part 18 (victoria)

3.4K 188 1
                                    

Aku terbangun, namun bukan di atas tempat tidur ataupun ruangan yang ada di dalam kamar, melainkan di suatu tempat yang waktu itu sempat aku kunjungi. Disini aku sama sekali tidak melihat matahari terbit ataupun terbenam. Semua tertutup awan putih dan salju yang bertebaran. Aku tidak bisa merasakan hawa, tapi aku yakin jika disini sangatlah dingin. Semua itu terbukti dengan banyaknya bongkahan es pada sebuah pintu besar yang bisa kutebak adalah kuil.

Pandangan mataku terus tertuju kepada simbol bulan yang terletak di sudut pintu. Seakan aku tahu apa maksudnya, segera aku meletakan jari jariku disana mencari sebuah tombol yang kuperkirakan tidak jauh dari lingkaran dan benar dugaanku, langsung saja aku mengerahkan energi untuk menekan tombol tersebut membuat pintu besar ini seketika terbuka.

Pemandangan pertama yang kulihat hanyalah goa dengan hamparan salju putih di dalamnya. Tidak ada yang menarik, aku pun melanjutkan kembali perjalananku dan sampailah di depan pintu kedua yang di dindingnya terdapat sebuah puzzle; Oh tentu saja aku tau itu. Karena puzzle yang kulihat sudah tersusun rapih di otak. Tak perlu berlama-lama, langsung saja kutembus pintu ini dan ya, aku sedikit terkejut melihatnya.

Seperti berada didua alam yang berbeda, di sini aku merasa tidak lagi sendiri. Banyak tumbuhan serta hewan kecil yang berlalu lalang mencari makan. Walaupun di beberapa tempat terdapat rumput tinggi yang tumbuh, namun tidak menghalangi salju akan tetap ada, mengingat jika ekosistem mereka adalah tundra.

Selesai aku mengagumi semua yang ada di sini, lantas aku kembali berjalan lurus hingga mataku melihat sebuah air terjun besar, tidak, sangat besar yang di sekitarnya terdapat mahluk berekor ikan dengan badan setengah manusia. Mahluk itu berwajah seperti monster memiliki telinga pendek dan berkulit cokelat? Mungkin, aku tidak yakin, namun ku-akui jika makhluk itu sangatlah menyeramkan. Jari jarinya berselaput seperti kaki angsa, dan apa itu? Mungkin sirip yang terdapat di kedua tangan, punggung dan pinggangnya. Aku pun melewati mahluk itu dengan tenang karena aku tau jika yang sedang berjalan di samping mereka bukanlah sesosok raga melainkan jiwa.

Hingga tepatlah aku sekarang berada di depan air terjun besar itu, debit airnya sangat deras bahkan aku yakin jika diriku yang berada di tengahnya akan terseret jauh dari sini. Samar samar aku mendengar sesuatu yang bergerak di belakang, lantas aku menoleh dan betapa terkejutnya aku mendapati mahluk aneh yang sedang menyeret seekor rusa. Mahluk itu berwajah seperti manusia namun telinganya sangat panjang. Rambutnya berwarna putih dibiarkan terurai dengan bola mata yang berwarna sama sepertiku, violet. Tubuhnya kekar dan aku yakin jika itu adalah pria dewasa. Di belakang pria itu terdapat mahluk yang sama, namun lebih ramping yang kupastikan jika itu wanitanya. Kedua mahluk tadi berjalan melewatiku begitu saja dan menembus air terjun ini, lantas aku pun mengikuti mereka.

Tak sampai beberapa detik aku sampai, mataku langsung disuguhkan pemandangan yang tidak biasa. Mahluk mahluk yang sama seperti tadi berkumpul di belakang air terjun membentuk sebuah koloni. Rumah-rumah mereka berada di dalam goa yang terdapat satu lampu berbentuk biji kenari menggantung di atas. Aku menghampiri salah satu goa tersebut dan melihat bayi-bayi mungil sedang terlelap di gumpalan kapas putih yang lembut. Wajah mereka sangat imut dengan hidung kecil merah muda serta pipi gempal menggemaskan. Salah satu dari mereka bergerak kecil dan ada juga yang menangis. Sungguh, rasanya aku ingin membawa pulang semua bayi-bayi ini dan merawatnya. Aku sangat menyukainya!

Saat aku masih memandangi ketiga bayi lucu ini perhatikanku teralihkan dengan suara bising di samping. Mataku segera mencari tempat yang kupastikan asal dari sumber suara itu, sampai aku menemukan sebuah pohon besar dengan pilar emas menutupi batang yang terbuka. Aku pun berlari kesana memasuki pohon tersebut dan mendapati dua orang pria sedang bertengkar.

Jujur, aku sangat tidak menyukai pertengkaran, namun saat aku melihat dua pria ini membuatku kepo apa yang sedang terjadi. Aku pun menelisik setiap sudut ruangan ini dan menemukan sebuah kertas yang terlerai di atas meja bundar. Aku menghampiri meja itu untuk melihat apa isi kertas tersebut sampai-sampai membuat dua pria ini bertengkar. Ternyata sebuah peta buta yang bisa kutebak menggambarkan seluruh daerah ini, namun ada satu hal yang menarik di Peta tersebut terdapat dua tanda silang yang saling berjauhan serta coretan kecil. Aku tau mereka pasti sedang menandai suatu tempat yang menurut mereka paling tepat. Merasa tertarik aku pun ikut bercampur tangan untuk meneliti peta tersebut dengan menyesuaikan titik koordinat yang ada di kertas lainnya.

Saat aku mengarahkan telunjuk pada peta tiba tiba cahaya terang datang menerpaku, tubuhku melayang dan perlahan memudar seiring cahaya terang itu mengangkatku terbang. Kini aku merasakan sesuatu yang hangat menyelimuti tubuh dan kembali mataku terbuka. Aku terbangun di sebuah ruangan, di atas kasur tentunya dengan sinar matahari yang menerobos jendela. Segera aku duduk dan merasakan jika tubuhku sangat lelah. Aku merenggangkan otot dan terdiam beberapa saat untuk mengingat kembali perjalanan tadi, sangat jauh, bahkan aku yakin jika tadi aku berada di ujung dunia dan aku sedikit kecewa, mengapa harus terbagun di saat diriku sedang menentukan peta? Padahal aku tadi hampir menemukan tempatnya. Ah sial! Mungkin aku harus kesana lain kali.

Setelah cukup lama bergeming, Sylvester datang mengagetkanku dari belakang. Aku menatapnya yang sedang tidak memakai baju tengah tertawa melihat wajahku. Sungguh, tidak lucu, aku benar-benar terkejut. Mataku pun beralih ke perutnya untuk melihat bekas luka disana yang ternyata sudah mengering. Baguslah kalau begitu, setidaknya ia tidak merasa sakit lagi.

"Kau tidur seperti mayat"
Ujarnya sembari duduk di sampingku.

"Benarkah?"
ia hanya mengangguk lalu mengambil beberapa helai rambutku untuk dimainkan.

"Sebenarnya aku tidak tidur," ia menoleh "maksudku.. Jiwaku" Timpalku lagi. Tatapannya tidak teralihkan dan terus menatapku bingung.

"Jiwamu?" aku mengangguk, aku tau dia tidak akan mengerti.

"Apa maksudmu dengan jiwamu? Kau berkelana tanpa membawa raga?" lagi dan lagi aku mengangguk, ternyata ia cukup cerdas dalam hal menebak.

"Jelaskan padaku" segera aku menatapnya, dahinya berkerut menandakan jika ia bingung.

"sebenarnya aku tidak tau kenapa aku bisa melakukan ini, dan ya itu terjadi setelah.."

"setelah apa?"

Aku menghembuskan napas dalam, lalu menunduk "penyatuan pertama"

Ia menggeleng, dari ekor mata aku bisa melihatnya menggeleng tidak percaya. Tapi memang itu kenyataannya.

"Bagaimana bisa?" sekarang giliran aku yang menggeleng. Ia meraih tanganku dan menggenggamnya, "kita harus pergi menuju Arion" raut wajahku seketika berubah bingung.

"Untuk apa?"

"Bertemu Allishia, dan para tetua lainnya. Ini bukan hal biasa Victoria kau harus menceritakan ini kepada mereka. Aku takut jika jiwamu terkunci di sana dan tidak bisa kembali, bagaimana?"

"Tidak mungkin" sangkalku penuh keyakinan.

"Apa yang tidak mungkin Victoria? Semua itu bisa terjadi. Aku tidak mau kehilangan dirimu jika kau seperti itu lagi, lebih baik kita cegah dari pada terus berlanjut dan kau pergi tak akan kembali" aku tersenyum kecil, rupanya Sylvester sangat peduli denganku dan mungkin saja itu memang bisa terjadi, tapi aku tidak berharap itu terjadi. Dan apa yang dipikir Sylvester ada benarnya juga, lebih baik mencegah dari pada mengobati bukan? Aku pun mengangguk setuju dan mulai mempersiapkan diri menuju Arion. Mendengar kata Arion membuatku sedikit berharap dengan tempat itu, semoga tidak akan mengecewakan.

-Rafaefazelt-

Selamat malam rabu semua. Mimpi indah~
jangan lupa komen dan like nya yaaaa.. Bye bye(づ ̄ ³)

WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang