Chapter 2 • Terusik

1.2K 146 47
                                    

⭐️💬
Jangan lupa VOTE ⭐️⭐️⭐️⭐️ dan komen. TRIMS!

Selamat membaca 💓

•••

Nothing good ever comes from having feelings.
- Noah Diwatama

Pagi seharusnya menjadi awal hari yang menyemangatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi seharusnya menjadi awal hari yang menyemangatkan. Tentu, pagi yang baik akan membuat semangat seseorang bertambah, bukan? Sayangnya, pagi yang tentram dan damai itu tidak bisa didapatkan oleh para manusia yang tak sengaja melihat dan terjebak dalam pemandangan mengerikan di hadapan mereka. Tak lain ialah seorang lelaki yang sudah tak terhitung jari lagi dalam hal membuat masalah.

Mata lelaki itu mendelik tajam, menandakan jika sekarang ia benar-benar terusik. Apalagi setelah mengetahui motor kesayangannya telah dirusak oleh seseorang. Semua pandangan terarah pada mahasiswa yang kerap dicap sebagai pembakang di kampus. Meski tahu situasi saat ini sangat berbahaya, tidak ada satu pun orang yang berani menolong laki-laki berkaca mata malang itu.

Semuanya diam tanpa ada keinginan untuk membantu. Karena satu hal yang mereka tahu adalah, lelaki pembakang itu tak segan-segan menghabisi seseorang yang telah ikut campur dalam urusannya. Masalahnya.

"Berlutut, brengsek!" sentak lelaki itu meninggi. Semua orang meringis pelan tepat saat satu tinjuan kencang kembali mendarat pada wajah lelaki bermata empat itu. Termasuk Dave dan Alex yang sudah menggeleng pasrah melihat tingkah laku sahabatnya itu. Semua orang juga seakan menatap mereka dengan pandangan minta tolong agar salah satu dari mereka dengan cepat menghentikan lelaki ganas itu menghajari anak malang tersebut.

"Woi, udah woi! Anak orang mati nggak lucu," celetuk Dave mencoba melerai. Tapi tentu saja tidak berhasil. Justru dirinya lah yang kini dihentak secara kasar.

Sedetik kemudian tinjuan Noah berhenti, dan Dave dengan kebodohannya mengira jika dirinya berhasil menghentikan kegilaan lelaki itu. Sayangnya, ia salah.

Belum puas, Noah menarik kerah lelaki malang itu dan memberikannya tatapan lebih menusuk. "Lo enggak mau berlutut? Budek? Perlu gue copotin tuh telinga nggak berguna?" Wajah lelaki itu menggelap. Noah dibuat semakin geram. Atmosfer di sekitar seketika itu juga semakin memanas.

Diamnya lelaki bermata empat itu membuat kemarahan Noah semakin menjadi-jadi. Tangannya sudah terangkat—siap meninju kembali lelaki di depannya itu. Namun sebuah suara berhasil menginterupsi tindakannya.

"Astaga, ada apa ini? Kenapa semuanya pada ribut?"

Kini segala ricuhan terhenti. Sorakan yang terdengar juga ikut berhenti. Tidak ada satu pun sepasang mata yang tidak menatap seseorang yang baru saja mengeluarkan kalimat itu. Salah satu alasan mereka semua diam juga karena mereka menunggu reaksi dari lelaki yang hampir membunuh seseorang. Semua orang diam dan merasakan bahwa aura paling mematikan mengelilingi mereka sekarang.

𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang