"Makan malam sudah disiapkan, Victoria. Sebaiknya kau lebih dulu kesana, aku akan menjemput Sylvester dan Allishia. Mereka ada di dalam ruang perhiasan, bukan?"
Tentu saja Victoria langsung mengangguk tanpa keraguan dan berlalu menuju ruang makan. Tak ada lagi kalimat yang pantas untuk mengimbuhi jawaban atas pertanyaan yang Savarez berikan. Ia terlampau sakit hati kali ini.
Melihat itu membuat Savarez heran, apa yang terjadi dengannya? Apakah ia baik baik saja? Tapi jika melihat sikapnya yang seperti itu menandakan jika ia sedang tidak baik. Berarti ada sesuatu yang terjadi sebelumnya dan mungkin bisa ia tanyakan nanti, lebih baik ia menyusul Sylvester dan Allishia untuk memberitahu mereka bahwa makan malam akan segera dimulai. Segera ia melajukan langkahnya menuju ruang perhiasan tempat dimana mereka berada.
Sesampainya di depan pintu, ia mulai mengetuknya hingga beberapa kali ketukan, namun tetap sama sekali tidak ada jawaban. Terpaksa ia mendorongnya dan sedikit kaget ketika mendapati pemandangan yang begitu mencengangkan. Allishia dengan posisi mengangkangi wajah Sylvester meraung-raung menikmati setiap jilatan yang pria itu berikan. Jujur, sebenarnya ia bosan dengan pemandangan ini. Mereka memang selalu seperti itu, melakukan hal yang di larang demi mencapai kepuasan.
"Queen Allish"
Panggilnya diikuti tolehan wajah yang saling berbarengan. Wajah mereka sama-sama terkejut dan allishia langsung membenarkan pakaian serta posisinya sebelum membuka suara, begitu pun dengan Sylvester.
"Kau begitu lancang memasuki ruanganku, Savarez. Dimana letak sopan santunmu kepadaku?"
Seketika Savarez menunduk menyesalkan perbuatannya tadi. Seharusnya ia bisa lebih keras untuk mengetuk pintu. "Saya sudah mengetuk pintunya, Ratu. Maafkan kelancangan yang saya perbuat"
Tak lama Sylvester melangkah maju mendekati Savarez yang terdiam di ambang pintu, raut wajahnya terlihat tenang tetapi matanya tidak bisa bohong. Ia sedikit khawatir jika Savarez memberitahukannya kepada Victoria, bisa bertengkar hebat ia setelah ini.
"Savarez, berjanjilah untuk tetap merahasiakan ini" bisiknya di samping wajah Savarez yang masih menunduk. Savarez menoleh sedikit sambil menyudutkan senyum kecil, "makan malam sudah di siapkan, Yang Mulia. Jangan lupa berdoa untuk kekhawatiranmu malam ini" Lalu kembali menoleh kedepan, membungkukan badan memberi salam hormat kepada Allishia kemudian memutar arah meninggalkan Sylvester dan Allishia yang masih berada di dalam. Wanita itu ikut melenggang mendekati Sylvester yang terdiam di ambang pintu. Ia membaca gerakan mata Sylvester yang tidak biasa. Tak pernah sebelumnya Sylvester merasa takut seperti ini, terlihat jelas rasa khawatir dengan apa yang baru saja terjadi.
Wanita itu akhirnya bertanya, "apa kau baik baik saja?"
Butuh beberapa detik menunggu Sylvester menjawab 'ya'. Berarti pria itu ragu dengan jawabannya. Ada apa? Apa ia benar-benar menjaga perasaan Victoria? Apa ia takut jika Victoria tau? Walaupun begitu, sumpah demi apapun Allishia sama sekali tidak peduli. Toh, mereka sama-sama mau dan tidak ada paksaan.
"Makan malam sudah di siapkan, aku akan ke sana"
Allishia menahan lengan Sylvester yang hendak beranjak, "tapi-"
Sylvester melepas tautan tangan Allishia, "aku lapar" lalu beranjak meninggalkan Allishia yang merengut penuh kekecewaan. Savarez benar-benar mengacaukan aktivitasnya. Sial.
Sesampainya Sylvester di ruang makan, ia melihat Victoria sedang berbincang dengan Robert-tetua yang disegani oleh kaum werewolf-dan tampak perbincangan mereka terlihat serius. Merasa kedatangannya tidak di sambut sama sekali, Sylvester berdeham membuat mereka semua serentak menoleh. Beberapa di antaranya memberikan salam hormat tak terkecuali Robert, namun berbeda dengan Victoria, ia malah memalingkan wajah menatap Savarez yang sedang memperhatikannya penuh makna. Apa Savarez tau apa yang ia lihat tadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
WEREWOLF : The Story Of Sylvester [Completed]
Romance#1 in Serigala #1 in king #2 in Immortal [BOOK 1] Matanya membara menatap nyalang kearah Victoria croft, gadis bertudung merah yang ia temui beberapa hari lalu di inti jurang kematian. Ia telah mengorbankan separuh nyawanya untuk menolong gadis itu...