Menjadi seorang ratu tak pernah terbayang di benak Victoria, secepat inikah kisah hidupnya? Atau ini barulah permulaan dari semua permasalahaannya? Sungguh ironi. Ia mengingkari ucapannya dengan Allishia minggu lalu dan wanita itu sedang berjalan kemari dengan dua gelas cairan merah di tangan. Mungkin wine atau syrup, ia tidak tau.
Sebelum wanita itu sampai, Victoria lebih dulu menyapa dengan senyuman tak enak. Semoga wanita itu mengerti jika semua ini adalah paksaan bukan kemauan.
"malam yang indah melihatmu mengenakan mahkota Syrion, Queen Vicky"
Kalimatnya memang memuji, namun nadanya terdengar begitu menyindir. Victoria hanya tersenyum menanggapi.
"ingin menikmati secangkir wine bersamaku?" Allishia menyodorkan salah satu gelas yang dipegangnya ke arah Victoria, tanpa ragu gadis itu langsung menggambilnya. Ia tau jika dirinya sangat payah dalam urusan minum meskipun dengan kadar alkohol rendah. Itu tetap berdampak pada kepalanya yang langsung pusing.
"Sylvester memaksamu? Atau semua ini atas kemauanmu?" segera ia menyangkal pilihan kedua karena memang Sylvester-lah yang memaksanya. Lantas Allishia mengangguk dan menyesap winenya perlahan untuk menikmati keunikan wine khas syrion.
Ia menoleh menatap gadis disampingnya yang hanya memandangi cairan itu dengan seksama. "Tidak menyukai wine? Cobalah. Rasanya berbeda dengan wine yang pernah kau coba"
Mendengarnya membuat Victoria meringis, "aku payah dengan ini" dan dilanjutkan oleh sesapan pertama. Awalnya ia terkejut karena rasa dari wine itu sangatlah tajam dan saat cairan itu telah melewati kerongkongannya seketika rasa terbakar langsung menyengat di sekitar tenggorokannya, lantas ia terbatuk.
"Bukan begitu cara meminumnya. Kau harus mencium aromanya terlebih dahulu untuk membiasakan hidungmu, lalu sesapan pertama, biarkan cairan itu berdiam di mulutmu untuk beberapa saat dan barulah kau boleh menelannya" jelas Allishia seraya mengusap punggung Victoria meredakan batuk.
"Memang hanyalah sebuah wine, tetapi jika diminum dengan cara yang salah kau tidak bisa menikmatinya" lanjutnya lagi diiringi dengan dua anggukan dari gadis itu.
"Maafkan aku yang telah mengacaukan suasana"
Allishia menggeleng, "pemula tidak bisa di salahkan" lalu tersenyum sembari menatap lekat ke arah mata Victoria. Warna violet yang begitu memukau menyejukan hati bagi siapa saja yang melihatnya hingga ia lupa dengan tujuan awal yaitu untuk berbincang bersama gadis itu.
"selamat malam Ratu Victoria"
Tiba-tiba suara menyaut membuat keduanya saling menoleh kedepan dan mendapati Savarez yang tengah menunduk memberi hormat kepada Victoria. Merasa sungkan Victoria ikut berdiri dan mengikuti peragaan Savarez tadi, "selamat malam Savarez"
"Anda seharusnya tidak seperti itu Ratu"
Victoria hanya tertawa kecil menanggapi.
Menyaksikan adegan itu membuat Allishia tersadar dengan tujuan utama. Seharusnya ia tidak berlarut-larut dengan gadis yang ada di sampingnya ini dan ditambah Savarez apakah rencanannya nanti akan berhasil? Memang lelaki itu benar-benar menghancurkan suasananya.
"Savarez, apakah tidak ada tempat lain selain disini? Beri aku waktu untuk berbicara dengan Ratu Syrion" Nada bicaranya meningkat satu oktaf membuat mereka berdua saling menatap dan segera Savarez memundurkan langkah izin undur diri.
"Victoria"
Gadis itu kembali menoleh. Dilihatnya Allishia yang memegang gelas dengan kedua tangan sedang menyesap winenya lagi, lagi, dan lagi. Hingga tersisa beberapa tegakan saja. Gadis itu terheran, sebenarnya apa yang wanita ini inginkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...