updatenya lama banget 😭😭😭 Lagi sibuk banget nih!

OH IYA. Sebelum baca pastikan untuk kasih ✨✨VOTE ⭐️⭐️ biar bikin saya makin semangat 💓🎉

Jangan lupa play musik di atas! Biar makin mantep bacanya 😎😎

Enjoy yorobun! 🥰🥰

now playing:
Cry - Cigarettes After Sex

•••

Cinta itu tidak akan pernah bisa berdiri sendiri tanpa pegangan. Karena cinta sama seperti sebuah perjalanan. Jika kita menempuh perjalanan tanpa tujuan, maka suatu saat kita bisa berpaling kapan saja.
- Senja Lestari

●●●

"Ja, fokus!"

Celetukan seseorang berhasil membangunkan perempuan itu. Senja tersentak sekaligus terkejut saat mendapati pelototan dari Randy. Lelaki itu menatapnya sampai-sampai Senja merasakan bola mata lelaki itu akan lepas dari tempatnya.

Senja melemparkan senyum kaku. "Maaf, aku kewalahan."

Mendengar itu Randy diam sejenak dengan kekesalan yang sangat tampak di wajahnya. Lelaki itu menghembuskan napasnya sejenak. Manik lelaki itu terarah pada layar laptopnya, seolah ada sesuatu yang sangat menarik di sana. "Hari ini lo telat, dan bahkan lo ketiduran di tengah kerja kelompok. Lo bukan Senja, lo siapa?"

Ucapan Randy sukses menyindir Senja. Namun sebisa mungkin Senja menampilkan senyumnya dan membalas, "Maaf, aku cuma ... kelelahan."

"Jadi, lo nyerah?"

Senja terbeku mendengar itu. Kata siapa dirinya menyerah? Senja tidak akan menyerah secepat itu. Benar, bukan?

"Aku nggak nyerah." Meskipun memberi jawaban seperti itu, nada yang diberikan oleh Senja bertolak belakang. Alih-alih percaya diri, perempuan itu terlihat seperti ragu dan sangat bimbang. Bibir yang tergigit dan kedua manik yang terarah sembarangan membuktikan semuanya.

Randy menyadarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Kedua tangannya terlipat di depan dada bersamaan dengan pertanyaan yang kembali terlontar, "Lo ragu. Bahkan cara lo menjawab aja kayak anak kecil baru belajar ngomong, cupu," ucap Randy sarkas. "Kalau gini, beasiswa lo bisa pindah tangan ke gue."

Tidak. Senja segera membalikan tatapannya, menatap lelaki itu. "Kamu ... nggak boleh ...

Salah satu alis Randy terangkat, seolah mengejek nyali Senja yang kian menciut melawannya. "Gue nggak boleh? Ada aturan tertulisnya bahwa beasiswa hanya boleh didapatkan Senja Lestari dan bukan lainnya? Ada?"

Lagi dan lagi Randy berhasil menembak pada poin yang tepat. Senja semakin kuat menggigit bibirnya. Kepalanya sangat pening sedari tadi. Kemarin malam ia kembali dari taman dan hanya sempat tidur selama satu jam. Bahkan dibilang tidur pun itu tidak termasuk. Maka dari itu, rasa sakit di kepalanya tidak main. Tubuhnya lemas. Senja kelelahan dan kewalahan. Tapi ia tidak menyerah, Senja belum mau menyerah.

Belum boleh ....

"Aku harus dapatin beasiswa ...."

"Kalau begitu, ayo lawan gue! Mana semangat lo?"

Senja memejamkan kedua matanya erat. "Tapi aku nggak bisa, Ndy. Semuanya terlalu berat." Ya, semuanya terlalu berat. Semua hal yang terjadi padanya terlalu buat baginya. Senja tidak bisa terus berpura baik-baik saja. Dirinya lemah, tidak seperti kata ibunya.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang