Chapter 9 • Perfectly Wrong

613 78 26
                                    

Jangan lupa kasih VOTE ⭐️ dulu sebelum baca biar gak lupa.

Selamat membaca ~~~

⭐️💬!

•••

Jangan terlalu membenci, kamu tidak tahu apa yang sedang semesta siapkan.
- Senja Lestari

•••

Bagai tersengat listrik tak kasar mata, tubuh Noah menegang. Lelaki itu dengan cepat menoleh pada Senja. Menemukan jika senyum lebar mengembang di wajah perempuan itu. What the ....

Menarik napasnya panjang, Noah bertanya kembali, "Lo nggak lagi bercanda, 'kan?" Jujur, Noah sendiri masih ragu bahwa perempuan itu benar-benar menyukai sahabatnya. Aneh saja jika itu benar-benar terjadi. Noah sendiri tak masalah jika perempuan itu jatuh cinta pada Dave. Tapi tidak selagi Senja menyandang sebagai pacar pura-puranya.

    Bingung mengapa Noah berpikir jika dirinya becanda, Senja menggeleng dengan dahi yang mengernyit. "Aku enggak bercanda. Memang siapa, sih, yang nggak suka sama David? Dia baik, perhatian, pengertian, hangat, dan ..." Senja berdeham pelan sebelum melanjutkan, "nggak galak."

       Tatapan Noah langsung berubah seketika. Lelaki itu mendelik dengan salah satu alis terangkat. Semua itu sangat bertolak belakang dengan dirinya. Awalnya, Noah hendak memarahi perempuan itu karena telah beraninya mempermainkan dirinya, namun kelanjutan dari ucapan Senja mengubah semua perspektifnya pada Senja berubah, lagi. Lagi.

       "Senja juga suka Noah, kok. Walah Noah sedikit galak, tapi aku sama sekali nggak takut sama kamu. Karena aku yakin kamu sebenarnya baik. Sangat baik. Cuma, mulutnya aja yang sedikit pedas," ucapnya sambil terkekeh. Senja menarik lengan dari jaket Noah yang besar. Membuat kedua tangannya yang pendek langsung tak terlihat.

       Lagi dan lagi Noah berhasil dibuat diam oleh perempuan itu. Tanpa sengaja, ucapan Senja membuat Noah teringat dengan perkataan Dave tempo lalu.

       'Sepolos bahkan ketika lo bilang lo anak yang sangat baik dan dermawan melebihi semua anak baik di dunia ini, dia akan tetap percaya'

       Noah merasa bahwa Senja memiliki isi benak yang penuh kejutan. Bahkan ketika dirinya memperlakukan perempuan itu dengan sangat kasar, Senja masih mengecapnya sebagai seorang yang sangat baik? Entah mengapa hal itu membuat Noah tidak terima. Perempuan itu bodoh dan salah karena telah berpikir seperti itu.

       Noah orang yang sangat baik? Tuhan saja tahu betapa buruknya ia sebagai ciptaan-Nya.

       Dengusan penuh kebodohan keluar dari bibir Noah, sukses membuat Senja mengangkat alisnya. "Ada apa? Noah marah?"

       Noah melirik Senja kemudian membuang tatapannya kembali. "Nggak," balasnya cepat. "Sekali lagi lo buka mulut, gue turunin di jalanan." Tanpa mengatakan apa pun lagi, Noah meluruskan pandangannya—kembali sibuk dengan jalanan yang ramai. Walau begitu, manik Noah dengan nakal melirik perempuan di sebelahnya yang sedang diam tanpa berbuat apa-apa. Akhirnya ia memutuskan untuk menyalakan radio guna membunuh rasa canggung di dalam mobilnya.

       Lagu milik entah siapa itu mulai mengisi kekosongan di mobil Noah. Selama perjalanan juga tidak ada yang berbicara selain penyanyi yang sedang mengalunkan lagu. Baik Senja dan Noah sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kadang Senja mengalunkan sebuah lagu dengan pelan.

       Hal itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah perempuan itu. Senja melepaskan seatbealt dan memakai tas selempang milik perempuan itu, tidak lupa melipat kembali jaket Noah yang sangat membantunya selama perjalanan yang panjang. Saat Senja hendak melangkah keluar dari mobil, tangan seseorang tiba-tiba menahan lengan Senja, membuat perempuan dengan tubuh kecil itu tidak bisa pergi.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang