part 7

6.4K 401 5
                                    

Gemercik hujan membisiki pepohonan yang bertumpu pada alam menjadi bagian yang tak akan pernah terpisah. Suara guntur menggelegar membuat sebagian penghuni bersembunyi dalam kediaman. Tak ada lagi kicauan burung ataupun hewan lainnya. Seakan malam ini adalah malam tersuram bagi hidup mereka. Mata Sylvester terus menatapi kejadian yang diributkan langit kepada bumi, bagai kutukan yang hanya terjadi dalam satu semesta. Peristiwa badai besar yang berlangsung setiap 100 tahun sekali. Badai yang bisa menghancurkan keindahan alam. Sylvester membenci badai, dan tak akan pernah bertoleransi akan hal itu.

"Yang mulia"

Tidak ada jawaban, ia mendengar tapi tubuhnya terlalu malas untuk berputar bahkan  mulutnya pun sangat malas untuk menjawab.

"Yang mulia, tuan Savarez menunggu anda di ruang tengah" Celoteh pelayan yang tak ada gentarnya menunggu jawaban, bersyukur kali ini Sylvester menjawab meskipun hanya dengan sekali tolehan.

Ia tau persis apa yang akan di katakan Savarez ia tau semua, dan sepertinya ia tak membutuhkan saudara kembarnya itu untuk membantu urusanya kepada Victoria. Sama sekali tak membutuhkan, tapi demi menghargai satu sama lain, ia memutuskan untuk menemui Savarez di sana. Hanya menemui, tidak untuk membahas masalah itu.

Dengan gagah dan berwibawa, ia berjalan. selalu seperti itu, selalu menunjukan tubuh tegap atletisnya kepada siapapun. Bagai tercipta dari cinta para dewa, Sylvester tak pernah terlihat seperti orang biasa. Sorot matanya menandakan jika ia adalah sang penguasa. Di setiap hentakan kakinya, tercipta sebuah irama seorang ksatria. Dialah sang perenggut kegelapan, dialah sang penguasa malam, atau dialah raja dari para bangsawan.

Setelah sampai pada tujuan, matanya langsung disuguhkan pandangan yang sama sekali tak mengenakan. Victoria serta selimut yang membungkusnya dan Savarez yang mengusap tubuh Victoria dengan belaian manja. Sylvester berdecih, dari pagi tadi ia tak melihat Victoria di kamar dan sudah pasti saudara kembarnya itulah yang membawa Victoria pergi, menikmati keindahan kastil ataupun alam yang ada di luar sana. Seketika tau keberadaan Sylvester, Savarez segera menjauhi tubuh Victoria beberapa centi meter.

"Raja, ini tak seperti yang anda lihat"

Sylvester menyudutkan senyum palsu "Ya, ini seperti apa yang aku lihat" Lalu melipat kedua tangannya di dada, kemudian ia berjalan mendekat kearah Savarez, lebih dekat.. sangat dekat.. sampai mata mereka bertemu dan terkunci satu sama lain.

"Dengar, Ini adalah kekuasaanku, jadi jangan pernah ikut campur dengan segala urusanku"

Savarez terdiam, ia menatap Sylvester tak enak. Perkataan Sylvester seakan menohok hatinya, ia mengaku jika memang dirinya lah yang salah. Membawa Victoria pergi tanpa seizin raja lagi, tapi niatnya disini baik untuk mengurangi stress dari gadis itu, bukan bermaksud lain. Ia tidak pernah terpikirkan hal itu dan tak akan pernah.

"Maafkan aku, Vester. Aku tidak meminta izinmu terlebih dahulu. Sekali lagi maafkan aku"

Ujarnya penuh penyesalan. Wajahnya menunduk tak berani menatap lebih, ia tau sangat sulit mendapat maaf dari Sylvester, sangat sulit. Bahkan sampai berhari hari lamanya, tapi percayalah jika ini semua demi kebaikan Victoria. Ini demi kebaikan gadis itu.

"Maaf?"
Sylvester tergelak, segera saja tangan mungil Victoria meraih bahunya. Tangan yang begitu lemah dan rapuh, dan tangan itu pula yang berhasil membuat Sylvester menoleh. Pria itu menatap Victoria bersamaan dengan wajah penuh tanya 'apa yang kau lakukan?'

"Maafkan dia, aku yang memaksanya untuk menuruti keinginanku" Ujar Victoria layaknya mantra dan sialnya, Sylvester terjerat oleh mantra itu. Ia terbungkam melawan pikiran serta hatinya yang tak sejalan. Ada apa sebenarnya ini? Lantas gadis itu pun menarik kembali tangannya dan menyembunyikan di balik selimut. karena merasa kalah oleh ucapan seorang gadis, Sylvester memutuskan untuk pergi. Ia meninggalkan mereka disana dan ia membutuhkan ruang untuk berpikir, ini sangat aneh, benar benar aneh mengapa sentuhan Victoria bagaikan listrik statis yang menghasilkan sengatan pada kulitnya? Dan apa ini? Baru saja pikirannya luluh hanya dengan sebuah perkataan? Sungguh! Gadis itu bukanlah gadis biasa.

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang